Sembari mengisi kekosongannya, Mala mencoba membuka buku titipan dari Arvin. Sebenarnya ia tidak sudi untuk membaca buku itu, tetapi ia juga tidak ada kesibukan, iseng-iseng saja pikirnya.
Kalimat per kalimat coba ia pahami. Lembar per lembar ia baca. Ia terus terbawa suasana. Ia pun menghentikan bacaannya. Ia mulai berpikir, "Mengapa aku malah keterusan membaca buku si bajingan ini? Bukannya aku tidak menyukainya!"
Tetapi, ia tidak bisa membohongi diri. Karya Kama sampai membuatnya lupa diri.
"Apakah ini yang dinamakan permainan kata?" ucapnya.
Ia meletakkan buku tersebut. Menjaga gengsi untuk tidak membaca. Ia kembali melirik. Buku tersebut terlalu menarik. Ia coba sentuh. Lalu urungkan niat lagi. Ia pun mulai gelisah.
"Perasaan macam apa ini?" ucapnya kesal. "Aku tidak kuat lagi!"
Ia meraih buku itu. Membuka lembaran terakhir yang ia baca. Ia benar-benar terpana.
"Karya ini terlalu indah," ucapnya terlena.
Ia melayang-layang. Tanpa sadar, ia telah masuk ke dunia khayal Kama. Ia seperti dipermainkan.