Chereads / RE:VERSE / Chapter 36 - 8.II Konsep Sihir dan Firasat

Chapter 36 - 8.II Konsep Sihir dan Firasat

Aku membuka sarung tangan kulit yang tak pernah kubuka sekali pun setelah memakainya sekitar dua puluh hari yang lalu. Sebenarnya, walaupun memiliki bentuk layaknya sarung tangan kulit biasa, ini adalah item dengan prioritas pembunuh dewa. Benda ini cukup memberikan efek yang signifikan dalam peperangan.

Kutukan yang tertanam di dalamnya adalah sebuah kutukan konversi. Tergantung seberapa besar kekuatan yang kau tuangkan ketika mengikat perjanjian, efek sementara yang akan kau dapatkan ketika melepas segel tentu akan menaikan seluruh parametermu jauh di atas yang seharusnya. Hampir mirip seperti senjata-senjata lainnya yang sejenis. Namun, dengan beberapa perbedaan kecil seperti durasi waktu, pengembalian, dan masa hukuman setelah efeknya memudar.

Circilum menggunakan darah sebagai katalis, sama halnya seperti Demeter, Persona, dan Horus. Dengan meneteskan darahmu ke permukaannya, perjanjian akan diberlakukan dan parametermu akan menurun secara signifikan sesuai dengan keinginanmu. Tentu saja, perlu keterampilan khusus untuk menggenapi perjanjian agar tidak terjadi masalah. Untungnya, aku sudah terbiasa melakukannya jauh sebelum dunia ini diciptakan.

Orang-orang mungkin tak akan bisa mengubah perjanjian setelah mereka melakukannya kecuali dengan cara melepas segelnya terlebih dahulu lalu mengulangi perjanjian darah dengan Circilum. Sayangnya, melakukan hal ini di sini akan mengakibatkan kegemparan di antara para werewolf. Aura dari ras iblis milikku tentunya akan membuat mereka semua mati seketika dan bukan hal yang tidak mungkin akan menarik perhatian para heaven god.

Ah, mengingat tentang aura iblis, ada satu hal yang membuatku penasaran. Dua puluh hari lalu, saat aku pertama kali dipaksa untuk menjadi manusia, dua orang yang membunuh Almaria sama sekali tak menyadari aura iblisku. Apakah saat itu kekuatanku belum pulih sepenuhnya hingga mereka tak menyadarinya?

Mengesampingkan hal remeh ini untuk nanti, pelepasan segel menjadi pilihan yang buruk mengingat risiko yang terlampau besar. Untungnya, ada metode lain yang bisa aku gunakan. Aku akan memecah mantranya, masuk ke dalam kode dasar yang membentuk sistem perintah, lalu menulis ulang aksara kuno yang tertulis di dalamnya dengan tujuan untuk membebaskan sedikit parameterku agar setara dengan Alpha. Sangat rumit memang. Namun, patut untuk dicoba guna meminimalisir risiko yang ada.

Aku menggenggam kedua sarung tangan kulit ini dan mulai memejamkan mata, memusatkan pikiranku menuju sumber sihir yang mengikat perjanjian antara diriku dengan benda ini. Setelah berhasil mencapai titik sihirnya, berbagai macam garis cahaya bersilangan membentuk layaknya benang yang kusut dalam berbagai warna dan ukuran.

Keningku berkerut saat menghadapi titik antah-berantah ini. Benar-benar tingkat kesulitan yang membutuhkan konsentrasi tinggi.

Setiap garis cahaya --yang berkelok-kelok layaknya benang-- mewakili satu unsur yang membentuk sihir. Warna dan ukuran menjadi identitas unik dari unsur itu sendiri. Sederhananya, setiap unsur penyusun sihir seperti jenis dan jumlah mana, parameter, bakat ras, batasan, hukuman, syarat, dan masih banyak yang lainnya, diwakili oleh satu garis cahaya yang kemudian akan membentuk sistem dasar sihir itu sendiri. Dengan kata lain, tempat ini adalah suatu ruang berisi kode-kode yang memuat perintah dasar suatu sihir. Perubahan sedikit saja akan memengaruhi sihirnya secara keseluruhan.

Benar-benar sesuatu yang cukup rumit.

Parameter biasanya diwakili oleh garis cahaya merah yang mengindikasikan keberanian dan kekuatan. Sayangnya, garis merah di ruangan ini benar-benar sangat banyak hingga menyulitkanku untuk menemukan mana unsur yang benar. Untungnya, aku tahu persis ukuran dari benang parameter ini.

Pikiranku berkelana jauh semakin dalam, menembus batas-batas imajiner yang mengunci garis cahaya agar tetap berada di posisinya. Kemudian, setelah membandingkan ukuran-ukuran dari sekian banyak garis merah, aku menemukan satu garis yang memiliki ukuran identik. Menyadari hal ini, aku tidak menyia-nyiakannya. Aku fokuskan seluruh konsentrasiku hanya pada garis ini dan segera mengikutinya menuju sebuah tempat dimana tulisan-tulisan kuno tercetak pada sebuah bangun berupa tabung hitam yang memancarkan kekuatan luar biasa.

Benda ini adalah sebuah tabung dimana seluruh parameterku disegel. Tulisan-tulisan kuno yang tercetak di permukaannya merupakan kunci yang sekaligus menjadi komando bagi tabung itu sendiri. Aku mengubah kata elq tsa trete menjadi tza nyx di antara banyaknya kata untuk melepaskan sedikit parameterku. Kemudian, segelnya mulai melepas sebagian kecil kemampuanku sesuai dengan tulisan kuno yang menjadi dasar perintah dari salah satu unsur pembentuk sihir penyegelan dari sarung tangan ini.

