Chereads / RE:VERSE / Chapter 44 - 9.II Terlanjur Berbohong

Chapter 44 - 9.II Terlanjur Berbohong

[Apa pun yang terjadi, jangan sampai terbunuh! Kalau tidak, aku akan menyusulmu ke neraka dan membunuhmu berkali-kali sampai hari penghakiman!]

Kalimat tersebut adalah kata-kata terakhir yang didengar oleh Alma saat dia melaporkan musuh di hadapannya kepada Sang Tuan.

Sosoknya memang tidak terlihat sama sekali. Namun, insting alami Alma dapat merasakan kehadiran samar dari makhluk yang dihadapinya. Jelas dia menggunakan mantra kamuflase tingkat tinggi milik para iblis untuk menyembunyikan tubuhnya.

Mantra itu pastinya tidak bisa digunakan oleh iblis yang lemah. Dia setidaknya berada pada tingkat archdemon atau yang lebih buruk, seorang demon lord.

Menyadari hal ini membuat rasa takut Alma akan kematian mulai mengental.

Mengingat bahwa Lord Kimaris menetap jauh di selatan dan sibuk menggunakan Mantra Necromancy secara terus-menerus untuk membentuk pasukan iblis, dia mengabaikan kemungkinan bahwa makhluk ini adalah demon lord. Oleh karena itu, Alma menyimpulkan kemungkinan kedua dan segera melaporkannya pada Sang Tuan.

Sungguh keputusan yang sangat ceroboh untuk ukuran seorang acient demon. Alma mungkin terpengaruh oleh kepanikan yang dia buat sendiri sehingga tidak bisa berpikir jernih.

Berbeda dengan kasus Hellhound yang memang hanya sebuah rekayasa, sosok iblis kali ini menganggap Alma sebagai musuh dan nafsu membunuh yang dipancarkan olehnya benar-benar menakutkan.

Seharusnya iblis --yang resisten terhadap serangan mental-- sama sekali tidak akan terpengaruh oleh nafsu membunuhnya. Namun, sepertinya Alma adalah jenis iblis yang sedikit unik. Ada juga kemungkinan bahwa ingatan manusianya memengaruhi pikirannya melalui alam bawah sadar.

Walaupun insting dan reflek tubuh Alma sangat baik, dia bahkan tidak dapat menghindari serangan berkecepatan tinggi yang ditujukan ke arahnya dengan sempurna. Akibatnya, tangan kirinya harus rela dia korbankan dengan harapan bahwa kutukan kegelapan tingkat lima yang diderita olehnya tidak menyebar ke seluruh tubuh.

Hei, dengan tubuh lemah seperti ini, aku bisa mati oleh mantramu itu, tahu!

Alma memaki dalam hatinya saat darah mengalir begitu banyak melalui luka di bahu kirinya. Sensasi dari rasa sakit yang dia alami hampir membuat Alma menangis. Tentunya hal ini juga terasa aneh mengingat dirinya adalah iblis tingkat tinggi yang harusnya sudah terbiasa dengan rasa sakit.

Awalnya Alma sudah meminta kepada Sang Tuan untuk menggunakan setidaknya seperlima dari kutukan Persona. Namun, orang itu memberinya syarat yang cukup sulit. Sang Tuan mengatakan bahwa setidaknya semua saksi harus disingkirkan terlebih dahulu sebelum dia membuka segelnya. Tentu saja tanpa membunuh mereka.

Alma berpikir keras untuk mengakali hal ini di tengah-tengah serangan mematikan yang dilancarkan oleh musuhnya. Tubuh manusianya yang lemah membuat gadis itu sangat kewalahan ketika dia menghindari semuanya. Tingkat serangannya benar-benar berbeda dengan musuh yang dia hadapi sampai sekarang. Selain itu, stamina Alma yang sedikit bahkan semakin menyusut dengan kecepatan yang mengerikan.

