Sepenggal kata dan kalimat dalam lembaran cerita ini akan menjadi saksi penghianatan mu yang tak kau ketahui. Aku dengan perasaan yang masih sama seperti pertemuan kala itu. Kau masih terlihat cupu begitupun dengan ku.
Kau tersenyum mengadah ke arah ku dengan tatapan yang hingga hari ini membekas menjadi goresan luka. Begitulah Aku mengagumi mu untuk pertama kalinya.
Untuk pertama kalinya, Aku tidak memikirkan konsekuensi ku untuk memilih. Tak seperti biasanya, Aku dengan ribuan pertimbangan ku untuk melakukan sesuatu. Arahku terus menujumu. percakapan pertama kita waktu itu.
"Hay", kataku.
"Hay juga", jawabmu.
"Nama saya Ray", nama kamu siapa ? tanyaku spontan.
"Namaku Icha, ada apa yah ?" tanyamu balik denganku yang penuh kepedean.
"oh iya, maaf nggak ada apa-apa kok cuma mau kenalan aja", jawabku.
Perkenalan itu menjadi sebuah momen bahagia untuk pertama kalinya dalam hidupku untuk masalah perempuan. Waktu itu kau banyak cerita. Aku tak menyangka dirimu seterbuka itu dengan orang baru. Aku merasa sangat tertutup ketika dibandingkan denganmu. Padahal sosokmu adalah perempuan. Kekagumanku tiada hentinya mendengarkan ocehan mu. Ceritamu buyar menjadi ilusi pada tatapanku terhadapmu. Wajahmu menjadi keindahan sempurna ku dalam memandang sesuatu. Saat itu tak ada yang lebih indah darimu. Gerak bibirmu seperti tarian sesajian. nada-nada suaramu seperti harmonisasi semua alat musik yang ada di bumi. selebay itulah gambaran tatapanku saat itu.
Waktu yang tak berhenti membuat kita makin dekat di semua sisi. Aku menelfon mu dan kau menjawabnya. Semudah itulah aku jatuh cinta. Sayangnya kau masih belum mengerti perasaanku. Rasa yang ku pendam ini sedikit terbalas hanya dengan terangkatnya panggilanku. Yakinku semakin memuncak. selama ini pun kau tak memiliki seseorang yang spesial setahuku. begitupun kata teman-temanmu.
waktu masih saja berlalu. Seakan tak memberiku kesempatan dalam mengatakan hal ini padamu. kebingungan dan kesenangan pun terus membahagiakanku.
aku mengikuti arus yang terus mengaliri perasaanku. ungkapkan itu sepertinya tak perlu pikirku. Toh sampai detik ini dia pun memberi ruang terhadapku. akupun sudah begitu bahagia dengan itu.
lalupun menjadi sejarah oleh waktu yang terus berputar. entah kenapa ada yang salah dengan hatiku. akalku terus meronta meminta kejelasan dan hatiku terasa sesak melihatnya dekat dengan yang lain. meskipun tidak ada apa apa di antara mereka. akalku terus mendorong tuk memastikan kejelasan ini.