Chereads / Queen Or Girls!? / Chapter 2 - Chapter 01 : Kesedihan

Chapter 2 - Chapter 01 : Kesedihan

Disuatu sore hujan mengguyur basah suatu negeri yang sedang bersedih. Negeri tersebut harus menerima kabar bahwa sang Ratu telah tiada, tewas akibat kecelakaan mobil yang dialaminya saat hendak menghadiri rapat.

"Madeleine, ayo kita pulang! " ucap Raja pada putri kecilnya yang bernama Madeleine.

Gadis kecil berusia 7 tahun itu mengangguk seraya memeluk erat boneka beruang miliknya. Mereka sedikit demi sedikit pergi meninggalkan pemakaman. Raja memegang erat tangan putri kecil supaya tidak berlari kembali ke makam ibunya. Namun, walaupun dirinya tak berniat berlari kembali tatapan Madeleine terus tertuju pada makam ibunya.

Kesedihan masih terasa setelah anggota kerajaan sampai di istana. Begitu sampai di ruang utama, sang Raja melepaskan genggaman putrinya kemudian berjalan menuju ruang kerja. Kepala pelayan yang ada di sana segera menghampiri Madeleine dan menggiringnya ke dalam kamar.

Setelah masuk kamar Madeleine langsung ditangani karena gaunnya basah dan rambutnya juga basah. Kepala pelayan itu segera mengambil pakaian baru kemudian mengganti pakaian yang sebelumnya dikenakan dan mengeringkan rambutnya yang basah akibat hujan.

"Kepala pelayan Lasty, apa yang terjadi pada ayah? " tanya Madeleine pelan namun terdengar.

"Mungkin Yang Mulia Raja masih merasa sedih atas kepergian Yang Mulia Ratu. " jawabnya jujur tanpa melebih-lebihkan.

"Sedih? Tapi kenapa Made tidak merasa sedih? " tanyanya polos karena mengakui dirinya yang tak menangis sama sekali.

"Anda masih belum bisa merasakannya, biasanya ketika Anda beranjak remaja perasaan itu akan muncul begitu saja saat Anda merasakannya. " jawabnya dengan nada lembut.

"Lasty, maukah kamu menjadi ibuku? " tanya Madeleine yang membuat Lasty terkekeh kecil.

"Saya tidak bisa. Saya bukan yang seperti Putri pikirkan, saya bukan orang baik. "

"Apa ibu itu harus baik? Kalau memang harus baik Lasty cocok menjadi ibuku karena sudah baik padaku. " jawabnya sambil menatap Lasty dengan senyum manis.

Lasty terkekeh canggung kemudian menjawab, "Saya baik karena sudah tugas saya sebagai pelayan untuk baik pada majikan saya. " ucap Lasty.

"Kalau begitu berhenti menjadi orang baik karena tugas dan mulailah jadi orang baik karena Lasty mau. " ucap Madeleine yang membuat Lasty termenung sesaat.

Setelah mendengar hal tersebut dirinya langsung cepat-cepat mengeringkan rambut Madeleine hingga setengah kering kemudian permisi karena tugasnya sudah selesai. Madeleine mengangguk kecil kemudian menatap pintu tertutup perlahan.

Ia langsung menjatuhkan diri diatas kasur begitu pintu tertutup. Dirinya menatap langit-langit lekat-lekat kemudian mengangkat kedua tangannya dan menatap telapak tangannya lekat. Ia menghela napas kemudian terlelap dalam tidurnya.

Lima tahun kemudian...

Pagi hari yang cerah menyambut negeri bagian, yaitu Quizar. Negara dengan letak strategis dan kaya itu terlihat sangat sibuk pagi ini. Di ibu kota para penduduk sudah bepergian kesana-kemari dan ada juga beberapa dari mereka yang bersiap untuk sesuatu.

Di istana kerajaan para pelayan sedang sibuk berjalan cepat kesana-kemari untuk menyiapkan sesuatu. Hari ini adalah hari yang spesial karena keluarga istana akan kedatangan seseorang yang sangat spesial. Seorang wanita dengan dua anak perempuannya akan datang menemui raja hari ini. Dalam agendanya raja berniat untuk meminang wanita itu karena perasaan tertariknya yang sudah sangat dalam. Selain itu, hari ini juga menjadi hari pertama putri sulungnya bertemu dengan calon ibu yang selama ini ia nantikan.

Di sebuah kamar berwarna serba peach seorang gadis yang meranjak remaja sedang bersiap untuk bertemu orang spesial hari ini. Ia mengobrak-abrik isi lemarinya hanya untuk menemukan sebuah gaun cantik untuk bertemu dengan tamu spesial tersebut.

"Nona Madeleine, tolong jangan mengeluarkan semua gaun Anda seperti itu. Semua akan berantakan dan tak enak untuk dilihat. " tegur Kepala pelayan, Lasty pada gadis itu dengan lembut.

"Lalu aku harus memakai gaun apa? Semuanya bagus, semuanya berkilau, semuanya indah, semuanya spesial. " ucapnya kebingungan.

Walaupun usianya baru menginjak 12 tahun, tapi tingkah lakunya sudah seperti gadis berusia 16 tahun. Ia ingin terlihat cantik, ingin terlihat mengagumkan bahkan dirinya mulai menyukai anak laki-laki di sekolahnya.

"Nona, saya akan carikan gaun yang pas untukmu. Tunggulah di sini sebentar. " ucap Lasty yang kemudian pergi meninggalkan kamar.

Gadis itu dengan penasaran menunggu kemudian tergerak merapikan kekacauan yang ia buat. Lima belas menit kemudian Lasty kembali dan keadaan kamar sudah rapi seperti sebelumnya. Ia membawa sebuah pakaian dengan atasan berwarna putih dan rok span berwarna hitam. Meski sekilah terlihat casual ini sebenarnya adalah pakaian formal. Dengan riang Madeleine meraih pakaian tersebut dan meminta Lasty untuk memakaikan padanya.

"Apa aku cantik? " tanyanya begitu pakaian tersebut selesai dipakaikan.

Lasty mengangguk tersenyum. Wajah gembira terlukis diwajah gadis berambut pirang tersebut. Setelah selesai menatap rambut, pakaian dan segala macam raja datang menjemput putri kecilnya untuk menyambut tamu spesial mereka yang sebentar lagi sampai.

"Ayah seperti apa rupa mereka? Apa mereka cantik sama sepertiku? " tanya Madeleine sambil menggandeng tangan ayahnya.

"Tentu saja! Mereka cantik sepertimu, tapi calon ibumu lebih cantik. " jawab raja dengan senyum penuh bangga.

Madeleine hanya menaikkan alis dan melipat bibirnya setelah mendengar jawaban dari ayahnya. Mereka berjalan menuruni tangga dengan menawan bagaikan sepasang ayah dan anak dari negeri dongeng.

Tamu yang ditunggu pun akhirnya tiba. Mereka adalah seorang wanita muda dengan kedua putri kembarnya yang usianya sama dengan Madeleine. Ketiga tamu tersebut memberi hormat begitu pula kedua orang yang menyambutnya.

Sang Raja mempersilahkan ketiga tamunya untuk masuk dan melakukan makan malam bersama. Ketiganya menerima jamuan tersebut dengan sopan dan anggun seperti seorang bangsawan.

"Mohon maaf Yang Mulia Raja, tapi kami ingin bermain dengan Madeleine maksudku putri Madeleine. " ucap gadis dengan rambut pirang kecoklatan.

"Ya, hmm kalian harus tanya padanya langsung. Dia tidak menerima pendapat dari orang lain. " ucap raja.

Kedua anak perempuan tersebut lantas menghampiri Madeleine dan bertanya apakah dia mau bermain dengan mereka. Walaupun Madeleine masih tergolong anak-anak, tapi dirinya tahu bahwa sekarang ini adalah pertemuan penting jadi dirinya menolak ajakan tersebut dan memilih makan malam bersama ayah dan calon ibunya.

Suasana di meja makan sangat bagus. Tenang dan damai seperti biasanya. Tak lama kemudian raja memulai percakapan dengan wanita muda tersebut. Ia menanyakan banyak hal mulai dari yang sederhana sampai yang agak rumit bagi anak-anaknya.

"Nyonya Grace, saya punya sesuatu untuk Anda. " ucap Madeleine begitu melihat percakapan antar ayah dan calon ibunya itu berhenti.

"Apa itu, putri? " tanya Grace dengan sangat lembut.

Madeleine meminta izin untuk meninggalkan ruang makan sebentar. Ia bergegas pergi ke kamarnya lalu keluar beberapa saat dengan membawa sebuah kotak hadiah yang cukup besar. Melihat benda tersebut Grace sangat terkejut hingga penasaran benda seperti apa yang ada dibalik kotak sebesar itu.

Madeleine langsung menyerahkan kotak tersebut pada calon ibunya itu. Wanita itu dengan senang hati membuka hadiah tersebut ternyata isi dari kotak tersebut adalah sebuah mantel rajut yang memang khusus dibuat untuk calon ibunya itu. Ia memeluk Madeleine begitu melihat hadiahnya hati tersentuh dengan hadiah istimewa ini. Raja dan para pelayan yang melihat hal tersebut ikut tersenyum bahagian dan berharap kedepannya kehidupan mereka akan menjadi lebih baik.