Chereads / SIMALAKAMA / Chapter 16 - 16

Chapter 16 - 16

Kama sedang tertidur pulas, tiba-tiba terdengar tendangan keras yang mendobrak pintu rumahnya. Kama pun terbangun dengan keadaan yang masih oyong. Dua pria yang tidak dikenalnya dengan brutal langsung menyerangnya. Beberapa pukulan dan tendangan ia terima. Ia tak berdaya. Ia terbaring bersimbah darah di atas ranjangnya.

"Jangan pernah ganggu Mala lagi, Bajingan!" ucap salah seorang pria yang menghajarnya.

Setelah puas menganiaya Kama, mereka pun pergi meninggalkannya. Ke dua pria tersebut pergi dengan muka puas karena telah selesai menjalankan tugasnya. Ya, mereka adalah orang suruhan Jaya. Semenjak bertemu dengan Kama, Jaya pun memperketat pengawasan terhadap anaknya tersebut, salah satunya dengan mengawasi Mala secara diam-diam dengan menggunakan orang suruhannya. Ia berpesan kepada orang suruhannya untuk memberikan perhitungan kepada Kama jika memang Kama masih berani mendekati anaknya tersebut.

*

Dua orang suruhan Jaya tadi bertemu dengan Jaya di salah satu cafe di kota Gupar.

"Bagaimana?"

"Kama masih dekat dengan Mala, Bos."

"Terus? Kalian tidak memberi perhitungan kepada Kama?"

"Tenang Bos, kami sudah memberi perhitungan kepada Kama, jangankan untuk kembali mendekati Mala, untuk bangun dari ranjangnya saja mungkin dia sudah tidak sanggup."

"Bagus kalau begitu, ini imbalan untuk kalian," ucap Jaya sembari memberikan bayaran atas upah pekerjaan mereka.

*

Kama coba untuk bangkit dari ranjangnya, ia ingin mengobati lukanya. Tubuhnya memar di beberapa bagian dan pendarahan pada hidungnya. Namun, ia masih cukup kuat untuk menahannya. "Andai saja aku tidak oyong, sudah ku habisi mereka. Tunggu pembalasanku," tegasnya.

Ia masih mengingat dengan jelas muka dua pria yang menghajarnya. Tentunya Kama tidak akan diam saja. Ia akan memberikan perhitungan kepada mereka. Ia pun secara perlahan membersihkan lukanya dan mengobatinya. Setelah melakukan itu, ia memaksakan dirinya yang masih lemas untuk pergi menuju ke rumah salah satu temannya, yaitu Doli.

Ia berjalan dengan kaki yang pincang. Terus melangkah dengan penuh amarah. Ada dendam yang harus dituntaskan. Sesampainya di rumah Doli, ia mengetuk pintu, dan syukurnya Doli sedang berada di rumah.

"Kama? Apa yang terjadi padamu?"

"Kita punya sedikit pekerjaan. Nanti malam kumpulkan teman-teman."

"Ayo masuk dulu, siapa yang melakukan semua ini?"

"Aku juga tidak mengenal mereka. Tetapi, aku masih mengingat wajahnya. Sepertinya ini ada hubungannya dengan kedekatanku dengan Mala."