Chereads / Gadis Sejuta Dollar / Chapter 8 - MANAGER HAVANA (PART 1)

Chapter 8 - MANAGER HAVANA (PART 1)

Uang yang kuberikan tadi, dikumpulkan Albin di atas meja. Uang itu jatuh berhamburan ke lantai saat gelas yang dipakainya untuk menindih uang itu terjatuh terkena tangannya.

Aku memeluk Albin dengan erat, dagunya tepat betopang di pundakku. Kuhirup aroma harum dari rambutnya. Sesuatu yang hangat lembut dan kenyal menempel di dadaku. Kesadaranku seakan lenyap beberapa saat, aku terdiam karena merasakan sesuatu yang tidak pernah aku rasakan lagi sejak hampir enam belas tahun yang lalu.

Aku menikmatinya. Menikmati wangi rambut dan aroma harum tubuh Albin. Menikmati rasa hangat yang menyentuh dadaku, bahkan sepertinya tubuhku menuntut lebih. Kesadaranku kembali ketika melihat orang berlalu lalang di depan meja kami dan melangkahi uang yang kuberikan untuk Albin.

Perlahan kulepaskan perlekatan tubuh kami. Kusandarkan tubuhnya di sandaran kursi. Aku berdiri kemudian mengambil uang yang berserakan di lantai, memasukkan kembali uang itu ke dalam dompet.

Kunyalakan pemantik memanggil waiter sambil melihat ke arloji di pergelangan tangan kiri. Waktu sudah menunjukkan pukul 2:30 dini hari, kurasa kelab ini akan segera tutup tidak lama lagi. Seorang waiter mendekat, dia mendekatkan telinganya ke wajahku.

"Dia bisa dibawa pulang nggak?" tanyaku padanya. Sebagai sesama lelaki, pasti dia paham maksudku.

"Setahu saya nggak bisa," ucap si waiter dengan nada penuh keyakinan.

"Panggilkan aku manager dan bawakan bill-nya," kataku pada waiter itu. Dia mengangguk pelan.

Seorang lelaki berperawakan gagah serta memiliki wajah sangat menarik mendekati meja kami. Dia mengenakan kemeja slim fit, celana hitam dan juga dasi melingkar di lehernya.

"Halo, saya Irwan. Saya manger Havana Club. Ada yang bisa saya bantu?" Irwan menyurungkan tangan padaku dan aku pun menyambut tangannya. Dia lalu menarik kursi untuk duduk.

"Aku mau bawa dia pulang. Apa ada biaya yang harus dibayarkan? Atau berapa yang harus aku bayar selama dia bersamaku," tanyaku kepada irwan.

Di tempat hiburan lain begitu, ada biaya yang harus dibayarkan untuk seorang wanita yang menemani duduk di kelab malam. Apalagi jika membawanya keluar, tentu biayanya lebih besar.

"Jadi begini, ya, Mas. Albin dan teman-temannya bukan perempuan yang digaji untuk menemani pelanggan. Mereka bekerja sebagai viar atau PR (public relationship) untuk membantu pelanggan mendapatkan apa yang mereka butuhkan selama berada di Havana Club.

Mereka tidak memiliki kewajiban untuk menemani pelanggan berjam-jam saat berada di sini. Mereka free, boleh tetap menemani atau meninggalkannya ketika pelanggan sudah mendapatkan apa yang mereka butuhkan. Jika sedang ramai, mereka tidak boleh hanya berada di satu meja saja, karena pelanggan lain juga membutuhkan mereka." Irwan menjelaskan panjang lebar.

Itu artinya, Albin menyukaiku hingga dia duduk berlama-lama menemaniku? Pikiran itu membuat bibirku mau tidak mau tersenyum manis dan lebar.

"Oh begitu, jadi aku boleh membawanya pulang dan nggak kena charge."