Chereads / Gadis Sejuta Dollar / Chapter 28 - BORJU

Chapter 28 - BORJU

Jovan menyusuri jalanan kota menuju rumah Albin. Dia sengaja pulang kerja lebih cepat dari biasanya hari ini. Butuh waktu 90 menit dari kantornya menuju rumah Albin. Ia tersenyum sambil bersenandung riang mengikuti lagu yang diputarnya di music player.

Jovan mengingat kembali senyuman Albin, lalu berganti saat wajah gadis itu merengut. Dia sendiri tidak mengerti kenapa suka menjahilinya. Mungkin hidupnya terlalu serius. Jovan juga tidak punya saudara, sehingga keinginan bercanda dan menjahili tidak pernah tersalurkan. Sepertinya karena itulah dia menjahili Albin.

Menjahili pekerjanya di kantor? Tentu saja tidak mungkin, hal itu akan merusak image dirinya sebagai pemimpin. Dia tertawa saat mengingat mata Albin berkaca-kaca melihat makanan begitu banyak di atas meja tadi malam.

Jovan merasa sangat nyaman ketika bersama Albin. Ada kesenangan tersendiri saat mempermainkan dan membuatnya marah. Tanpa terasa perjalanan Jovan ke rumah Albin sudah sampai karena di benaknya tak pernah lepas dari memikirkan gadis itu.

Jovan memarkir mobilnya di halaman rumah gadis itu, dia mengetuk pintu perlahan. Suara derap langkah mendekat ke pintu. Dada Jovan berdebar lebih cepat. Anak kunci diputar. Kenop pintu terlihat bergerak. Jovan semakin gugup. Dia merasa aneh dengan perasaan saat ini. Rasa yang sudah lama sekali tidak pernah dia rasakan, bahkan kali ini lebih kuat. Waktu terasa berputar lambat. Ia tidak sabar menanti wajah yang akan segera muncul dari balik pintu. Jovan menahan napas. Perlahan pintu terbuka.

"Hei," sapa seorang gadis dengan senyuman manis. Mata birunya berbinar sesaat, meski setelah itu dia menyipitkan matanya. Matahari mulai turun di sebelah barat, cahayanya tepat mengenai pintu rumah. Mata Albin sensitif cahaya. Jovan tahu itu, tapi seperti apa pun gerak tubuhnya, gadis itu selalu menarik di matanya. Senyuman Jovan tersimpul begitu manis. Kebahagiaan memuncak di hatinya saat melihat senyuman indah dari Albin.

"Sudah siap?" tanya Jovan sambil memperhatikan Albin sudah rapi. Celana skinny jeans dan kemeja putih melekat indah di tubuh rampingnya. Tas ransel kulit berwarna hitam tersemat di kedua pundak.

"Iya sudah." Albin mengangguk pelan. Rambut ikal berwarna putih milik Albin bergerak lembut mengikuti gerakan tubuhnya.

"Ayo kita pergi," ucap Jovan. Dia melangkah menuju mobil lalu memasukinya.

Jovan memperhatikan Albin dari balik kemudi. Gadis itu membuka lemari sepatu yang terletak di sudut pelataran rumah. Albin memasang flat shoe berwarna hitam di kedua kakinya. Dia memasukkan sepatu berhak tinggi ke dalam tas. Jovan yakin dia membawanya untuk dipakai bekerja nanti.

Jovan memperhatikan Albin yang sudah memasuki mobil. Pandangannya tak bisa lepas melihat setiap jengkal wajah dan gerak tubuhnya. Dunia Jovan seakan berhenti berputar. Semua terpusat pada Albin. Dia seperti medan magnet terkuat di dunia. Menarik Jovan dengan kuat untuk melekat padanya.

Ketika Albin menutup pintu mobil, Jovan bertanya untuk memastikan, "Udah? Yakin nggak ada yang ketinggalan?"

"Nggak ada," jawab Albin dengan yakin.

"Yakin? Jangan sampai kamu lepas celana di sana, gara-gara cari kunci rumah kayak semalam," ucap Jovan sambil memandangi wajah Albin lekat-lekat sambil tertawa.

"Ah, itu." Albin tersipu malu. Dia membuka kantung tasnya mencari kunci rumah, "Ada kok kuncinya," ucap Albin sambil mengacungkan kunci.