Klan Serigala --biasa dikenal sebagai Pack-- selalu dipimpin oleh yang terkuat di antara semuanya. Mereka akan bertarung satu lawan satu dalam rangka memilih siapa yang layak untuk memimpin Pack. Setelah menyisakan satu pemenang, makhluk itu akan mendapatkan gelar sebagai Alpha.
Perjuangan beratnya dalam meraih posisi Alpha tidaklah mudah. Selama enam ratus tahun hidupnya, Alpha menghabiskan waktunya hanya untuk mengasah kemampuannya dalam memanipulasi sihir alam. Dia memanifestasikan semuanya untuk memperkuat tubuh berbulunya. Akibatnya, tubuhnya membesar jauh di atas ukuran werewolf seharusnya dan kulitnya menjadi begitu tebal sehingga sulit untuk dilukai.
Alpha sudah memimpin selama dua ratus tahun dan berhasil menyatukan seluruh Pack yang menguasai Hutan Besar Eryas dengan cara menundukan Alpha lainnya. Pengaruhnya sangatlah besar dan semakin kuat seiring berjalannya waktu hingga sampai pada titik dimana segala makhluk yang menghuni hutan ini akan jatuh dalam keputusasaan saat melihat dirinya.
Alpha adalah yang terkuat di wilayah ini. Dia adalah raja dari segala jenis makhluk yang menghuni Hutan Besar Eryas.
Jika mendengar kenyataan bahwa hutan itu dipimpin oleh monster buas yang berbahaya, orang-orang pasti akan mencium adanya sebuah keganjilan. Kenapa para petualang dapat masuk dan keluar seenaknya tanpa mengalami masalah sedikit pun? Lalu, kenapa hanya pada saat sekarang salah satu petualang mengalami nasib mengerikan seperti ini?
Jawabannya cukup sederhana.
Berbeda dengan werewolf pada umumnya yang mengutamakan kekuatan saja, Alpha memiliki pengetahuan yang cukup banyak. Dia bukanlah seekor monster yang bodoh seperti kebanyakan monster di bawah kepemimpinannya. Jadi, walaupun termasuk sosok yang tempramen sebagaimana werewolf pada umumnya, Alpha selalu berpikir terlebih dahulu sebelum melakukan sesuatu.
Monster itu cukup cerdas untuk menyadari bahwa manusia adalah makhluk yang hidup secara berkelompok. Menempatkan posisinya sendiri sebagai pemimpin manusia, dia pastinya tidak akan tinggal diam jika salah satu bawahannya mati terbunuh. Jadi, Alpha berpikir bahwa manusia tentunya akan melakukan hal yang sama jika dia menyerang mereka dengan sembarangan. Menimbang berapa banyak jumlah manusia di dunia ini, Alpha tahu bahwa melawan mereka semua akan menjadi peperangan yang sangat berat. Maka dari itu, dia memutuskan untuk tidak berurusan dengan para manusia guna menghindari peperangan yang sulit untuk dimenangkan olehnya.
Namun, sebuah kejadian tidak terduga membuatnya kalap dan tenggelam dalam kemurkaan.
Sudah sekitar satu bulan ini dia mengalami masalah dengan salah satu klan yang telah lama tinggal di hutan ini. Mereka adalah para makhluk setengah babi yang dikenal sebagai Orc. Hal ini tentu saja membuat Alpha merasa direndahkan.
Orc yang sejak awal memiliki gerakan sangat lambat dan tubuh gempal berbulu tanpa ada cakar maupun taring menjadikan mereka target yang mudah untuk dibunuh oleh para werewolf. Oleh karena itu, walaupun bodoh, mereka setuju untuk ditaklukan dan berada di bawah kendali Alpha. Namun, entah kenapa mereka mulai melakukan pemberontakan dan menculik para mate --serigala betina-- hingga membuat banyak pejantan gelisah. Bukan hanya itu, Beta dan Gamma --tangan kanan Alpha-- bahkan terbunuh saat pergi ke Desa Orc untuk bernegosiasi.