Ketika kedua bola matanya mulai buram akibat dari tekanan darah yang menurun, Alma kehilangan fokus untuk beberapa saat. Hal ini mengakibatkan tumbukan yang keras dan menyakitkan dari objek tak kasat mata sukses mendarat di perutnya. Serangan mematikan darinya berhasil melemparkan Alma beberapa meter ke belakang kemudian berguling di tanah.

Aku tidak mau mati! Aku tidak mau mati!

Teringat akan kata-kata Sang Tuan beberapa waktu lalu, Alma mengucapkan kalimat itu beberapa kali. Wajahnya sangat pucat akibat rasa takutnya terhadap ancaman mengerikan yang dia terima dari tuannya.

Dia memang tahu bahwa untuk menyusulnya ke dunia kematian, Sang Tuan setidaknya harus mati terlebih dahulu. Namun, bagi seseorang yang bahkan pernah berada satu tingkat di bawah Sang Pencipta, tampaknya melewati gerbang kematian semudah membalikan telapak tangan. Oleh karena itu, Alma percaya bahwa kalimat ancaman dari Sang Tuan bukanlah omong kosong belaka.

Berpikirlah! Berpikirlah!

Di tengah penderitaannya akibat serangan kuat yang dia terima dan aliran rasa takut yang mulai mengental, Alma berusaha untuk memutar otaknya. Dia mencari cara untuk selamat dari kejadian ini sementara rasa takutnya akan hukuman Sang Tuan sudah mendominasi tubuhnya.

"Dengar baik-baik, kau mungkin bisa membohongi ras lain. Namun, aku dapat mencium bau ketakutan yang begitu pekat dari dirimu. Kau takut, bahkan untuk mengakuinya."

Kalimat yang ditujukan kepadanya membuat Alma mengingat kembali satu hal penting yang sempat dia lupakan begitu saja. Ada sebuah kecenderungan sifat yang dominan di antara para iblis. Karena dipenuhi oleh rasa takut akan hukuman Sang Tuan, Alma bahkan sampai melupakan fakta yang sudah jelas itu.

Kemudian, setelah memiliki sebuah ide unik yang bisa membawanya keluar dari situasi kritis ini, Alma sedikit tertawa sebelum menjawab kata-kata dari iblis yang menjadi musuhnya.

Lawanku adalah iblis. Jika dia layaknya iblis lainnya, maka hal itu kemungkinan besar akan terjadi.

Rasa takut Alma berangsur menghilang. Namun, kekhawatirannya akan kegagalan masihlah dalam taraf yang sangat tinggi.

Tempatnya jatuh merupakan tempat di mana dia memotong tangan kirinya sendiri beberapa waktu lalu. Kedua bola mata Alma melirik ke sekitar, mencari sesuatu yang sempat dia jatuhkan. Setelah menemukan apa yang dia cari, tangan kanannya meraih benda itu dan menyarungkannya kembali. Benar sekali, Alma mengambil salah satu belati hitam miliknya yang terjatuh saat demon itu menyerangnya.

Tidak lama setelah dia menyarungkan kembali salah satu belatinya dengan sukses, sesuatu yang tak kasat mata tiba-tiba mencengkram kepalanya hingga membuat Alma tergantung di udara. Berdasarkan sensasi cemgkraman di kepalanya, Alma sadar bahwa sebuah tangan raksasa yang tidak terlihat tengah meremas kepalanya begitu kuat. Kemudian, ketika dia yakin dengan posisinya, Alma mengumpulkan sejumlah mana dan langsung menusuk belati yang dia sembunyikan sekuat yang dia bisa tepat di hadapan kepalanya.

Mendengar suara raungan kekesalan darinya, Alma tahu bahwa serangan kejutan yang dia lakukan telah sukses. Tidak sadar dia tersenyum penuh kemenangan.

Sesuai dengan apa yang dia pikirkan, Sang Iblis mengamuk murka, melempar Alma ke sembarang tempat, lalu mulai merapalkan sebuah mantra ilusi. Alma yang terbaring lemah di antara tumpukan kayu mulai menggeser topengnya hingga menutupi wajah. Kemudian, tanpa sadar dia menggumamkan sebuah kata yang benar-benar asing.

"Bingo."

Rencananya sejak awal memang untuk membuat Sang Iblis mengamuk. Mengingat kembali pengalamannya di dunia iblis, dia yakin bahwa iblis itu tidak akan membiarkan seseorang menjengkelkan seperti Alma untuk mati dengan mudah. Jika memang musuhnya sudah terluka begitu parah, hal pertama yang akan iblis itu lakukan tentunya adalah menggunakan sebuah mantra penyiksaan yang tidak mematikan. Entah itu mantra regenerasi atau pun mantra ilusi.

Dia sudah mempersiapkan rencana untuk kedua mantra tersebut. Jadi, apa pun mantra yang dipilih oleh iblis di hadapannya, dia yakin bahwa dirinya dapat mengatasinya.

Sampai pada tahap di mana iblis itu memilih untuk menggunakan mantra ilusi, ada dua kemungkinan yang terjadi setelahnya.

Pertama, dia hanya akan menjebak Alma dalam mantra ilusi. Kedua, dia akan menjebak semua orang. Tentu saja dua kemungkinan di atas tidak akan berpengaruh pada makhluk yang kebal terhadap serangan mental seperti Alma. Namun, bukan itu masalah yang sebenarnya membuat Alma sedikit khawatir.

Sifatnya yang ceroboh tampaknya mengakibatkan Alma memiliki sedikit celah dalam rencananya.

Kalau saja iblis itu memilih kemungkinan yang pertama, Alma tidak tahu lagi harus berbuat apa. Hal ini benar-benar sangat fatal. Namun, keberuntungan tampaknya memihak Alma kali ini. Dia menjebak semua orang sehingga Alma dapat lebih leluasa untuk bergerak mulai dari sekarang.

Karena syarat yang diberikan oleh Sang Tuan sudah terpenuhi, Alma membuka seperlima dari segel Persona. Kekuatan yang dia terima dua kali lebih banyak daripada saat dia melawan Hellhound.

Tentu saja, sedikit aura keputusasaan miliknya terpancar keluar. Hanya saja, aura kental milik archdemon itu jauh lebih banyak sehingga aura yang dikeluarkan Alma seakan ditelan olehnya.

Sebenarnya Alma ingin menggunakan semua yang dia miliki dan mengakhiri ini dengan segera. Namun, untuk alasan yang tidak dia mengerti, Sang Tuan menyuruhnya agar tidak membuka segel persona lebih dari ini.

Setelah berhasil menyambungkan kembali tangan kirinya menggunakan mantra regenerasi tingkat akhir yang cukup menyiksanya, Alma mengenalkan diri dengan menggunakan nama asli. Dia berharap bahwa iblis domba tersebut akan gentar padanya lalu dapat diajak untuk bernegosiasi dengan mudah. Dia yakin hanya dengan menyebutkan nama dan gelarnya, pikiran musuhnya akan goyah.

Yah, secara mengejutkan, Alma cukup terkenal di kalangan para iblis.

"Kau ... satu-satunya iblis yang sudah membantai Envy?! Mustahil ... itu mustahil!"

Eh?!

"Membantai Envy?!" Alma memekik kaget saat mendengar kata-kata Sang Iblis. Mentalnya yang belum siap membuat dirinya terguncang.

-----

Saat Fiora dibuang ke Hutan Neraka oleh keluarganya sendiri di masa lalu karena dianggap sebagai produk cacat, dia hidup dengan penuh ketakutan. Walaupun saat itu usianya sudah tergolong tidak muda lagi, kemungkinan untuk selamat sangatlah sedikit. Iblis bertubuh kecil dan lemah itu harus berjuang mati-matian untuk bertahan hidup. Dia menghindari pertarungan sebisa mungkin, membuat jebakan, memanah target yang bisa dia makan, memetakan hutan, dan membuat sarang persembunyian di mana-mana. Bisa bertahan hidup di daerah penuh monster seperti itu adalah keajaiban tersendiri bagi Fiora.

Kemampuan bertarung Fiora memanglah tidak bagus jika dibandingkan dengan iblis tingkat atas. Namun, kecerdikannya dalam memanfaatkan sekitarnya membuat Fiora tetap hidup sampai sekarang. Masa-masa sulit di mana dia diselimuti oleh rasa takut membuat dirinya ingin melupakan mimpi buruk itu.

Suatu ketika, saat dia memanah dan memasang jebakan untuk mengisi perutnya yang kosong, Fiora melihat ribuan tentara iblis mulai bergerak masuk ke dalam hutan. Berbagai jebakan yang dia buat bahkan tidak sanggup untuk menahan mereka semua. Menyadari sesuatu yang berbahaya, Fiora --yang ketakutan setengah mati-- meninggalkan daerah tersebut dengan tergesa-gesa, masuk jauh lebih dalam untuk menghindari mereka semua.

Ini buruk! Apa aku mengacaukan ekosistem di hutan ini? Apa mereka datang untuk memburuku? Aku tidak mau mati!

Dia berlari sekuat yang dia bisa, melesat di antara pohon-pohon untuk menghindari kontak langsung dengan pasukan besar itu. Kemudian, saat dirinya berada cukup jauh, Fiora buru-buru memasuki salah satu lubang persembunyian miliknya. Dia meringkuk di dalamnya dengan tubuh gemetar seraya menangis untuk semalaman. Fiora sangat ketakutan sampai-sampai bergerak sedikit pun dia tidak mau. Kalau saja bukan karena rasa lapar yang menyiksanya, dia mungkin tak akan pernah keluar dari lubang itu untuk selamanya.

Singkatnya, Fiora bahkan tidak tahu bahwa pasukan yang datang pada waktu itu adalah legiun yang dipimpin oleh Envy. Kesalah pahaman konyol di antara para iblis yang diakibatkan oleh pernyataan Sang Tuan di masa lalu membuat dia diyakini sebagai iblis kuat yang bertanggung jawab atas kematian Envy. Benar-benar kesalah pahaman yang sangat buruk dan menakutkan.

Fiora bahkan sempat pingsan tepat beberapa saat setelah acaranya selesai. Mulai hari itu, semua pandangan iblis yang diarahkan kepadanya memiliki kesan segan dan penuh kekhawatiran. Aliran rasa takut dari para iblis di dekatnya bahkan selalu tercium olehnya.

----------

Mana mungkin aku dapat membunuh raja iblis!

Suara terkejut Alma tampaknya diakibatkan oleh semacam pemicu yang berhasil membuat pikirannya membuka kembali kenangan buruk itu secara paksa. Oleh karenanya, Alma --yang secara mental belum siap untuk mengingat kembali mimpi buruk itu-- sedikit goyah dan hampir pingsan karena terkejut. Tidak sadar, aliran rasa takutnya mulai mengental lagi.

Melihat reaksi tidak normal Alma dan aroma lezat dari rasa takutnya, iblis itu tampaknya menyimpulkan bahwa Alma berbohong tentang namanya sehingga membuatnya semakin geram. Dia menembakan sihir tingkat satu dengan kekentalan mana yang luar biasa. Jika Alma tidak sempat untuk menggunakan barrier, maka luka fatal sudah pasti diterima olehnya.

Menyadari bahwa serangannya dapat dia tahan, Alma menghela napas lega. Setidaknya dia berhasil terhindar dari sesuatu yang buruk untuk sekarang. Gadis itu benar-benar bersyukur dan mengucapkan banyak terima kasih pada barrier miliknya yang mulai memudar.