Ah ... aku bisa merasakan parameterku yang mulai naik secara perlahan.

Mungkin butuh waktu sekitar satu jam hingga prosesnya selesai. Menyadari hal ini membuatku lebih memilih untuk membaringkan diriku di atas tumpukan jerami yang dibalut oleh terpal berbahan dasar kulit seekor beruang. Aku menghela napas beberapa kali sekadar untuk melepaskan segala beban pikiran yang kudapat akibat memasuki ruangan semu yang penuh dengan komando pembentukan sihir penyegelan.

Hari yang cukup melelahkan, kurasa?

Saat tubuh manusia ini terbaring, beberapa sensasi tidak nyaman terasa di berbagai persendianku. Sesuatu semacam ini memang sudah sering kali kurasakan sejak jiwaku terjebak di sini. Namun, hari ini terasa jauh lebih tidak nyaman daripada sebelumnya.

Untuk ukuran makhluk yang sudah hidup sejak zaman dimana dunia ini sama sekali belum tercipta, kurasa sedikit memalukan mendapati ini adalah pengalaman pertamaku menggunakan tubuh makhluk hidup lain. Sebelumnya sesuatu seperti ini belum pernah sekali pun menimpaku. Aku yakin jika diriku mengakui ini di hadapan para bawahan, mereka tidak akan memercayainya begitu saja. Namun, kenyataan memang terkadang terasa begitu menyakitkan.

Sementara mengingat konsep realitas makhluk dari tiga dunia --Heaven, Fana, dan Tartarus-- terasa cukup rumit dan tidak penting, aku lebih memilih untuk memikirkan keanehan yang terjadi pada sekumpulan orc yang tengah menantang werewolf dan sanggup memojokannya hingga separah ini.

Mungkinkah ini yang dinamakan kudeta?

Secara fisik, kepintaran, dan kekuatan, para orc tentunya hanya akan berakhir menjadi santapan werewolf jika mereka berani melawan. Seharusnya begitulah yang terjadi. Namun, aku tidak pernah menyangka bahwa para babi bodoh itu cukup memiliki kecerdasan untuk menggunakan taktik.

Bagaimana cara mereka melakukan kudeta tidak melambangkan orc yang seharusnya. Bahkan sama sekali tidak melambangkan bagaimana para werebeast --yang bodoh-- seharusnya bertindak. Mereka terlalu tidak alami sampai-sampai aku sendiri meragukan bahwa musuh yang werewolf hadapi ini benar-benar sekawanan orc.

Seharusnya ada seekor makhluk yang mendorong mereka untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu. Apa pun itu, dia setidaknya cukup memiliki kecerdasan. Namun, bukan hal ini yang membuatku sedikit khawatir terhadap para orc. Sesuatu yang membuatku cemas adalah tujuan yang menjadi alasan kenapa mereka sampai mau mempertaruhkan nyawa untuk melawan makhluk yang bisa dibilang sebagai predator alami bagi para orc.

Ah, memikirkan ini membuatku sedikit pusing.

Beberapa hal memang sudah aku perkirakan. Bisa saja ini hanyalah murni sebuah kudeta karena orc berpikir bahwa kebebasan mereka sangat terkekang dan merasa dirugikan. Sesuatu seperti anggapan sederhana bahwa mereka sudah cukup kuat untuk menggulingkan werewolf juga bisa menjadi alasannya. Atau bisa juga bahwa ini adalah insting liar mereka. Namun, semua alasan di atas tak menjelaskan sedikit pun tentang kenapa mereka menguasai taktik berperang. Selain itu, tidak ada kejelasan akan alasan manakah yang memiliki persentase tertinggi. Lagipula, apa yang bisa dilakukan oleh sekelompok kecil orc? Seharusnya aku tidak perlu memikirkannya sampai sejauh ini.

Aku terdiam kebingungan dengan rasa khawatir yang aku alami. Semakin memikirkan penyebab dari kekhawatiran ini malah membuatku semakin tidak mengerti. Apakah instingku sebagai iblis tingkat atas terpicu oleh sesuatu yang dapat mengancam nyawaku?

Kemudian, saat aku masih memikirkannya, sebuah suara meningkatkan kecemasanku secara signifikan.

[Ada manusia di antara para orc. Ah ... apa ini?! Dia --]

Dari suaranya yang tak sempat dia selesaikan, Alma terdengar sangat cemas. Tentu saja aku juga mengalami hal yang sama dengannya. Insting iblisku memang tidak pernah meleset. Hal yang merepotkan tampaknya akan segera kami hadapi kembali.

Tidak berapa lama setelahnya, saat aku berusaha untuk menghubungi Alma dengan telepati, Alpha memasuki ruangan ini dengan tergesa-gesa. Wajahnya terlihat begitu pucat, sangat pucat sampai bulu cokelat yang menutupi wajah serigalanya tak sanggup untuk menyamarkannya.

"Aura kuat ini, apa kau merasakannya?!"

Itulah hal pertama yang dia ucapkan padaku dengan napas yang tersenggal-senggal. Tentu saja, ras iblis yang memang kebal terhadap segala macam serangan mental membuatku tak dapat merasakan aura apa pun. Namun, insting alamiku sudah terpicu sejak tadi. Tanpa membuang waktu, aku segera bangkit berdiri dan langsung berlari menuju pintu keluar.

--------

Senin, 07 Januari 2019

Pukul 06:06 PM

Riwayat penyuntingan

• 07 Januari 2019

• 15 Januari 2019