Tentu saja Alpha sangat murka dengan kelakuan Orc yang semakin berani menantangnya. Dia langsung memberi perintah pada Delta untuk memimpin pasukan dan menyerang Orc. Namun, tidak diduga, mereka semua dibantai habis menggunakan gada, palu, dan batu-batu yang sudah dipersiapkan.
Sang Pemimpin tidak menyangka bahwa Orc cukup memiliki kecerdasan.
Belum selesai masalahnya dengan Orc, kabar yang tidak menggembirakan kembali terdengar oleh Alpha. Para guards --serigala penjaga-- yang ditugaskan untuk menjaga wilayah kedudukan Alpha dari serangan Orc telah dibantai oleh seorang manusia yang memakai topeng aneh. Mereka mati dengan kepala yang terpenggal dan tubuh yang sudah tidak utuh lagi.
Kemurkaan semakin menelan akal sehat dan kecerdasan Alpha, membuat sifat werewolf-nya kembali mengambil alih. Dia sudah tak peduli lagi dengan segalanya, mulai menyerang apa saja secara membabi buta dan mengamuk penuh amarah.
Amukan Alpha berhasil menekan jumlah penyerangan Orc. Mereka mulai terpojok di hadapan kekuatan Raja Serigala penguasa hutan ini. Di tengah kemenangan yang hampir diraih olehnya, para Orc cerdas itu memanfaatkan satu-satunya kelemahan Alpha yang tersisa. Mereka menculik serigala betina yang paling berpengaruh di dalam Pack. Dia adalah Luna, betina yang telah Alpha pilih untuk menjadi pasangan seumur hidupnya.
Menyadari bahwa Luna telah hilang, Alpha meraung murka dan mulai mengerahkan semua yang dimilikinya menuju Desa Orc. Dia membawa seluruh serigala dan siap untuk menghadapi pertempuran terakhir yang menentukan nasib Pack yang dipimpin olehnya.
Saat perjalanannya menuju Desa Orc, Alpha menemukan dua sosok asing yang masuk ke dalam wilayahnya. Mereka berdua adalah manusia, ras yang telah membantai bawahannya beberapa hari lalu. Alpha yang masih menyimpan dendam terhadap manusia memutuskan untuk membunuh mereka sekadar pemanasan sebelum perang yang sesungguhnya. Namun, dia tidak pernah menyangka bahwa dirinya akan jatuh tersungkur dengan wajah menghantam tanah.
Kedua telinganya berdengung karena hantaman kuat yang sama sekali tidak dia perkirakan sebelumnya. Pandangannya sedikit kabur untuk beberapa saat diikuti rasa pusing dan mual yang menyerang kepalanya. Kemudian, saat sensasi tidak menyenangkan itu hilang, Alpha menyadari bahwa seekor kelinci magis berwarna putih telah menghantam kepalanya hingga makhluk itu mati. Melihat kenyataan ini, Sang Pemimpin bertanya-tanya tentang apa yang menjadi alasan kelinci tersebut menabrakkan dirinya sendiri.
Alpha kembali bangkit setelah menerima serangan telak yang hampir membuatnya pingsan. Di tengah kegaduhan yang dibuat oleh para bawahannya, monster itu kembali menatap seorang manusia di hadapannya. Awalnya dia berniat untuk meraih dan menyiksanya, tetapi belakangan dia menyadari kehadiran manusia lain selain mereka berdua saat sebuah suara yang sangat asing berbicara kepadanya.
"Sekali lagi kau melangkah, bukan hanya sepuluh ekor, aku akan membantai semua bawahanmu."
Suara seorang gadis, Alpha langsung mengenalinya. Dalam ucapan datarnya yang seakan mendominasi, terdapat sebuah ancaman yang ditujukan langsung ke arahnya. Walaupun sifat werewolf-nya hampir menelan semua akal yang dia miliki, Alpha tetap merespon kata-kata itu dan memilih untuk berhenti melangkah. Dia menggerakkan lehernya dengan ragu sebelum akhirnya menyadari bahwa dirinya berada dalam posisi yang tidak menguntungkan.
