Chereads / RE:VERSE / Chapter 39 - 8.V Kuil

Chapter 39 - 8.V Kuil

Sinar yang menembus dari sela-sela dedaunan membuat temperatur udara di tengah Hutan Besar Eryas mulai naik seiring meningginya objek yang menjadi sumber dari cahaya tersebut. Dilihat dari posisinya sekarang, mungkin sudah hampir mencapai tengah hari. Jadi, bukanlah hal yang aneh jika suhu udara terasa semakin meningkat.

Desa Orc merupakan sebuah wilayah yang menempati setitik kecil dari keseluruhan hutan yang membentang hingga ke Ignis Kingdom. Walau hanya menjadi sebuah titik jika dibandingkan dengan luasnya hutan, tempat tersebut tidaklah sekecil yang dibayangkan.

Tempat itu memiliki diameter hampir lima kilometer dengan jumlah penduduk sekitar tiga ratus jiwa yang terdiri dari jantan, betina, dan anak-anak. Karena jumlahnya yang sedikit dan semakin menyusut akibat peperangan melawan werewolf akhir-akhir ini, banyak bangunan-bangunan yang rusak dan terbengkalai. Suasana desa pun menjadi sangat sepi dan orang-orang takut untuk beraktivitas terlalu lama di luar rumah. Hasilnya, tempat ini seperti desa yang sudah tidak berpenghuni.

Tepat di tengah desa, sebuah kuil berdiri untuk menghormati dewa yang mereka sembah. Tempat itu dibangun jauh lebih megah dan dihias menggunakan ornamen-ornamen yang rumit serta elegan. Tidak terlihat mewah di mata manusia, tetapi cukup untuk membuat para orc yang pertama kali melihatnya merasa kagum dan terpukau.

Terletak beberapa meter di samping kuil megah yang sudah susah payah mereka bangun, sebuah rumah kayu sederhana berdiri dengan pilar-pilar yang mulai rapuh. Dilihat dari kondisinya, mungkin hanya tersisa sekitar dua tahun lagi sampai tempat itu benar-benar rata dengan tanah.

Jika dilihat dari luar, tentunya siapa pun tidak akan dapat mengetahui sosok apa yang bersembunyi di dalam bangunan menyedihkan tersebut. Namun, saat menembus dinding-dinding yang terbuat dari papan kayu itu, sebuah ruangan tak begitu luas ditempati oleh empat makhluk yang terdiri dari berbagai jenis ras. Masing-masing dari mereka mengeluarkan aura yang tidak menyenangkan, membuat tempat tertutup itu semakin pengap oleh kekacauan.

Di tempat pertama, seekor orc berlutut di atas karpet kulit seraya memeluk bayi brook yang menangis semakin keras. Dia terlihat sangat ketakutan hingga membuat tubuhnya gemetar penuh kengerian. Kemudian, tepat di hadapannya, cakar-cakar dari seekor werewolf raksasa hampir merobek tubuh gempal wanita orc itu. Namun, dia berhenti tepat beberapa senti sebelum pembantaian yang akan membuat tempat ini penuh dengan darah dan potongan organ terjadi.

Werewolf itu --Delta-- sebenarnya sama sekali tidak berniat untuk berhenti. Malahan, dia ingin sekali untuk cepat-cepat mengoyak tubuh babi di hadapannya. Namun, sebuah belati hitam yang menekan leher berbulunya seakan memaksa Delta untuk menghentikan serangannya.

Kedua bola mata hitam Delta melirik ke samping, menatap pada seorang gadis yang hanya memakai singlet berwarna merah muda dan rok hitam selutut. Dia mengarahkan salah satu belati hitamnya tepat ke bagian leher serigala besar itu. Hampir saja memotong leher Delta dan membuatnya terbunuh seketika itu juga.

"Apa yang kau lakukan? Aku kira kau adalah sekutu." Delta menggeram marah. Sedikit saja dia terlambat menyadarinya, lehernya pasti sudah terpenggal sekarang.

"Informasi darinya sangatlah berharga. Aku tidak ingin dia mati sekarang walaupun itu artinya aku harus membunuhmu." Kata-kata Alma yang dingin membuat Delta tidak dapat menebak apa yang sebenarnya gadis itu pikirkan di dalam kepalanya. "Lagipula bayi ini bukanlah hasil dari pasangan dan anakmu, 'kan?"

Jika dipikir dengan tenang, apa yang dia katakan memang masuk akal. Pasangan dan putrinya diculik hanya sekitar dua minggu yang lalu. Sementara itu, butuh sekitar dua bulan sebelum seorang bayi siap untuk dilahirkan ke dunia. Jadi, mustahil bahwa bayi brook di hadapannya adalah hasil dari penculikan besar-besaran dua minggu yang lalu. Dengan kata lain, serigala itu tidak punya hak untuk membunuh orc di hadapannya. Namun, dia tetap ingin melakukannya sekadar untuk pelampiasan.

Sementara Delta jatuh dalam dilema, Alma melamun tentang sosok werebeast berbentuk manusia dengan fitur telinga dan ekor hewan. Dia sedikit terobsesi dengan makhluk seperti itu walaupun sebelumnya tak pernah memedulikan hal seperti ini sama sekali.

Apakah ingatan Almaria memengaruhiku?

Bahkan Alma sendiri pun kebingungan dengan apa yang mengganggu pikirannya. Namun, dia bukanlah tipe orang yang akan memikirkan hal-hal merepotkan seperti itu. Apa yang menjadi prioritasnya sekarang adalah menuruti nafsunya dan mencari cara agar dapat melahirkan jenis werebeast yang dia inginkan.

Alma mendekatkan diri pada bayi brook yang masih menangis seraya menatapnya penuh rasa ingin tahu. Di samping suara tangisannya yang benar-benar sangat menjengkelkan, dia merasa bahwa pengamatannya adalah sesuatu yang cukup penting.

Penggabungan dua jenis ras tentu saja bukan sesuatu yang sederhana. Untuk menciptakan bayi manusia dengan fitur binatang yang lucu, banyak hal yang harus dipersiapkan. Setidaknya dia harus tahu bagaimana cara untuk mengendalikan mutasi hanya pada telinga dan ekor saja. Lagipula, apakah semua makhluk dapat dikawin silangkan?

Bayi brook di hadapannya tentu akan menjadi sebuah objek eksperimen yang bagus. Namun, fitur yang dimilikinya hanyalah taring dan cakar. Dilihat dari mana pun, bayi manusia dengan taring dan cakar bukanlah makhluk hidup yang dapat menjadi peliharaan lucu. Sosok seperti itu malah akan lebih menyerupai vampir. Kekecewaan Alma semakin dalam saat menyadari kenyataan seperti ini.

Mengambil kesimpulan dari pemikirannya, Alma menilai bahwa bayi brook adalah produk super gagal yang tidak layak untuk menjadi bahan penelitiannya. Dia memilih untuk mencari objek lain yang lebih sesuai lalu memaksanya untuk melahirkan anak. Tidak peduli seberapa banyak dia mencoba, harusnya suatu saat akan menghasilkan sesuatu yang diidamkan olehnya.

"Orang-orang sering mengatakan bahwa usaha tak pernah mengkhianati hasil, 'kan?"

Alma bergumam perlahan, membuat kedua werebeast di dekatnya memandang kebingungan di tengah kekhawatiran mereka. Tindakan dan pemikiran Alma benar-benar abstrak dan sulit untuk diprediksi. Hal ini tentunya merangsang insting alami mereka untuk menetapkan Alma sebagai ancaman.

"Kalau begitu ... "

Alma kembali mengayunkan belati hitamnya, menariknya ke atas sebelum akhirnya menghujamkan benda berbahaya tersebut dengan tangkas. Tanpa butuh waktu lama, ujung belati yang tajam menembus tengkorak bayi brook. Makhluk kecil itu berhenti dari tangisannya seketika setelah kepalanya tertembus belati.

