Chereads / RE:VERSE / Chapter 45 - 9.III Di Tengah Desa

Chapter 45 - 9.III Di Tengah Desa

[Archdemon ... itu archdemon!]

Aku berlari keluar dari ruangan pribadi Alpha sementara kepalaku dipenuhi dengan suara Alma yang panik. Dia terus-terusan mengatakan sesuatu tentang archdemon sampai-sampai kepalaku seakan hampir meledak.

Dalam tingkatan ras iblis, kami memberlakukan peringkat untuk membedakan status setiap orang. Berbeda dengan peringkat kebangsawanan manusia, peringkat ras iblis ditentukan berdasarkan usia atau kekuatan. Benar, di dunia kami, kekuatan adalah segalanya.

Mereka yang lemah bahkan tidak pantas menyandang nama iblis. Makhluk-makhluk itu hanya akan dianggap sama rendahnya dengan binatang liar. Kemudian, beberapa yang memiliki kemampuan cukup baik akan menjadi iblis dan berhak mendapatkan tempat tinggal. Iblis yang jauh lebih kuat akan dianggap sebagai iblis sejati dan dipercaya untuk memimpin legiun, sebuah status yang menandakan bahwa mereka telah mencapai tingkat archdemon dan di atasnya.

Dengan kata lain, archdemon hanyalah tingkatan dasar dari iblis sejati. Lalu, kenapa Alma harus sepanik itu? Jawabannya sederhana, walaupun dia adalah iblis yang berada di tingkat acient demon, Alma adalah seorang penakut. Bukankah sudah pernah kuceritakan bahwa alasan dia aku kirim kembali ke dunia para iblis di masa lalu adalah karena seorang demon lord menantangnya untuk duel?

Yah, separah itulah sifat penakut Alma yang sebenarnya.

Permintaan Alma kali ini cukup sederhana. Dia hanya meminta untuk mengungkapkan nama, status, dan pelepasan seperlima segel persona guna mengintimidasi pihak lawan. Kemudian, karena kemungkinan besar archdemon itu akan terimindasi, dia percaya bahwa dirinya tidak perlu repot-repot bertarung dan akan lebih mudah untuk menjelaskan kesalah pahaman di antara mereka.

Sayangnya aku tidak akan pernah mengizinkan hal itu terjadi. Tidak, sampai hanya mereka berdua yang tersisa di sana. Aku tidak mau ada makhluk lain yang mengetahui identitas Alma. Karena dia sempat mengatakan bahwa terdapat werebeast dan manusia lain di sana, aku menyuruhnya untuk menyingkirkan mereka terlebih dahulu. Tentu saja tanpa membunuh satu pun dari mereka guna mencegah hal-hal merepotkan kembali menimpa kami.

Membantai mereka tampaknya akan menyebabkan masalah di kemudian hari. Setidaknya begitulah pemikiranku saat ini.

[Dia memakai kutukan padaku! Tolong aku, Kakak! Dia benar-benar serius mau membunuhku!]

Sejak kapan aku menjadi kakakmu?!

Aku sedikit kesal saat dia mengabaikan kesopanan ketika melakukan telepati denganku. Biasanya dia akan tetap menggunakan bahasa formal penuh kehormatan walau pengaturan yang aku pilih adalah menjadikan Alma sebagai adik kandung.

Ah ... tampaknya aku harus mencari bawahan baru. Setidaknya biarkan tubuhnya tetap utuh untuk aku gunakan kembali. Walau bagaimana pun juga, mencari tubuh manusia lain itu merepotkan.

Ah!

Tunggu sebentar. Jika dia mati di sini, bukankah semua senjataku akan terkunci di dalam orbis-nya untuk selamanya?

Sialan! Tidak akan aku biarkan skenario terburuk itu menjadi kenyataan! Senjata yang sudah susah payah aku kumpulkan sejak pertama kali menjadi anjing peliharaan Pencipta, tak akan kubiarkan mereka menghilang begitu saja hanya karena kematian satu iblis bodoh ini!