Sepuluh ekor werewolf di bawah kepemimpinannya telah terpenggal dan mati begitu saja. Mereka yang tepat berada di samping mayat-mayat itu bahkan tidak tahu sejak kapan rekannya diserang dan meregang nyawa. Satu-satunya hal yang mereka sadari hanyalah saat dimana tubuh-tubuh tanpa kepala itu roboh dan tergeletak di tanah.
Setelah berhasil menguasai dirinya dari rasa terkejut luar biasa yang dia alami berkat hal-hal tidak masuk akal ini, Alpha menemukan sosok baru yang berdiri tidak jauh darinya. Dia adalah seorang anak manusia berjenis kelamin perempuan. Sebuah topeng hitam aneh menempel pada samping kepalanya, membuat Alpha tahu siapa sosok itu sebenarnya hanya dalam waktu yang singkat.
Para guards yang selamat dari pembantaian beberapa hari lalu melaporkan ciri-ciri dari manusia yang membantai mereka. Semua laporan sangat cocok dengan penampilan anak manusia yang kini tengah berdiri di hadapannya. Walaupun Alpha semakin tersulut dalam amarah, dia tahu bahwa sosok ini cukup kuat hingga membuat dirinya tidak mau langsung menyerang tanpa persiapan.
Tangan kanannya menggenggam sebilah belati berwarna hitam pekat yang diacungkan ke arahnya. Cara bagaimana anak itu berdiri dan menatap datar dirinya membuat Alpha yakin bahwa ada sesuatu yang janggal di balik tubuh kecil itu. Oleh karenanya, Alpha semakin tidak mau untuk melakukan hal yang cukup berisiko.
"Beraninya kau melukai Maha-kakakku. Sebagai penebusan dosa atas hal tidak termaafkan ini, aku akan membantai setengah dari anak buahmu dan membuat setengahnya lagi hidup dalam kecacatan. Mulailah untuk memilih setengah yang kau inginkan untuk mati." Walaupun sempat terhenti karena alasan yang tidak dia ketahui, kata-katanya benar-benar terdengar dingin.
Menyadari bahwa sosok itu meremehkan Pack yang dipimpin olehnya, lima ekor bawahan yang dia miliki mulai lepas kendali dan merangsek untuk merobek tubuh anak manusia itu. Namun, saat mereka berada dalam jangkauan dari bilah belatinya, tubuh-tubuh itu terpotong dengan rapi menjadi beberapa bagian.
Anak manusia di hadapannya terlihat layaknya sedang melakukan tarian kematian yang membelah serigala-serigala penyerangnya hingga menemui ajal. Dia bahkan tidak terluka sama sekali setelah menghadapi terkaman dari berbagai arah. Dirinya dapat menghindari serangan-serangan yang ditujukan padanya dengan sempurna.
Semuanya --termasuk Alpha-- jatuh ke dalam rasa takut yang mulai menjalar seakan mengikat tubuh mereka. Kini tidak ada seorang pun yang berani untuk melangkah maju ke arahnya. Mereka semua menyadari bahwa mendekatinya berarti kematian.
"Sudah terpilih sebanyak lima belas ekor. Cepat pilih sisanya karena aku mulai tidak sabar." Anak manusia itu kembali mengacungkan belati ke arah Alpha.
Sadar akan musuh yang tidak mungkin dapat dia kalahkan, Alpha mencoba berbicara dengan putus asa, berharap bahwa keajaiban akan membantunya keluar dari teror ini walaupun sedikit.
"Tu-tunggu dulu! Aku akan memberikan apa pun yang kau minta. Jadi, berikan kesempatan pada kami untuk memperbaiki diri!"
Mendengar kata-kata Alpha yang menyedihkan, sosok itu memiringkan kepalanya dan terdiam untuk beberapa saat seakan jatuh ke dalam pertimbangan. Melihatnya seperti itu membuat Alpha semakin banyak berharap.
"Tidak bisa diterima. Semuanya tidak akan cukup untuk menghapus dosamu terhadap kakakku. Pembantaian setengah klan dan membuat cacat setengahnya lagi akan menjadi harga yang cukup." Kata-kata gadis itu seakan menghancurkan harapan Alpha.
Walaupun dia adalah pemimpin yang tempramen dan seenaknya sendiri, Alpha masihlah seorang pemimpin yang pantas. Dia tentu tidak akan membiarkan Pack yang dipimpinnya hancur hanya karena apa yang telah dia lakukan. Oleh karena itu, dengan tubuh gemetar dan putus asa, Alpha mulai berbicara kembali.
"Tolong dengarkan kata-kataku. Bagaimana pun juga, akulah yang melukai kakakmu. Bukankah seharusnya Sang Pendosa yang mendapatkan balasan? Kau bisa menyiksaku sampai mati. Namun, untuk terakhir kalinya, aku memohon padamu agar membebaskan bawahanku."
Alpha menundukan kepala di tengah auman protes yang datang dari berbagai arah. Semuanya mengeluarkan suara yang memilukan, menandakan bahwa mereka tidak mau jika Alpha mati di sini. Menyadari hal itu membuat dirinya merasa bahagia sekaligus menyesal akan perbuatannya.
Anak manusia itu memejamkan mata sesaat sebelum menghela napas malas.
"Baiklah, aku menghargai tekadmu."
Dia kemudian berjalan menghampiri Alpha yang berdiri dengan sebilah pedang masih menancap di bahu kirinya. Setelah dirinya tepat berada di hadapan Alpha, dia meminta monster itu untuk berlutut. Alpha tahu bahwa maksud dari kalimat perintahnya pastilah agar memudahkannya untuk memenggal kepalanya mengingat tinggi badan manusia ini yang tergolong pendek. Tampaknya kematian Alpha sudah berada di ujung tanduk.
Dengan pasrah, Alpha berlutut di hadapannya lalu menundukan kepala, menatap rerumputan hijau yang sedikit ternodai oleh darah dari luka di bahu kirinya. Alpha siap menerima hukumannya.
Tanpa diduga, gadis itu menarik pedang yang menancap di bahu kirinya dengan sangat kasar. Tentu saja hal itu membuat Alpha meraung kesakitan karena sensasi perih luar biasa yang dia alami. Mendengar raungan pemimpinnya, para werewolf yang berduka mengeluarkan suara-suara memilukan seakan tidak terima.
"Terima kasih karena sudah mendengarkan permintaan egoisku." Alpha mengucapkan kalimat terakhirnya di tengah air mata yang mulai menetes ke tanah.
"Hn." Sebuah jawaban singkat seperti itulah yang dia dengar dari algojonya.
Beberapa menit terlewat, tetapi Alpha masih juga belum mendapatkan hukumannya. Lalu, tiba-tiba manusia itu melangkahkan kaki-kaki kecilnya menjauhi Alpha, menuju salah seorang manusia sekarat yang memiliki luka cakaran di tubuhnya. Alpha yang tidak mengerti mulai mengangkat kepala dan memperhatikan gadis itu.
Topeng yang sejak awal terpasang di samping kepalanya kini telah menutupi seluruh bagian wajahnya. Dia membuang pedang yang tadi ditariknya dari bahu kiri Alpha dan mengangkat tangan kirinya ke arah manusia itu. Kemudian ...
"Kutukan dari sabit penyucian dosa membawa Sang Pendosa kembali ke dalam jurang penyiksaan. Penyiksaan abadi membakar dosa-dosa dalam panasnya api neraka."
Pada awalnya Alpha tidak peduli dengan apa yang diucapkan oleh anak manusia itu. Namun, belakangan dia tahu bahwa sosok kurus yang tak jauh darinya telah menurunkan kewaspadaan. Menyadari akan sebuah kesempatan tentu saja tidak dia sia-siakan. Dengan sisa tenaga yang dia miliki, Alpha melesat ke arahnya dan langsung mengayunkan cakar-cakar di tangan kanannya untuk merobek punggung manusia itu.
"Alma awas!"
Sebuah teriakan peringatan datang dari manusia lain yang baru saja sampai ke lokasi mereka. Namun, memperingati anak manusia ini tentu saja sudah sangat terlambat. Alpha menyeringai lebar dengan kemenangannya.
Saat cakar-cakar itu menyentuh bahu anak manusia di hadapannya, sebuah dentingan layaknya logam yang beradu menggema di udara. Lalu, keempat cakar miliknya mulai bengkok dan patah hingga menyebabkan jari-jari tangannya robek memancarkan darah. Rasa sakit yang diterimanya membuat Alpha kembali meraung dengan suara yang semakin kencang.
Di tengah rasa sakit luar biasa, kedua bola matanya sempat menangkap sosok yang sama sekali tidak terluka. Tubuhnya bagaikan sebuah logam keras yang tidak dapat dia gores sedikit pun. Menyadari kenyataan ini membuat Alpha benar-benar kebingungan dengan apa yang sebenarnya sudah terjadi.
"Regenerate!" Gadis itu mengabaikannya dan memilih untuk melanjutkan kata-katanya.
Alpha yang mengalami luka di jari-jarinya tidak sempat untuk memperhatikan lebih lama lagi. Dia terus meraung seraya memegangi tangan kanannya yang masih mengalirkan darah. Kemudian, setelah beberapa waktu terlewat sehingga rasa sakit yang diterimanya sedikit mereda, dia kembali menatap ke arah manusia di hadapannya.
Tiba-tiba, manusia sekarat yang memiliki luka cakaran mematikan di dadanya menjerit seakan mengalami siksaan luar biasa. Dia meronta dan berguling beberapa kali, meraung di hadapan mereka sehingga menyebabkan Alpha benar-benar keheranan.
Hal ini membuat manusia lain --seorang anak berjenis kelamin perempuan dengan rambut pendek-- yang tadi sempat memperingatkan musuhnya menjadi khawatir seraya menghampiri sosok yang masih meronta kesakitan itu. Tentu saja Alpha sama sekali tidak peduli pada mereka berdua. Sosok yang menjadi perhatiannya hanyalah manusia bertopeng yang kini berbalik menghadapnya seakan siap untuk menyiksa Alpha. Dirinya yang jatuh ke dalam sensasi perih akibat luka di bahu kiri dan tangan kanannya serta rasa takut yang seakan melilit tubuh besar itu membuat dia tak bisa bergerak. Alpha hanya terdiam gemetar seraya memegangi tangan kanannya.
Apa aku akan mati? Alpha bertanya dalam hatinya saat tangan kiri gadis itu terangkat ke arahnya.
"Kutukan dari sabit penyucian dosa membawa Sang Pendosa kembali ke dalam jurang penyiksaan. Penyiksaan abadi membakar dosa-dosa dalam panasnya api neraka." Gadis itu mengulangi ucapannya beberapa waktu lalu.
Alpha tahu bahwa kata-katanya akan menghasilkan rasa sakit luar biasa yang membuatnya jatuh dalam penyiksaan sebelum kematian, persis seperti apa yang dialami oleh manusia di hadapannya. Instingnya sebagai werewolf membuatnya merasakan tanda bahaya yang bersumber dari manusia bertopeng itu. Namun, dia sama sekali tidak punya tenaga untuk menghindari kutukan yang ditujukan padanya. Monster itu memilih untuk memejamkan mata dan menerima hukuman yang mungkin akan menyelamatkan nasib dari seluruh bawahannya.
"Niveli Dytë Magic : Regenerate!"
Sesaat setelah manusia di hadapannya menyelesaikan kalimatnya, sensasi perih dan rasa sakit yang belum pernah dia rasakan sebelumnya mulai menyerang bagian-bagian dari luka yang dia alami. Seluruh lukanya seakan terbakar dan menciptakan sensasi panas yang tak tertahankan. Tubuhnya seperti tenggelam dalam lautan api yang terus membakarnya hingga ke hati.
Sosok monster itu gemetar menahan semua sensasi mengerikan yang menyerangnya dari segala arah. Luka-lukanya seakan ditusuk-tusuk lalu dibakar secara berulang-ulang sehingga menciptakan rasa sakit yang lebih buruk daripada kematian itu sendiri. Dia meraung sekuat tenaga, tak kuasa menahan segala macam siksaan yang diterimanya.
Sekitar tiga menit dia lalui dengan penuh penderitaan seakan tubuhnya terombang-ambing di dalam dunia gelap yang hanya diisi oleh siksaan tiada akhir. Walaupun baru sebentar, Alpha sudah meraung memohon ampunan dan meminta untuk segera dibunuh dengan air mata yang semakin deras membasahi bulu cokelatnya. Namun, manusia di hadapannya tampak tidak peduli sama sekali.