Jika memungkinkan, dalam lubuk hatinya yang paling dalam, dia ingin menyelesaikan masalah ini tanpa saling membunuh. Namun, negosiasi tampaknya sudah sangat sulit untuk dilakukan. Dia menyadari bahwa tidak ada lagi opsi damai dalam daftar pilihan yang Alma ciptakan di pikirannya. Walaupun begitu, Alma masih tidak akan menyerah untuk memprioritaskan opsi ini. Menurut sudut pandang Alma sebagai salah satu iblis yang sudah hidup begitu lama, saling membunuh sesama iblis adalah sesuatu yang membuatnya miris.

Ketika Alma jatuh ke dalam pemikirannya sendiri, monster domba raksasa --yang seharusnya lambat-- berhasil memotong jarak dengan kecepatan mengerikan dan mendaratkan tendangan mematikan yang telah diperkuat oleh sejumlah mana tepat di perutnya. Alma memang sempat memblokirnya dengan kedua tangan, tetapi langkah seperti itu tentunya sangat tidak cukup. Tubuhnya yang ringan dan kecil terbang jauh menghancurkan dinding kuil dan beberapa rumah yang menghalangi jalurnya. Kemudian, dia menghantam pagar kayu yang menjadi batas terluar Desa Orc dan berguling beberapa kali di tanah.

"Sakit sekali. Ini jauh lebih sakit daripada saat aku melawan Hellhound. Padahal pada waktu itu lukanya lebih fatal." Alma bergumam, tidak mengubah posisinya yang terlentang menatap langit.

Efek penguatan dari persona memang sanggup membuat tubuh Alma sekeras baja sehingga benturan dengan benda-benda kokoh tidak terlalu menimbulkan masalah padanya. Namun, itu sama sekali tidak menjelaskan bagaimana bisa Alma merasakan sensasi sakit yang jauh lebih intens daripada ketika dirinya melawan Hellhound.

Dia sedikit keheranan dengan sensasi sakit yang dirasakan olehnya. Apakah itu karena perbedaan jumlah kerusakan? Parameter seorang archdemon yang jauh lebih tinggi daripada Hellhound? Atau karena wujud Fiora semakin menyatu dengan tubuh Almaria? Bahkan dia sendiri sama sekali tidak mengerti.

Tidak sampai satu menit, sebuah objek terbang seakan menodai langit biru yang terhalangi oleh dedaunan. Awalnya Alma tidak dapat mengidentifikasi sesuatu yang mencurigakan di atas langit tersebut. Namun, saat jaraknya semakin dekat, dia tahu bahwa iblis itu akan kembali melakukan serangan yang jauh lebih mengerikan daripada serangan sebelumnya.

Alma buru-buru menghindarinya dengan sangat panik, berguling ke samping secepat yang dia bisa sebelum akhirnya melompat sekuat tenaga untuk menjauhi daerah tersebut. Kemudian, hanya ada jeda waktu yang sangat singkat, bunyi ledakan layaknya sebuah meteor yang jatuh menghantam tanah membuat gaduh suasana tenang di hutan itu. Daratan bahkan bergetar untuk beberapa saat. Bukan hanya itu, sebuah kawah dengan diameter sekitar sepuluh meter tercipta dalam sekejap.

Tanah yang cekung itu bercampur dengan bara api yang terus mengeluarkan asap. Pemandangan itu seakan menunjukan pada Alma mengenai betapa berbahayanya serangan yang ditargetkan kepadanya.

"Apa kau sudah gila?! Dengan tubuhku yang selemah ini, aku bisa mati dengan serangan seperti itu, tahu!" Alma memaki, mengucapkan kalimat protes padanya.

"Kau berhasil menghindar rupanya." Iblis yang tengah berdiri di pusat kawah menatap tajam pada Alma yang sedang mengamati tepat di samping kawah dengan topeng yang masih menutupi wajahnya. "Tampaknya aku terlalu meremehkanmu, ya? Baiklah, aku akan serius kali ini."