[Apa pun yang terjadi, jangan sampai terbunuh! Kalau tidak, aku akan menyusulmu ke neraka dan membunuhmu berkali-kali sampai hari penghakiman!]

Aku memberi peringatan dengan nada jengkel.

Sebenarnya, menyusulnya ke neraka ketika dia sudah mati itu mustahil. Kau tahu? Gerbang kematian yang menghubungkan dua alam dijaga ketat oleh makhluk yang bahkan aku sendiri pun tidak tahu. Meskipun begitu, kami --para dewa-- yang dianggap sebagai entitas superior di dunia ini tahu persis bahwa penjaga gerbang kematian adalah makhluk yang berada di dimensi yang berbeda.

Menurut sudut pandangku, Hestia --Sang Dewi Langit Terkuat-- bahkan akan mati dalam beberapa menit saja jika melawan entitas penjaga gerbang untuk menerobos masuk dunia kematian. Bagaimana aku bisa mengetahuinya? Sang Pencipta pernah meminjamkan makhluk tersebut padaku ketika dia menyuruhku untuk menjatuhkan bencana ke dunia iblis dan membunuh dua raja iblis sekaligus.

Makhluk itu adalah satu-satunya entitas yang tidak bisa mati. Hal ini disebabkan karena dia adalah maut itu sendiri. Perwujudan dari kematian yang mengancam kami --makhluk hidup-- setiap saat.

Lupakan tentang hal ini, sekarang bukan waktunya untuk memikirkannya

"Apa yang sebenarnya terjadi?!" Aku terkejut melihat pemandangan di luar rumah Alpha.

Waktu tidak bergerak begitu lama setelah Alma pergi meninggalkanku. Kemudian, saat aku selesai mengatur kembali segel dari sarung tanganku, Alpha tiba-tiba menerobos masuk ke dalam ruangan tempat aku berada dengan wajah yang pucat. Jadi, di sinilah aku sekarang, sedang menyaksikan para werewolf yang berkerumun di tengah alun-alun desa seraya memancarkan aroma ketakutan yang begitu pekat.

"Aura kengerian ini ... aku belum pernah merasa secemas ini sebelumnya." Alpha bergumam di sebelahku.

Aku menoleh untuk beberapa saat, menatap ke arah Hellen yang sedang berusaha memapah Gabe. Lelaki itu tampaknya sudah sadar. Namun, tubuhnya yang masih dipenuhi luka membuatnya tidak bisa berjalan sendiri.

Kedua anak manusia itu menunjukan wajah pucat sementara aura ketakutan seakan meledak dari dalam tubuh kecil mereka. Tampaknya aura keputusasaan dari archdemon sanggup memancar hingga kemari.

Apa yang harus aku lakukan agar tidak menimbulkan kecurigaan? Aku sama sekali tidak tahu apa yang biasanya dilakukan oleh manusia ketika suasana penuh kengerian menyelimuti daerah sekitar.

Setelah mempertimbangkan tindakan apa saja yang biasanya diambil oleh manusia pada saat-saat seperti ini, aku bergegas mendekati mereka berdua dan membantu Gabe untuk melangkah menuju kerumunan.

"Sensasi ini ... sama persis dengan perasaan ketika kami berhadapan dengan Hellhound di kota. Tidak, ini bahkan lebih kuat lagi!" Secara tidak terduga, seseorang yang berbicara adalah Gabriel. Aku penasaran bagaimana dia sanggup berbicara pada kami dengan luka-luka di dadanya yang masih belum sembuh. Mungkin menarik napas pun dia masih kesulitan.

"I-ini pasti perasaan dari kehadiran iblis!" Hellen menambahkan.

Mendengar pembicaraan mereka, aku penasaran akan suatu hal. Apakah Alma memutuskan untuk melepas segelnya dan mengamuk juga? Tidak mungkin, dia bukanlah makhluk yang berani bertindak seenaknya di luar izinku. Kalau begitu, ini pasti aura dari archdemon yang dihadapinya. Namun, memikirkan jarak di antara kita yang cukup jauh, pancaran keputusasaan miliknya mungkin sangat pekat.