Setelah menetapkan bahwa objek di hadapannya bukanlah sesuatu yang berharga, Alma memutuskan untuk menyingkirkannya. Bagaimana pun juga, dia tidak tahu dengan ras campuran semacam ini. Alih-alih membiarkannya hidup dan menjadi ancaman di masa depan, gadis itu lebih memilih untuk membunuhnya ketika ada kesempatan.

Delta dan wanita orc terdiam tanpa dapat berkata-kata dengan kejadian singkat yang tidak pernah mereka perkirakan sebelumnya. Bagaimana cara Alma membunuh makhluk itu benar-benar datar sehingga membuat keduanya sama sekali tidak menyangka bahwa kejadian mengerikan tersebut akan terjadi. Namun, saat wanita orc itu menyadari bahwa bayinya telah mati, dia mulai menjerit histeris dengan tangis yang mulai pecah. Suaranya begitu melengking, seakan berusaha untuk merobek gendang telinga semua orang yang mendengarnya.

"Dia akan menyiksaku! Dia akan menyiksaku!" Orc itu berteriak layaknya orang gila, bercampur dengan suara isak tangisnya yang semakin parah.

"Diamlah atau kubunuh kau sekarang juga!"

Karena tidak tahan dengan suaranya, Delta mencoba untuk menakutinya. Sayangnya, dia sama sekali tidak berhasil. Wanita gempal itu malah merespon dengan kata-kata yang tidak masuk akal.

"Tolong ... tolong bunuh aku sekarang juga! Bunuh aku sebelum dia mengetahuinya!"

Wajahnya yang tertutup bulu tipis berwarna cokelat benar-benar terlihat menyedihkan. Selain itu, rasa takut yang dipancarkan olehnya meningkat dengan sangat tajam hingga membuat Alma keheranan.

Di tengah rasa penasaran dengan reaksinya, Alma memberikan instruksi pada Delta untuk diam. Kemudian, gadis itu menarik bulu cokelat yang tumbuh di lehernya seraya mengucapkan beberapa kata.

"Tenanglah, tidak akan ada yang menyiksamu jika kau jujur padaku."

"Tidak mungkin! Dia tak akan memaafkan siapa pun yang membuat kesalahan. Aku pasti akan disiksa olehnya sampai mati."

"Aku ini kuat, kau tahu? Kau dalam perlindunganku sekarang. Maka dari itu, jawablah pert-"

"Kau tidak tahu siapa yang kau lawan, 'kan?! Bahkan dewa sekalipun tak akan menang tanpa terluka! Dia itu monster! Melawannya hanya akan membuatmu disiksa sampai mati!"

Rasa takutnya semakin meningkat dan mulai memengaruhi kejiwaannya. Tidak butuh waktu lama baginya untuk mengalami kerusakan jiwa yang parah dan membuatnya gila. Jika terus dibiarkan, wanita ini mungkin akan mati dengan sendirinya. Sayangnya Alma sama sekali tidak tahu metode macam apa yang harus dia lakukan untuk menenangkannya.

Aku menyerah.

Alma meyakinkan dirinya sendiri, membiarkan rasa takutnya semakin kuat. Sebagai gantinya, dia akan memanfaatkan ketakutan itu untuk menggali informasi darinya. Gadis itu tidak mau membuang informasi berharga yang tersimpan dalam ingatan orc di hadapannya.

"Dengarkan aku baik-baik!" Tangan kecil Alma semakin erat menarik bulu-bulu cokelat yang tumbuh di leher wanita orc yang gemetar di hadapannya.

"Cepat ... cepat bunuh aku sebelum dia mengetahuinya!" Sosok gempal itu malah membentak balik dengan suara yang histeris.

"Aku akan melakukannya! Kau bahkan akan mati sebelum kau menyadarinya. Namun, itu hanya akan terjadi jika kau menjawab pertanyaan yang aku ajukan, mengerti?"

Setelah mendengar kata-kata Alma yang dipenuhi dengan rasa haus darah dan aura intimidasi, babi gempal itu akhirnya sedikit tenang. Suara teriakannya mulai menurun secara perlahan. Alma tentu tak menyia-nyiakan hal ini.

"Pertama, siapa yang kau sebut dia?"

Sejak awal Alma memang menaruh curiga pada para orc yang mulai memiliki kecerdasan lebih banyak dari yang seharusnya. Karena hal ini jugalah Sang Tuan berpikir bahwa ada kemungkinan dimana seseorang mengendalikan mereka dari balik layar. Namun, ini pertama kalinya Alma mendengar tentang keberadaan sosok tersebut.

Babi gempal di hadapannya mengatakan bahwa dewa sekalipun akan terluka saat menghadapinya. Hal itu membuktikan bahwa sosok tersebut bukanlah makhluk yang dapat dianggap remeh. Mengetahui kenyataan ini tentunya membangkitkan kembali insting penakut Alma yang memang sudah tajam sejak dulu. Namun, daripada rasa takut terhadap musuh, Alma lebih takut pada kemurkaan Sang Tuan. Jadi, tidak ada pilihan baginya selain memberanikan diri.

"A-aku tidak tahu pasti makhluk apa itu. Namun, sifatnya benar-benar brutal dan akan menyiksa siapa saja yang melawannya. Sudah banyak dari kami dan werewolf yang menyerbu ke sini menjadi korban kekejamannya."

Gejolak rasa takut di dalam dirinya benar-benar tidak stabil. Makhluk itu bisa hancur oleh ketakutannya sendiri kapan saja. Tentunya Alma tidak bisa membuang banyak waktu.

"Apa yang dia suruh kau lakukan?"

"Dia membunuh bayiku dan memaksaku untuk merawat bayi ini."

Menilai dari sudut pandang ingatan Almaria sebagai seorang manusia, hal ini benar-benar terdengar kejam. Namun, sifat Fiora sebagai iblis sejati sama sekali tidak menunjukan rasa kasihan.

"Apa kau tahu di mana dia dan apa rencananya?"

Wanita orc itu menggelengkan kepala beberapa kali sebelum kembali mengucapkan sesuatu.

"Aku-aku tidak tahu! Namun, dia meminta kami untuk membangun bangunan megah di pusat desa dan dia sering berada di sana. Setelah itu, semua ... semuanya!"

Dia membungkuk dengan tubuh yang gemetar, rasa takutnya semakin tidak stabil dan jatuh ke dalam tangisan lagi. Orc itu mulai meraung histeris dengan suara yang menyedihkan. Menyadari bahwa jiwanya sudah tidak kuat lagi untuk menahan kegilaan, Alma menghela napas malas.

"Tolong ... tolong akhiri hidupku sekarang juga! Aku tidak mau melihat tragedi itu lagi!" Suaranya hampir tidak terdengar.

Alma menyarungkan belati hitam di tangan kirinya sebelum kemudian berbalik arah dan berjalan menjauhi orc wanita itu. Setelah beberapa langkah, dia mengucapkan kalimat terakhirnya sebagai tanda perpisahan.

"Delta, lakukan sesukamu."

"Dengan senang hati." Serigala raksasa yang masih berdiri menghadap pada babi gempal itu mulai kembali menampakkan gigi taring dan cakar-cakar tajamnya.

"Terima kasih, Manusia. Terima kasih." Wanita orc tersebut hanya terdiam berlutut sementara kedua tangannya memeluk erat bayi brook yang sudah mati sejak tadi. Dia memejamkan mata seakan pasrah dengan kematiannya sendiri. Detik berikutnya ruangan itu dipenuhi noda darah dan daging yang hancur.

-------

Minggu, 10 Maret 2019

Pukul 04:50 PM

Riwayat Penyuntingan :

• Selasa, 23 April