Chereads / Gadis Sejuta Dollar / Chapter 11 - MANAGER HAVANA PART 4

Chapter 11 - MANAGER HAVANA PART 4

"Ayo kita pulang," ucapku menatap lekat ke dalam matanya yang berwarna biru.

"Sama kamu?" tanya Albin sambil tersenyum. Wajah kami hanya berjarak beberapa inci. Dadaku berdebar lebih cepat.

"Iya," kataku sambil mengangguk pelan.

"Oke," ucap Albin sambil tersenyum, dia pun kembali memejamkan mata.

Mata Albin terpejam, bibirnya tersenyum dan sedikit terbuka, membuat tubuhku tiba-tiba meremang. Aku ingin sekali melumat bibirnya. Aku menelan ludah berkali-kali. Albin kembali menempelkan kepalanya di dadaku.

Aku mencoba mengalihkan sensasi rasa yang tiba-tiba membuat napas dan celanaku terasa sesak. Aku memandangi Rosi, Gina dan Irwan.

"Kami pulang sekarang," ucapku pada mereka.

"Ya, hati-hati di jalan," ucap Irwan dia mengangguk pelan, "Gina bawakan sekalian barang-barang Albin, ya?"

"Oke," jawab Gina mendekati Albin lalu merogoh saku blazer, untuk mengambil kunci kecil, "Tunggu sebentar, ya, Mas? Saya ambilkan tas Albin di locker."

"Oke. Kutunggu di depan pintu masuk," ucapku sambil menarik pinggang Albin agar dia berdiri bersamaku.

"Kamu bisa jalan, kan?" tanyaku, "Albin, kamu bisa jalan?" ulangku lagi.

Albin mengangguk, aku melingkarkan tangan di punggungnya sementara Albin melingkarkan kedua tangannya di tubuhku sambil menyandarkan kepalanya di dadaku. Kami berjalan bersisian. Aku berjalan perlahan mengikuti langkahnya yang terseok

Aku berdiri di samping pintu masuk sambil menyandarkan tubuh di dinding menunggu Gina datang membawakan tas Albin. Setelah beberapa saat menunggu akhirnya dia datang.

"Mari saya bawakan tasnya ke mobil," kata Gina dan aku mengangguk.

"Terima kasih." Tentu saja sulit bagiku jika harus membawa serta tas Albin, sementara aku harus berjalan sambil menopang tubuhnya agar tidak jatuh.

Aku berbincang ringan bersama Gina ketika kami berjalan menuju parkiran. Aku menanyakan alamat Albin. Dia mengatakan alamat lengkap kontrakan Albin setelah membaca kartu identitas Albin. Dia menjelaskan serinci-rincinya yang mana rumah Albin, karena Google Map hanya bisa menunjukkan alamat jalan dan posisi perumahan saja, aku harus mencarinya untuk menemukan rumah Albin.

Sesampainya di mobil aku meletakkan Albin hati-hati di kursi depan lalu memakaikan sabuk pengaman. Matanya masih saja terpejam. Gina melambaikan tangan padaku. Aku pun mengangguk dan tersenyum padanya lalu menutup jendela mobil kemudian memasang sabuk pengaman.

Aku memandangi Albin, meneliti rambut, wajah dan tubuhnya dengan saksama. Tatapan mataku terpusat pada bibir, dada dan pinggangnya.

"Sial! Sial!" Aku menggerutu di dalam hati. Bagaimana bisa Albin berkata tak memiliki sihir apa pun, sementara pikiranku tak bisa lepas darinya?

Aku ... aku tidak bisa menolak keinginan ini. Begitu ingin merengkuhnya ke dalam pelukanku, menarik pinggangnya merapat ke tubuhku. Melumat bibirnya penuh gairah. Kepalaku berdenyut kuat. Perasaan ini sudah lama sekali tidak pernah kurasakan. Aku bahkan lupa kapan tepatnya, mungkin terakhir kali saat aku berusia delapan belas tahun.

"Tidak, aku tidak boleh melakukannya. Albin tidak sadar." Aku menolak keinginanku kuat-kuat.

Aku kembali memandangi Albin lekat-lekat dan terdiam beberapa saat. Kulepaskan sabuk pengaman yang sudah terpasang di tubuhku kemudian mencondongkan tubuh mendekati Albin, mendekatkan wajahku ke wajahnya.