Apa yang akan kau lakukan jika hidupmu tidak memiliki arah dan tujuan?
Semua yang kau lihat memiliki satu warna, kau memandang rendah hidupmu yang tidak berguna.
Tidak ada satupun sesuatu yang harus kau perjuangkan.
Aku berulang kali bertanya pada diriku sendiri. "Sekarang apa lagi?" namun aku tidak pernah menemukan jawaban yang tepat untuk diriku.
Sore ini gelap dengan awan-awan yang berkumpul rendah di atas langit. Bersama dengan bayangan tersebut membuat bahkan wajah orang-orang terlihat sama gelapnya.
Ada orang yang memangkul nasib membenci cahaya, tapi menyukai kegelapan.
Aku menarik nafas dengan dalam lalu tersenyum,
"Kupikir itu diriku?"
Aku memperhatikan setiap orang yang lalu lalang melintasi perbatasan jalan. Wajar saja pikirku, karena saat seperti ini waktu manusia untuk kembali ke rumahnya masing-masing.
Dari kejauhan terdengar suara whoosh dari angin yang berhembus. Angin berhembus cukup kencang, mengibaskan syal yang aku kenakan saat ini.
Seperti inilah keadaannya untuk beberapa hari ini, bahkan aku sudah mulai lelah.
Ngomong-ngomong aku belum memperkenalkan namaku? ... Benar.
Namaku Kiriyama Yugo. Kau bisa memanggilku Yugo, walaupun penampilanku seperti anak kuliahan, tapi akanku katakan, aku ini masih muda! Umurku masih 17 tahun.
Orang-orang terkadang menatapku dengan pandangan yang seolah-olah takut kepadaku, padahal aku tidak memiliki niat jahat apapun kepada mereka.
Walaupun begitu aku tidak memiliki niatan untuk merubah pandangan mereka terhadapku. Aku selalu menanamkan tiga prinsip yang selalu aku pegang dari dulu.
Kau tidak boleh memaksakan pandanganmu pada sesuatu.
Hanya dari dewa kau bisa mengharapkan kesempurnaan.
Kau tidak boleh menuntut idealisme dari siapapun.
Jadi, biarkanlah dunia ini berjalan seperti kehendaknya. Semua orang akan berusaha semampunya untuk berbicara dan berusaha untuk menemukan kesempatan untuk memulai percakapan; pokoknya semacam itulah.
Ngomong-ngomong, alangkah baiknya aku segera pulang ke rumah sebelum cuacanya semakin parah.
Aku berencana pulang menaiki bus pada saat ini, bisa saja aku menaiki kereta, tetapi aku lebih memilih bus, karena itu jauh lebih hemat.
Aku adalah orang yang hemat.
Berjalan dengan memikirkan hal-hal yang terjadi di kehidupanku, membuatku lupa sudah berapa lama tadi aku berjalan? ... Ah sudahlah tidak terlalu penting juga.
Aku berjalan hingga aku sudah bisa melihat halte bus yang biasanya aku gunakan untuk pulang pergi sekolah. Terkadang aku sedikit terganggu dengan orang-orang yang satu sekolah denganku yang menggunakan bus juga.
Bukan apa-apa, hanya saja mereka selalu membuat suara berisik tanpa memperdulikan orang-orang lain di sekitar mereka.
Sebenarnya aku bisa saja pulang dengan menggunakan sepeda, namun karena parkiran sekolah sedang di renovasi untuk membuat gedung sekolah yang baru terpaksa aku tidak membawa sepedaku. Dan juga cuaca buruk yang sedikit tidak menentu membuatku memutuskanku untuk menggunakan transportasi umum.
Aku berharap aku mempunyai baling-baling bambu, dan merengek seperti Nobita meminta sesuatu pada Doraemon karena itu lebih mudah untukku. Dan aku harap aku memiliki Doraemon di masa depan nanti.
Selagi menunggu di Halte, karena bangku juga sudah di isi penuh oleh orang-orang yang satu sekolah denganku, terpaksa aku berdiri dan tidak memperdulikan orang-orang yang ada di sekitarku.
"Hei, bukankah itu Kiriyama Yugo dari kelas 2-E? Bukankah dia yang menghajar seseorang hingga masuk rumah sakit?"
"Jangan terlalu keras, nanti dia bisa mendengarnya."
"Maaf, aku keceplosan."
Aku bisa mendengar suara bisik-bisik mereka.
Aku berusaha melemaskan keteganganku dan mencoba untuk tidak peduli. Yang aku lakukan hanya bersandar dan melipat kedua tanganku seraya memperhatikan jam tangan yang berdetik lambat.
Seperti kata pepatah mengatakan masa lalu adalah sesuatu yang tidak bisa kita ubah. Ingatan yang indah dan hangat bukanlah satu-satunya hal yang ada disana. Begitu juga hal-hal yang tidak diinginkan dan sangat dingin.
Dengan memiliki dua jenis masa lalu seperti itu, jarak antara keduanya akan terus membesar seiring berjalannya waktu. Menaruh keduanya di tempat berbeda akan membuat mereka berkembang dalam diri kita, dan mereka berdua berkembang menuntun orang tersebut dengan hasil yang berbeda-beda. Perbedaan keduanya dapat mengubah banyak hal.
Tak lama kemudian Bus yang aku tunggu akhirnya tiba dengan menyisakan suara 'NIT' ketika pintunya terbuka. Orang-orang mulai memasukinya satu persatu.
"...."
Eh?! Tunggu kemana dompetku? Kupikir aku menyimpannya di saku celana. Tunggu dulu jangan panik, bisa saja di kantong yang satunya lagi... Sial! Tidak ada juga.
Terbesit di kepalaku setelah pelajaran olahraga selesai biasanya aku menyimpannya di bawah kolong mejaku. Kenapa aku bisa melupakan sesuatu yang penting dengan mudah? Aku juga tidak bisa menaiki Bus jika aku tidak mempunyai uang. Sial, aku juga tidak mungkin meminjam kepada orang, "Memangnya siapa aku?". Di saat-saat seperti ini aku merasa kesal karena tidak memiliki teman.
Terpaksa aku harus kembali ke sekolah dan menunggu bus di jam yang lain.
Aku bergegas kembali menuju sekolah.
*******