"Morning Palma..." ucap Dewinta, sambil mengelus elus rambut gue yang bertekstur ikal ini, dia tersenyum, eksotis, mencoba membangunkan gue dari waktu tidur gue yang berlebihan. Masih dalam kondisi setengah sadar, gue mencoba untuk membalas senyumnya.
"Jam berapa ini Dee?" tanya gue yang kesulitan dalam menatap dirinya. — Kemudian dia beranjak melompat dari kasur, hanya dibalut dengan kemeja putih dan underwear Victoria Secret nya, Dee meminum kopi hitamnya yang masih hangat dalam dekap lembut kedua tangannya itu. — Karena refleks melihat pemandangan yang begituan, kelopak mata gue seolah bertenaga dengan sendirinya. Lo jangan pura - pura nggak ngerti gitu bro...
Ah. Elo ini... sama aja kayak gue. Hahaha.
"Jam tujuh, Palma..." jawabnya genit, eh? dia menjawabnya sambil tertawa kecil gitu, jadi heran gue dibuatnya.
"Gimana kemarin tugas lo, udah kelar?" tanya gue kepada Dewinta, gue masih sambil tengkurap, tidur tiduran, mata gue yang sudah terbuka itu kini bukan memandang bukan ke arah Dewinta. Namun ke arah jendela kaca super bening dengan pemandangan pagi hari yang merekah di villa miliknya itu.
"Hahah, kan kemarin gue habis diterkam sama elo, Pal. Gue jadi lemes nggak berdaya nih, mana bisa gue lanjut nugas lagi." ucapnya sambil menggeleng gelengkan kepala, rambut panjangnya pun ikut – ikutan tergerai.
"Hahahaha, enak aja. Elo kali yang nyergap gue duluan." sanggah gue kepada Dewinta, sambil melirik ke arahnya yang sedang bersandar di dekat coffee machine miliknya itu.
"Hehehe." kekeh nya singkat, setelah itu, dia pun berjalan ke arah kasur, ke arah gue yang masih bertelanjang badan dan berselimut ria, Dewinta, dia, membawakan gue segelas kopi hangat.
"Palma, diminum ya kopi nya." ucap dia singkat, mempersilakan gue untuk meminum kopi yang sudah dia buatkan untuk gue.
"Hmm. Kopi hitam, biar gue tebak Dee, ini arabica?" ungkap gue kepada Dewinta dengan penuh antusias.
"Bukan.... Preanger, lah." sanggahnya mengoreksi jawaban gue. Ah dasar memang, kalau udah soal kopi, gue emang nggak lihai samasekali.
Pasalnya, gue memang bukan seorang pecinta kopi, dibanding kopi, gue lebih paham soal wine dan kerabat - kerabatnya. — Kalau kopi, sih, gue taunya, itu adalah minuman yang menyehatkan, yang membuat jantung menjadi lebih sehat. Udah, gitu doang. — Soal rasa, gue nggak deeply interested ke arah itu. Bahkan ketika gue sudah mencoba Luwak, Robusta atau Americano sekalipun... dan juga beberapa jenis kopi sebagai saran dari para pecinta kopi yang lainnya. Tetap aja, gue masih belum berselera.
"Yahhh salah ya." ucap gue miris sambil menyeruput kopi yang sudah diberikan oleh Dewinta kepada gue.
"Better luck next time, dude. Elo norak deh, gue nggak pernah nyuguhin arabica buat special guest gue, kaleee." — ucap Dewinta kepada gue, rasa rasanya ada sesuatu yang berbeda dari dirinya di pagi hari itu.
"Special guest? uhuk, uhuk." gue terbatuk, kaget, dan seperti bertanya juga akan pernyataan yang baru saja diucapkan oleh Dewinta kepada gue.
"Iya, elo tuh special guest gue, Palma...." kini, gue sudah duduk di kasur, setelah menyeruput kopi beberapa kali, gue mengambil kaus hitam gue yang semalam gue lempar ke atas meja lampu tidur, tepat di sebelah kasur gue ini. Maklum, bekas semalam. If you know what i mean, guys.
"Oh... gue kira, orang itu, yang cantik," ungkap gue sepintas kepada Dewinta.
"Hah, siapa?" tanya Dewinta lagi kepada gue.
"Itu tuh, tukang kopi yang cantik."
"Iya..., siapa Pal...?" tanya Dewinta untuk kedua kalinya.
"Dewinta, namanya." jawab gue menjelaskan dengan penuh iseng.
"Ih nyebelin deh... kamu tuh ya! Palmaaaa!! Cubit nih?" sambil mencubit lengan gue di pagi hari itu, gue tertawa, melihat rona wajah Dewinta berubah seketika. Menjadi, merah, muda, warnanya. Yep, she is blushing, man. — Nah, elo bro, kalau elo bisa menyentil titik vital cewek, yang tadinya elo-gue aja, bisa tiba - tiba berubah jadi aku-kamu. Kan bikin kaget jadinya, hahahaha.
"Eh kok, jadi ke kamu kamu an, elo-gue nya, kemana?" tanya gue lagi kemudian, mencoba untuk mempermainkan seorang Dewinta. — "Ah, bodo amat." jawab Dewinta.
Begitu katanya? hahahah, sialan.
"Pokoknya untuk menyambut kedatangan elo, special guest gue, gue mau manja manjain elo, Palma." jawabnya jujur menerangkan maksud dia kepada gue.
"Sure, why not," balas gue kepada Dewinta.
Heee, serius banget bacanya guys.
Bersambung dulu yaaaa.