Chereads / barbarian boys / Chapter 22 - persiapan

Chapter 22 - persiapan

*******

Hujan sudah mulai reda waktu mulai menjelang sore hari mereka masih menikmati waktu bersama di kantin rumah sakit kecuali arumi, dia pulang terlebih dahulu

" Car... Nisa panggil gih " Kata abhay

" Ngapain? " Tanya bancar

" Kenapa?... Lu kangen ama nisa bhay?... " Tanya Tarisa dengan nada meledek

" Lu mau pulang kemana tar?.. " Tanya abhay sembari menatap nya

Tarisa hanya terdiam tidak dapat mendapatkan jawaban di otaknya

" Di rumah lu emang ga bisa bhay?... " Tanya alan dengan santainya

" Yang ada di amuk masa rumah gw " Saut abhay

" Ga usah di pikirin bhay " Kata Tarisa dengan pelan

" Udah gw pikirin tapi tar... Makanya gw suruh bancar panggil nisa " Saut abhay

"Ohh... Lu mau minta tolong nitip ke nisa... " Bancar baru paham " Oke gw suruh ke sini dia "

Abhay mendekatan dirinya pada Tarisa lalu perlahan mengelus bahu nya " Tenang aja tar ada gw "

Tarisa memegang tangan abhay dan perlahan mulai bersandar padanya

Alan memperhatikan mereka berdua " Ah.. Mau balik lah gw " Sambil mulai beranjak dari tempat duduknya

" Eh mau kemana?.. Jangan balik duluu " Kata bancar

" Beli es " Saut Alan dengan kesal

Setelah beberapa lama akhirnya nisa datang dan abhay meminta waktu bicara berdua dengan nya, sementara Tarisa, Alan, dan bancar memperhatikan dari kejauhan dan berusaha mendengar apa yang mereka katakan, tapi abhay berbicara begitu pelan sehingga mereka tidak dapat mendengar apa-apa

Setelah selesai berbicara abhay dan nisa kembali bergabung dengan yang lain dan nisa duduk di samping bancar

" Abhay bilang apa? " Tanya bancar sedikit berbisik

" Kepo.. " Saut nisa

" Tar nanti nginep di rumah nisa dulu ya " Kata abhay dengan pelan

Dan Tarisa hanya menganggukan kepalanya dan tersenyum ke arah nisa, dia seperti tidak ingin bicara tentang berapa tidak berdayanya dirinya, akhirnya mereka bersama-sama mengantar nisa dan Tarisa ke rumah nisa

Saat sampai di rumah nisa Tarisa merasa tidak enak untuk merepotkan nisa dengan menginap di rumah nya dan abhay berusaha untuk meyakinkan nya

" Tar.. Percaya aja ya ama gw " Kata abhay sembari memegang bahunya

" Tapi nanti abhay ke sini ya " Kata Tarisa dengan pelan

Abhay hanya tersenyum padanya hingga nisa dan Tarisa masuk ke dalam rumah dan kemudian abhay beranjak pergi dengan langkah yang yakin dan kuat kemudian diikuti oleh Alan dan bancar

Mereka bertiga berjalan menyusuri jalan dengan hembusan angin sore yang menenangkan

" Besok sabtu kan ya? " Tanya abhay

" Iya kenapa emang? " Tanya Alan

" Gapapa senen sekolah yang bener lan " Saut abhay

" Dih yang sekolah nya ga bener kan elu " Saut Alan

Lalu mereka tertawa

Akhirnya mereka berpisah dan mulai berjalan sendiri ke rumah masing-masing, abhay berjalan dengan beban berat yang dia pikul sendiri, dengan segala macam masalah yang datang di saat yang bersamaan tetapi abhay tersenyum, dia berjalan menuju rumahnya sambil tersenyum

***********

Ke esokan harinya bancar dan Alan pergi ke tempat ankal biasa berkumpul di dekat sekolah karena bancar menerima laporan zein dan beberapa temannya menjadi korban keroyokan

" Gimana ceritanya lu bisa di keroyok? " Tanya bancar

" Ceritanya ya gw di keroyok, itu sekolah yang jadi tuan rumah lomba " