Chereads / RE:VERSE / Chapter 4 - 1.II Acient Demon Fiora

Chapter 4 - 1.II Acient Demon Fiora

Serangan tiba-tiba yang dilancarkan olehnya padaku dengan kecepatan yang luar biasa tak sempat aku hadang sama sekali. Ketiga ujung sabit hitam yang digunakannya kini tepat menyentuh bagian perutku, siap untuk merobek tubuhku menjadi dua bagian.

Ini benar-benar konyol, tak sampai sehari aku berada di sini dan sekarang aku akan mati?! Begitulah pikirku.

Akan tetapi, bukannya tubuhku yang hancur menjadi dua bagian, sabit tersebut malah pecah dengan suara yang renyah. Puing-puingnya tampak berkilauan di bawah sinar bulan purnama yang menerangi hutan. Walau dengan tubuh manusia, ketahanan fisikku tampaknya sama sekali tak berkurang.

"Tidak!!" Gadis itu tiba-tiba berteriak histeris. "Senjata kesayanganku ... kau! Berani-beraninya kau merusak properti kesayanganku!"

Tunggu dulu, dia menyerangku secara tiba-tiba dan aku yang disalahkan dalam situasi ini? Sudah jelas bahwa aku adalah korban! Selain itu, sabit bermata tiga adalah senjata murahan yang bahkan bisa kau jumpai di pandai besi manapun ketika kau berada di Tartarus. Acient Demon macam apa yang menganggap senjata murahan seperti itu sebagai senjata kesayangan?!

"Kau sendiri yang menyerangku!" Aku membela diriku sendiri. "Lagipula kenapa kau menyerang master-mu sendiri?!"

Gadis itu kembali melesat ke arahku dengan kecepatan yang sungguh di luar akal sehat. Kali ini dia mengepalkan tangan kanannya dengan kuat dan mengarahkannya tepat ke wajahku. Karena aku sudah menyadarinya, serangan itu dengan mudah aku hentikan menggunakan sihir tanpa mantra. Tangan kanannya seakan meninju sebuah perisai tembus pandang tepat beberapa senti sebelum mencapai wajahku.

"Kau tahu? Aku adalah Fiora, salah satu Acient Demon tingkat atas di dunia para iblis. Bukan hanya itu, aku adalah pemegang kunci senjata pusaka pribadi milik Demon God. Kenyataan bahwa seorang anak manusia memanggilku kemari adalah sebuah penghinaan. Aku benar-benar marah!"

Mendengarnya menyebutkan sebuah nama dan melihat sifatnya yang sesuai dengan apa yang aku harapkan telah membuktikan bahwa sihirku bekerja dengan sempurna. Tak ada yang perlu dikhawatirkan, semuanya berjalan dengan sempurna kecuali tindakan bodohnya ini.

Tampaknya menjelaskan semua hal yang telah menimpaku pada demon bodoh ini akan memakan banyak waktu. Melihat dari sifatnya, kelihatanya aku harus mengeluarkan lebih banyak mana lagi untuk membuatnya sadar dengan siapa dia berhadapan.

Berpikir seperti itu, aku mulai merapalkan mantra tingkat tinggi sekali lagi.

"Wahai pintu gerbang penciptaan yang melahirkan dunia atas nama Sang Pencipta, aku, Sang Pendosa yang terkurung dalam kegelapan abadi, menantang-Mu untuk tunduk pada makhluk yang terkutuk ini. Membuka Gerbang Kegelapan Empat Belas, Orbis!"

Orbis adalah sebuah mantra tingkat tinggi yang hanya dapat digunakan oleh makhluk-makhluk yang sudah mencapai tingkat acient. Mantra ini akan mengikat siapa pun yang dekat dengan si perapal mantra menuju dunia yang sama sekali berbeda dari dunia nyata. Tidak terlalu kuat memang, tapi cukup untuk menyadarkan Fiora.

Pola sihir merah darah kembali menyebar di sekitarku, memancarkan cahaya ke segala penjuru hutan. Perlahan tapi pasti, dunia mulai bergetar saat dimensi ruang dan waktu dipaksa untuk robek, membuka celah antara dunia ciptaanku dengan dunia ini.

"Ap-Bagaimana bisa?!" Gadis itu tampaknya mengenali sihir ini dengan baik.

Aku menyeringai saat menyadari bahwa Fiora mulai panik dan berusaha lari menjauhiku. Dia menerobos pepohonan, melesat dengan kecepatan luar biasa untuk keluar dari lingkaran sihir di sekitarku. Namun, semuanya sudah terlambat.

Segala hal yang ada dalam pandanganku tiba-tiba berhenti bergerak seakan waktu telah dihentikan oleh entitas yang tak terlihat. Kemudian, seluruh dunia mulai retak dan pecah berkeping-keping layaknya sebuah cermin. Sebagai gantinya, dunia baru dengan langit yang berwarna merah gelap memenuhi segala bidang pandangan kami.

Fiora jatuh terjerembab tak jauh dariku, menghantam hamparan pasir sejauh mata memandang. Tubuhnya gemetar oleh rasa takut yang pekat dan mulai tercium begitu lezat dalam pikiranku. Makhluk ini sudah tidak lagi berniat untuk melawan.

"Berdiri dan berbalik kau iblis sialan!" Aku memakinya kesal.

Tubuhnya semakin gemetar, menatap tak percaya pada dunia yang diinjak olehnya sebelum mengangkat suara.

"The Great Desert?! Mustahil manusia itu ... " Suaranya terdengar serak dan hampir menghilang.

Dia segera berbalik menghadapku dan cepat-cepat menyeret kakinya untuk mendekatiku. Tanpa aku suruh, Fiora segera bersujud mencium ujung kakiku dengan berlinangan air mata. Berulang kali dia melakukannya seiring dengan menambahnya tingkat kengerian yang dia rasakan hingga sampai pada taraf yang akan membuatnya menjadi gila.

"Hamba mohon ampuni hamba, wahai Maharaja yang agung!" Suara itu tumpang tindih dengan suara tangis yang keluar dari mulutnya.

Walau banyak makhluk yang dapat menguasainya, Orbis adalah sihir tingkat tinggi yang sedikit unik. Setiap dunia yang tercipta dalam Mantra Orbis memiliki medan yang khas dan sangat menguntungkan si perapal.

Orbis The Great Desert hanyalah milikku seorang. Aku dapat mengendalikan setiap pasir di dunia ini menjadi bentuk apa pun dan menggerakannya sesuai dengan apa yang aku mau tanpa harus memegangnya. Itulah sebabnya aku memilih mantra ini untuk pembuktian sekaligus alasan di balik kenapa Fiora langsung mengenaliku.

Kemudian, kuhabiskan banyak waktu hanya untuk membujuk anak itu agar lebih tenang.

***

Setelah beberapa waktu terlewat, aku menciptakan sebuah kursi takhta tepat di hadapannya dengan hamparan pasir di sekitar kami. Walaupun sebenarnya tidak perlu, aku harus tetap menjaga wibawaku di hadapan para anak buahku. Kalau tidak, aku takut mereka akan bersikap kurang ajar di kemudian hari.

"Aku senang kau langsung mengenalku." Pembicaraan dimulai dengan basa-basi dariku.

"Te-tentu saja! The Great Desert adalah orbis terkuat di antara yang terkuat! Hanya makhluk tertinggi yang sanggup menciptakannya!" Fiora masih berlutut tak jauh dari hadapanku.

"E-em." Jujur saja, aku merasa sedikit malu mendengar pujiannya yang terlalu berlebihan itu. Namun, ini adalah harga yang harus kubayar untuk mengincar takhta ketuhanan. "Terima kasih untuk pujiannya. Orbis milikmu sebenarnya jauh lebih kuat."

Kata-kataku mengandung kebenaran yang mutlak. Orbis miliknya adalah yang terkuat, jauh lebih kuat daripada milikku. World of Demoniac Weapons, benar-benar Orbis yang sangat merepotkan.

"Lalu, walaupun kau memiliki sangat banyak senjata pusaka di dalam orbis-mu," aku kembali membuka mulut tanpa memberi kesempatan baginya untuk menjawab pujianku, "aku bertanya-tanya akan alasanmu menyerangku dengan senjata murahan."

Mendapati pertanyaanku, wajah Fiora memerah malu sebelum menjawab, "em, bagaimana mungkin hamba berani menggunakan senjata pusaka Anda untuk urusan pribadi hamba?"

Ah, benar juga. Semua senjata yang ada di dalam orbis miliknya adalah senjata-senjata koleksiku. Semuanya berada dalam tingkatan God Slayer Priority. Sungguh tajam dan berbahaya, bahkan bagi diriku sekalipun. Beruntung dia tak menggunakan salah satu dari senjata di dalam orbis-nya. Kalau tidak, sekarang ini aku pasti sudah menemui ajal.

"Bolehkah hamba bertanya sesuatu, wahai Maharaja?"

Aku mengangkat lengan kananku sebagai tanda bahwa aku memperbolehkannya.

"Selama enam belas tahun Anda meninggalkan takhta kekaisaran, bolehkah hamba tahu apa penyebabnya?"

Enam belas tahun?!

Aku agak terkejut mendengarnya. Beberapa jam baru saja terlewat sejak aku terjebak di sini dan tiba-tiba seseorang mengatakan bahwa aku menghilang selama enam belas tahun. Wajar jika aku terkejut mendengarnya, bukan? Namun, berkat pertanyaanya juga, aku jadi mengerti akan suatu hal.

Aku telah menghilang selama enam belas tahun. Itu berarti sihir ilusi Sang Pahlawan telah berhasil melenyapkanku dalam kurun waktu selama itu. Lalu, entah bagaimana Seven Deadly Sins berhasil menemukan cara untuk membawaku kembali ke dunia. Sesuatu seperti itu mungkin saja bisa terjadi.

"Eh, yah. Kau tahu? Ada kejadian yang tidak dapat kuceritakan saat penyerangan pasukan manusia ke kerajaan."

Terus terang aku malu untuk mengakui bahwa Pahlawan telah berhasil mengelabuiku. Jadi, aku masih ragu apakah aku harus mengakuinya atau tidak.

"Ma-manusia?! Bagaimana mungkin manusia dapat menyelinap ke Tartarus?!" Gadis itu terlihat sangat terkejut. Untuk alasan yang berbeda, aku juga terkejut.

"Jadi begitu ... ternyata manusia adalah makhluk yang cukup mengerikan." Fiora mengangguk dan bergumam seolah sedang menilai ucapanku.

Aku mengangkat satu alisku dengan rasa terkejut yang masih belum kunjung mereda.

Tartarus? Apa hubungannya dunia asal para iblis dengan kerajaan?

"Maaf, tapi bolehkah hamba tahu dari kerajaan mana para penyerang itu berasal? Ignis, Cygnus, atau kerajaan lainnya?"

"Ignis? Cygnus?" Aku bertanya-tanya.

Dua kerajaan itu telah dihancurkan oleh Wrath sekitar tiga ribu tahun yang lalu. Aku bahkan belum dibangkitkan pada waktu itu. Lalu, kenapa Fiora menyebut nama-nama kerajaan kuno? Apa dia sedang mengejekku? Tidak, tidak. Tidak mungkin dia berani mengejekku.

"Ah, maafkan hamba! Sudah pasti mereka adalah persekutuan yang terdiri dari para elf, dwarf, manusia, werebeast, dan dragonoid. Betapa bodohnya hamba hingga tak berpikir sampai jauh ke sana! Manusia mana mungkin sanggup menerobos jika hanya sendiri."

Semuanya bertambah rumit.

Dwarven Empire telah musnah sepuluh tahun setelah aku menginjakkan kaki di dunia. Dragonoid sudah aku musnahkan saat perang besar melawan Heaven Dragon God sekitar 1.500 tahun yang lalu. Elf baru saja punah sekitar lima ratus tahun lalu. Selanjutnya, Werebeast sudah kehilangan keberanian mereka dan memilih untuk bersembunyi jauh di kedalaman hutan. Tak ada yang tersisa kecuali kerajaan manusia.

"Be-benar sekali. Itu adalah pasukan khusus yang terdiri dari tiga puluh orang. Mereka menyegelku dengan kekuatan dari para Heaven God."

Pokoknya, aku harus tahu situasinya terlebih dahulu sebelum mengambil langkah ke depan. Namun, bertanya dengan tampang bodoh pada bawahan tentu saja bukan pilihan yang tepat. Karena itulah aku akan berusaha menggali informasi dari Fiora tanpa bertanya langsung padanya.

"Apa?! Dewa-dewi biadab itu bahkan mengirim utusan ke Tartarus dan menyegel Anda?! Tuanku, hamba sarankan Anda untuk memulai ritual pemanggilan Seven Deadly Sins dan segera memulai perang dengan para Heaven God. Dimulai dari Heaven Dragon God sebagai permulaan. Hamba siap membantu dari garis belakang!" Fiora tampak sangat bersemangat.

Apa-apaan dengan garis belakang?! Yah, bukan hal yang penting juga membahas masalah sepele semacam ini. Jadi, aku memilih untuk mengabaikan kalimat terakhir yang dia ucapkan.

Seperti yang sudah kubilang, walau menghabiskan sekitar tiga perempat dari pasukanku dan waktu yang tidak sedikit, kami akhirnya meneriakkan suara kemenangan saat berperang melawan Heaven Dragon God dan para pasukannya. Itu adalah jumlah kerugian yang sangat besar sepanjang sejarah.

Melihat dari situasinya, aku sedikit banyak mulai mengerti. Baiklah, sebagai permulaan, aku akan memastikan beberapa hal.

"Itu adalah langkah yang terlalu berisiko. Kau tahu? Pasukan iblis yang tersebar di dunia fana sekarang ini masih belum cukup kuat untuk menantang Heaven God."

"Ah, Anda benar. Maafkan hamba. Walau Anda memanggil tujuh raja iblis sekaligus, bersama dengan pasukan di bawah kepemimpinan Lord Kimaris tentu saja sama sekali tidak akan cukup. Sihir agung Anda pasti akan menarik perhatian para Heaven God dan membuat mereka langsung turun tangan. Kita tak akan dapat bertahan hanya dengan pasukan sekecil itu."

Lord Kimaris adalah Demon Lord pertama yang terpanggil ke dunia. Itu terjadi sekitar tiga ribu tahun yang lalu dimana seluruh ras di dunia masih hidup dan sibuk berperang di antara mereka. Ditambah lagi, Kerajaan Ignis dan Kerajaan Cygnus masih eksis dan merupakan dua kerajaan manusia terbesar di antara kerajaan lainnya.

Semua informasi tampak sangat cocok, mengacu pada satu kesimpulan yang mutlak. Aku mengerutkan keningku saat jatuh dalam kesimpulan tak terbantahkan ini.

Tidak salah lagi, aku telah kembali ke masa lalu. Tapi, bagaimana semua ini bisa terjadi?! Pahlawan sialan itu pastilah penyebabnya!