Belum sempat Mala menjawab, Kama telah bergegas pergi meninggalkannya. Ia kalang kabut melihat kelakuan orang asing yang baru dikenalnya tersebut. Belum pernah ia bertemu dengan lelaki segila itu. Ia benar-benar tidak tahu harus apa.
Kama berjalan menuju ke parkiran. Benar saja, ia menepati perkataannya. Ia duduk menunggu Mala di parkiran sembari merokok. Ia tidak akan pergi sebelum Mala datang menemuinya.
Ada dua barang yang tidak pernah lupa Kama bawa kemanapun dirinya pergi, yaitu selembar kertas dan pena untuk menulis. Ia pun merogoh sakunya untuk mengambil pena dan selembar kertas yang telah ia lipat kecil. Ia membuka lipatan kertas itu dan mulai menulis.
Mala, kau akan jatuh cinta padaku!
*
Waktu telah menunjukkan pukul 17:00, jam kerja Mala telah berakhir. Ia masih teringat perkataan Kama yang akan menunggunya di parkiran, ia pun coba untuk memastikan. Dengan perasaan waswas ia mulai berjalan menuju ke parkiran tersebut. Ia berharap, perkataan Kama tadi hanya bualan semata.
Saat Mala sudah berada di dekat parkiran, ia melihat Kama sedang tertidur dengan posisi duduk menyender ke dinding. . Ia cukup terkejut, ternyata Kama memang tidak pernah main-main dengan perkataannya. Sebatang rokok tampak masih menyala di sela-sela jarinya, sepertinya Kama baru saja tertidur. Ia pun terus berjalan menghapiri Kama.
Sesampainya di hadapan Kama, ia masih memperhatikannya. Ia masih ragu, harus membangunkan Kama atau tidak? Di satu sisi ia merasa risih dengan keberadaan Kama, tapi di satu sisi lainnya lagi ia merasa terlalu kejam seandainya meninggalkan lelaki yang telah menunggunya itu begitu saja. Setelah ia pikirkan matang-matang, akhirnya ia pun mencoba untuk membangunkannya.
"Kama?" ucap Mala sembari menggenggam bahu Kama.
Perlahan Kama membuka mata dan mengucek kedua matanya dengan tangan kanannya.
"Eh, kau sudah disini," ucap Kama.
"Kau dari tadi menunggu di sini? Buat apa?"
"Sudah kubilang, aku ingin menemuimu," ucap Kama sembari meneruskan hisapan rokok yang ada di tangan kirinya.
"Untuk apa?"
"Tidak ada, aku hanya ingin menghabiskan waktu bersamamu."
"Tapi, aku ingin pulang. Aku juga lelah seharian bekerja."
"Ya sudah, aku akan mengantarmu pulang."
"Tidak usah, aku pulang sendiri saja."
"Ada yang salah kalau aku mengantarmu? Kalau kau ingin pulang, aku juga akan pulang. Kebetulan aku juga ingin tahu di mana rumahmu."
Mala mulai khawatir. Apa sebenarnya yang diinginkan Kama? Ia sudah menolak, tetapi Kama tetap gigih untuk mengantarkannya. Tetapi kembali lagi, di satu sisi, ia merasa tidak enak karena Kama sudah menunggunya sedari tadi.
"Hmm, ya sudah. Ayo!" seru Mala.
Mala pun mengalah.