Chereads / Best Boyfriend / Chapter 1 - Prolog

Best Boyfriend

🇮🇩ravenskajo
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 21.3k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Prolog

"La, have fun, yuk?"

"Gue lagi dateng bulan, Yos."

Lama aku terpaku pada layar laptop yang sejak tadi tidak juga membuahkan satu alinea baru. Skripsiku mandeg di bab dua, karena ajakan Yose barusan yang menghancurkan mood baikku.

"Ga ada alesan lain, La?" Yose mulai mengecup pangkal leherku, meski enggan bercinta malam ini tetap saja sensasi dari sentuhan bibirnya di leherku mampu menimbulkan getaran yang aneh. "Ini masih tanggal sepuluh. Lo kan, PMSnya akhir bulan?"

Tangan Yose semakin berani bermain mulai dari pinggul lalu naik ke atas. "Ok-ok! Just one round. I have to finish this, Yos," kutunjuk layar laptop yang masih bergeming sejak tadi.

"Ok, just one round. Jangan minta nambah aja ntar."

Jika boleh kukatakan, sejujurnya aku jenuh mendengar ajakan have fun hampir tiap malam. Namun, entah sejak kapan aku tidak pernah bisa menolak ajakannya, meski ku tahu Yose hanyalah seorang sahabat. Entah sejak kapan, sentuhannya menjadi candu yang sangat menyiksa jika tidak kudapatkan.

Maka malam itu, kami berakhir kelelahan pada pukul empat dini hari. Just one round yang tadi kami sepakati, telah berlipat-lipat ganda. Bab dua skripsiku yang harus diserahkan siang ini, terbengkalai begitu saja.

"Gue tidur di sini, ya? Udah lama ga tidur sambil meluk Neng Geulis ini," rayunya sebelum ia terlelap sambil memelukku.

Asal kalian tahu saja, baru dua hari yang lalu ia tidur di kamarku. Dia bisa bilang itu udah lama? Harusnya kamarnya itu disewakan saja supaya ga mubazir!

Mungkin kalian akan bertanya-tanya hubungan seperti apa yang kami miliki? Kutekankan, kami hanya sahabat, tidak lebih dan tidak kurang. Well, sahabat sejak kecil, sejak kami masih bermain rumah-rumahan pakai robot Power Ranger.

"Yos ...."

"Hmm ...."

"Awas dong tangannya, gue mau lanjut nyelesein skripsi." Dengan sekuat tenaga aku berusaha memindahkan tangannya yang mendekap tubuhku.

"Kaga mau! Abang pengen meluk Neng Geulis dulu malem ini."

"Iya, tapi masa depan gue ntar siang taruhannya, nih."

"Masa depan lo sama gue, ntar gue yang kerja. Lo tinggal anteng di rumah, masak sama nemenin gue tiap malem," jawabnya santai.

Aku ragu ia sedang benar-benar sadar atau tidak. "Gue bukan budak lo, ya?!" omelku dengan agak sedikit kesal.

"Jelas! Lo kan, sahabat gue."

**********