Awalnya dia menyangka bahwa dirinya akan terus mengalami penderitaan ini hingga ajal menjemput. Namun, perlahan tapi pasti, sensasi itu mulai memudar secara bertahap di menit keempat. Tidak lama setelah melewati segala macam siksaan yang seakan datang dari entitas tidak terlihat, Alpha tiba pada titik dimana dia tidak merasakan sakit lagi.
Kini tubuh besar itu hanya berlutut dengan napas yang tersenggal-senggal.
Setelah berhasil mengumpulkan kembali akalnya yang sempat hancur berantakan akibat siksaan beberapa menit lalu, Alpha keheranan saat menyadari bahwa luka di keempat jari tangan kanannya sudah hilang tak berbekas. Bukan hanya itu, luka di bahunya yang cukup parah bahkan sudah tidak dapat dia lihat dan rasakan lagi. Di tengah keheranannya, manusia itu mulai kembali berbicara.
"Aku menghargai tekadmu. Oleh karena itu, aku memilih untuk mengampuni nyawamu dan menyembuhkan lukamu dengan sebuah mantra kutukan. Namun, ada harga yang harus kau bayar atas perbuatan kurang ajar yang telah kau lakukan pada kakakku. Apa kau ingat telah mengatakan bahwa dirimu akan melakukan apa saja untukku?" Mendengar kalimatnya, Alpha menelan ludah sebelum menganggukan kepala.
Dilihat dari berbagai macam kekejaman dan pembantaian tanpa ragu yang telah dia perbuat beberapa waktu lalu, Alpha berpikir bahwa hal yang diminta oleh manusia di hadapannya pastilah sebuah perbudakan. Seluruh werewolf yang mendengar ucapan anak manusia itu tentu memiliki pemikiran yang sama dengannya.
Walaupun dia menyadari hal ini, tidak ada satu pun cara bagi mereka untuk menghindarinya kecuali dengan kematian itu sendiri. Mereka tentu saja tidak mau begitu saja mengakhiri hidupnya masing-masing sebelum mereka membereskan kudeta para makhluk setengah babi yang telah menginjak-injak harga diri Pack. Jika harus memilih dari dua pilihan yang ada --menerima perbudakan dan terus hidup atau mengakhiri hidup sekarang juga-- tentu mereka lebih memilih untuk diperbudak dan melanjutkan pembalasan dendam ke desa Orc. Jadi, Alpha tidak punya pilihan lain selain menerima permintaan keji itu.
"Aku ingin kau dan seluruh bawahanmu," mendengar ucapan dingin dari anak manusia di hadapannya, Alpha sudah tahu ke mana arah pembicaraan ini akan berlanjut, "mencarikan kami tanaman curcuma."
... ?!
Semuanya menjadi hening untuk beberapa saat. Sosok Alpha --dan beberapa werewolf lain yang mendengarkan-- bahkan membuka mulutnya cukup lebar setelah mendengar kata-kata yang keluar dari mulut anak manusia di hadapannya.
"E-eh?! Ap-apa kau bilang?!" Alpha bertanya gugup, merasa tidak yakin dengan telinganya sendiri.
"Carikan kami tanaman curcuma." Dia mengulangi permintaannya dengan nada yang serius.
"Ha-hanya itu?!"
Anak manusia di hadapannya mengangguk penuh keyakinan. Menyadari bahwa lawan bicaranya sedang tidak bermain-main membuat monster itu akhirnya jatuh ke dalam satu kesimpulan yang mutlak.
Dia serius rupanya! Keterkejutan Alpha tampaknya dialami juga oleh werewolf yang lain.
-------
Senin, 10 November 2018
Pukul 02:50 AM (subuh?!)
Catatan :
Masih mentah dan akan direvisi lagi.
Hanya penasaran, adakah yang membaca sampai bab ini?
Bab 7 selesai sampai di sini dan minggu depan akan memasuki bab 8.
Riwayat Penyuntingan :
• Minggu, 21 April 2019