Ah, berbicara mengenai archdemon itu, aku lebih memilih untuk memusnahkannya guna menaikan pamor Alma lebih tinggi lagi. Selain karena kemungkinan negosiasi di pihak kami memiliki risiko kegagalan yang terlampau besar jika dilihat dari bagaimana Alma kerepotan menghadapinya, aku juga tidak terlalu peduli dengan iblis rendahan semacam itu. Akan terlalu berbahaya membiarkan iblis yang mulai mengacau ini berkeliaran. Suatu saat nanti aura miliknya pasti akan tercium oleh Heaven Kingdom jika dia tetap menetap di dekat kerajaan manusia seperti ini.

Sebenarnya ada beberapa cabang sihir untuk menyembunyikan aura keputusasaan yang kami miliki. Selain mantra untuk kamuflase, mantra dasar tingkat satu untuk penyegelan aura juga ada. Hanya saja, mengaktifkan mantra ini secara terus-menerus dapat menguras habis mana. Berbeda jika kita menggunakannya dengan durasi sebentar, untuk penggunaan dalam jangka waktu lama, mantra-mantra tersebut sangat tidak efisien. Oleh karena itu, aku memilih untuk menyegelnya pada senjata-senjata dengan prioritas pembunuh dewa. Menurutku langkah itu jauh lebih efisien daripada dua metode di atas.

Berbeda dengan aku dan Alma, archdemon ini pasti menggunakan salah satu dari dua mantra itu sebelumnya. Kemudian, saat Alma menghadapinya, dia mungkin membatalkan mantra tersebut dan membiarkan aura keputusasaannya menyebar. Hal ini jugalah yang mendasari kenapa aura miliknya baru bocor dan terdeteksi sekarang.

Berbahaya, ini benar-benar berbahaya.

Aku memang tidak tahu sama sekali akan kekentalan aura milik iblis yang sedang Alma hadapi. Namun, melihat semua makhluk di sini jatuh ke dalam ketakutan, aku yakin bahwa auranya cukup kuat. Memikirkan semua ini tentu saja membuatku sedikit khawatir. Aku takut Hestia akan menyadarinya dan mulai mengirimkan para angel untuk memberantas kami.

Keberadaanku yang sekarang sangatlah rapuh dan mudah terbunuh. Melakukan duel dengan Hestia seharusnya memiliki peluang menang sekitar setengahnya. Namun, hasilnya akan berbeda jika Hestia membawa Deka Logos --sepuluh jendral langit-- bersamanya untuk memusnahkanku.

Pemikiranku terpotong oleh suara gemuruh yang berlokasi tidak jauh dari tempat kami berada. Besarnya efek ledakan itu bahkan menyebabkan daratan sempat bergetar untuk beberapa saat. Hal ini tentunya membuat semua orang berteriak panik ketakutan. Mereka meringkuk layaknya anak anjing yang menggigil kedinginan setelah diterpa hujan badai.

Merasakan ketakutan dari makhluk rendahan ini membuat nafsu makanku bertambah. Aku benar-benar ingin menyiksa mereka sampai hancur tidak berbentuk. Namun, kecemasanku akan kedatangan Hestia membuatku tidak mau melakukannya.

Aku harus berusaha mati-matian untuk menahan hal-hal yang diinginkan.

Tepat saat kecemasan dan sedikit rasa takut akan kedatangan Hestia mulai menyelimuti seluruh tubuh hingga mengalahkan rasa lapar, suara Alma kembali memenuhi kepalaku. Kali ini nada yang dia gunakan terkesan jauh lebih tenang daripada beberapa waktu lalu.

[Wahai Maharaja, archdemon yang saya hadapi memiliki bentuk layaknya domba. Saya sudah menyingkirkan saksi tanpa membunuh mereka. Bolehkah saya membuka segel Persona seutuhnya?]

Dasar iblis bodoh! Bukankah aku sudah menjelaskan tentang Hestia kepadamu?!