Mendengar kalimatnya, Alma menghela napas seakan berusaha untuk menenangkan diri. Dia masih merasa takut karena pertarungan satu lawan satu seperti ini bukanlah keahliannya. Kemenangannya selama ini sebenarnya dia dapatkan karena para penghuni di dunia fana sangat lemah. Melawan monster dengan tingkat archdemon adalah sesuatu yang sama sekali berbeda.

"Tolong tunggu sebentar," mendengar kata-kata Alma, iblis itu berdiri di sana tanpa melakukan apa-apa, "aku sudah memperkenalkan diriku padamu. Kenapa kau tidak melakukan hal yang sama?"

Berhentinya Sang Iblis hanya karena kata-kata Alma tentu adalah sesuatu yang hampir tidak mungkin terjadi dalam sebuah pertempuran. Menyadari hal ini, Alma merasa sedikit heran.

Apakah berhenti di tengah pertarungan hanya karena musuhmu menyuruh berhenti adalah sebuah trend di zaman sekarang? Pikiran Alma mulai ke mana-mana.

"Nama yang kau sebutkan bahkan nama palsu. Kenapa aku harus mengenalkan diriku?"

Iblis itu tampaknya tidak memercayai bahwa sosok yang sedang dihadapinya adalah Fiora. Namun, karena Alma tidak memiliki bukti apa pun untuk ditunjukan, dia tidak bisa melakukan apa-apa untuk membuktikannya.

"Terserahlah, lagipula kau akan mati di sini. Jadi, sebagai hadiah atas kematianmu, aku akan memperkenalkan diri." Archdemon itu tampaknya menerima permintaan Alma tanpa keberatan. "Aku adalah Archdemon Erebrus. Bangsawan yang menyembah Envy."

Alma sebenarnya tidak tertarik dengan siapa dirinya bertarung. Apa yang dibutuhkan olehnya adalah sedikit waktu. Setelah mendapatkan jeda waktu dari perkenalan Erebrus, Alma kembali melakukan kontak dengan Sang Tuan untuk meminta persetujuan.

[Wahai Maha Raja, archdemon yang saya hadapi memiliki bentuk layaknya domba. Saya sudah menyingkirkan saksi tanpa membunuh mereka. Bolehkah saya membuka segel Persona seutuhnya?]

[Buka saja semuanya kalau kau memang ingin mati. Hestia mungkin akan menemukanmu jika kau melakukannya. Gunakan hanya sepertiganya, mengerti? Jika tidak, tanggung sendiri akibatnya.]

Mendengar suara Sang Tuan yang seakan menahan kesal, Alma tersentak beberapa saat. Namun, dia berhasil kembali memasang wajah datarnya walaupun sebenarnya sia-sia karena topeng yang dia gunakan menutupi semua bagian dari wajahnya.

Alma mulai menggunakan sepertiga dari kekuatan persona, memperkuat dan mempercepat tubuhnya dengan sejumlah besar mana, lalu memasang kuda-kuda untuk bertarung dengan tangan kosong.

"Kalau begitu, aku juga akan serius."

Ucapan terakhirnya dibarengi dengan lenyapnya tubuh anak manusia bertopeng itu. Hanya meninggalkan tanah bekas pijakannya yang tiba-tiba meledak. Dia melesat dengan kecepatan yang mengerikan untuk menghajar musuhnya.

---------

Senin, 22 April 2019

Pukul 01:20 PM

Note : Btw ku cukup tertarik sama Mangatoon. Salah dua plan di sana melarang kita buat publish cerita di web lain. Kalo tetep sepi seperti ini, keknya mending publish di sana yak. Namun, walaupun di sini sepi, ku gamau hapus buku ini hiks ~

Riwayat Penyuntingan :

• 23 April 2019

• 24 April 2019