Chereads / Bukan Sedarah / Chapter 3 - Ada yang mengganjal (2)

Chapter 3 - Ada yang mengganjal (2)

Dibawah bohlam redup yang cahayanya dirampas sepasang mata itu. Samar-samar wajahnya terlihat. Namun tanganku mengenali saat meraba. Luas bagai hamparan benua. Jemariku turun kebawah namun terasa seperti mendaki. datarannya semakin tinggi. Terasa hembusan angin yang menghangatkan telapak tangan. Sedikit turun, jemariku sampai pada...Ah, lembut dan kenyal aku menikmati. Bukan. Kini bukan tanganku lagi yang menyentuh. Tetapi sesuatu dari bagian wajahku yang sama kenyalnya.

"Gilndut! Bisa-bisanya kamu mengompol!" Teriakanya seakan memainkan gendang didalam telinga. Mengeluarkanku dari mimpi menyenangkan ini.

"Siapa yang mengompol?" Aku balas berteriak. Namun tanganku segera mendapati celana dan sprei yang memang basah. Memalukan sekali. Masa iya? Aku masih pipis diatas kasur padahal sudah menduduki bangku sekolah menengah pertama.

"Jorok, ih!" Memandangku dengan Tatapan jijik. "Besok enggak mau tidur bareng lagi!" Beranjak dari tempat tidur.

Saat dia beranjak, terlihat bercak darah yang menempel dibagian belakang celananya. Juga sprei diatas pada bagian ia tertidur.

"Hey, Apa tadi malam ada nyamuk bertaring seperti vampir yang menggigit pantatmu?"

"Ah! Mana mungkin, Agil?"

"Lihat saja celanamu!"

"Darah? No! Mama!" Histeris ketika menengok kebelakang membuat orang tua kami huyung masuk kekamar kami berdua.

Papa dan Mama: Ada apa?

Setelah Sahilya menjelaskan yang dialami, juga aku yang meski malu menceritakan sebab aku merasakan sensasi berbeda dari mengompol kali ini.

Serentak memeluk kami berdua "Selamat! kalian sudah besar, sayang."

Berpelukan berempat bagai Tele Tubbies.

Dan mulai hari itu, beberapa aturan kecil ditanamkan pada kami. Diantaranya kami harus pindah kamar masing-masing. Sebenarnya aturan itu sudah dari umur sembilan tahun. Namun karena selalu ingin bersama, jadi sangat jarang kami mau tidur sendiri sendiri.

Selain aturan itu,

Saat menjalankan ibadah menurut kepercayaan kami. Seperti biasa kami masih suka bermain air. Sesudah atau sebelum berwudhu kami selalu berciprat air sesekali saling pukul tangan. Namun setelah hal tersebut, Kami dilarang melakukanya jika telah selesai. bahkan bersentuhan baik sengaja maupun tidak.

Suatu fajar, Dalam keadaan sudah mengenakan mukena Hilya membangunkanku untuk melaksanakan kewajiban. Dingin, masih ngantuk. Malas sekali.

"Ayo Agil! Cepetan bangun! kita salat subuh bersama! Sudah ditunggu Mama dan papa dari tadi." Menarik kasar lenganku.

Aku: "..." Meringkuk mempertahankan posisi tubuh agar tida bergerak saat ditarik.

Tidak menyerah, giliran memaksa membuka mataku. "huffff" Meniup.

lima menit berlalu. karena terlalu lama menunggu, Mama akhirnya menghampiri. "Agil! Hilya! Kenapa lama sekali."

"Ma, lihatlah! Agil susah sekali dibangunkan. Aku sudah menarik-narik tanganya tetap saja masih tidur."

Harusnya waktu itu Mama langsung memarahiku. Tetapi entah apa yang membuatnya abai dan lebih fokus pada kalimat pernyataan Hilya. "Kamu menarik lengan Agil? Cepat ambil wudhu kembali!"

"Kenapa?Aku tidak buang angin." Hilya

"Sudah cepat wudhu lagi, Hilya sayang! Pokoknya jika kalian sedang suci dalam keadaan berwudhu, kalian tidak boleh saling bersentuhan sama sekali."

Seperti ada yang mengganjal. Tapi kami tetap menaati aturan tanpa terlalu mempermasalahkan. Lagi pula sebab faktor pekerjaan otang tua yang semakin sibuk. Sering bepergian luar kota, jujur saja kami sering mengabaikan kewajiban.Pergaulan bebas. Oh, Sungguh buruk sekali. Semoga saja masih ada kesempatan untuk memperbaiki.