Aku ingin sekali memakinya karena kesal. Namun, aku akan mengesampingkan dulu kemarahanku kali ini. Keselamatan Alma --yang memegang hampir semua senjataku-- jauh lebih penting dibandingkan semuanya. Kupikir melepaskan sepertiga segelnya tidak akan menjadi masalah karena aura keputusasaan milik archdemon akan menutupi aura yang Alma pancarkan.

[Buka saja semuanya kalau kau memang ingin mati. Hestia mungkin akan menemukanmu jika kau melakukannya. Gunakan hanya sepertiganya, mengerti? Jika tidak, tanggung sendiri akibatnya.]

Seperti itulah jawabanku kepada Alma. Kalimatku bercampur dengan emosi yang tidak dapat aku tekan seluruhnya. Semoga saja dia cukup ketakutan sehingga tidak berani menggunakan semua kekuatan persona yang kemungkinan besar akan memancing Kerajaan Langit untuk bertindak.

Aku akan menjelaskannya sekali lagi, Persona merupakan salah satu item sihir yang unik dan berbahaya. Benda itu dapat menyegel kekuatanmu pada taraf tertentu dan mengembalikannya sebanyak dua kali lipat saat segelnya dilepas. Walaupun begitu, kau masih dapat menggunakan kekuatan yang kau tuangkan ke dalamnya dengan cara memakai topeng itu. Dengan kata lain, apa yang kami maksud dengan sepertiga hanyalah sepertiga dari kekuatan yang Alma tuangkan ke dalam persona. Dia bahkan belum menggunakan sedikit pun kekuatan dari persona itu sendiri.

Hal ini jugalah yang menjadi alasan kenapa Alma tidak terkena efek samping dari penggunaan persona setelah melawan Hellhound menggunakan topeng itu.

Ah, mengenai mantra tingkat sepuluh yang tersegel di dalam persona dan bisa diaktifkan tanpa melakukan pengucapan mantra memiliki keadaan yang harus dipenuhi yaitu pelepasan seutuhnya segel persona. Jadi, Alma tak akan dapat menggunakannya kecuali jika aku mengizinkannya untuk melepaskan segel itu.

"Whoa!"

"Di atas!"

"Apa itu?!"

Tepat ketika aku memikirkan tentang berbagai macam hal buruk yang mungkin terjadi, sesuatu mengejutkan kami sampai-sampai Alpha dan anak buahnya mengeluarkan teriakan aneh. Mengikuti arah pandangan mata Alpha, aku menengadah ke atas dan melihat sebuah objek berbentuk layaknya seekor domba hitam raksasa tengah melesat ke arah kami.

"Semuanya, menjauh dari sini!" Aku berteriak, memberikan perintah saat sadar bahwa monster itu semakin mendekat.

Dengan sigap, aku menggendong Gabriel di punggungku dan berlari secepat yang aku bisa. Sementara itu, Hellen dan yang lainnya mengikutiku dari belakang.

Bersamaan dengan kami yang berlari menjauhi pusat desa, gemuruh dan ledakan dari hantaman monster itu menggetarkan tanah. Dalam sekejap, Desa Werewolf mengalami kerusakan yang sangat parah.

Beberapa orang yang tidak sempat pergi menjauh mungkin sudah mati akibat hantaman tersebut. Terserahlah, aku tidak peduli dengan kematian mereka. Hal yang menyita perhatianku adalah sosok dari seorang gadis bertopeng dengan rambut hitam yang baru saja melesat keluar dari balik hutan. Tubuhnya seakan melepuh sementara asap hitam mengepul dari daging-daging tipisnya yang mulai rusak.

"Dia terluka? Apa yang sebenarnya terjadi pada Alma?" Kalimat keheranan keluar dari mulutku tanpa sengaja.

----------

Senin, 29 April 2019

Pukul 01:57 PM

Catatan : Alma-ku terluka hiks

Riwayat Penyuntingan :

• Selasa, 30 April 2019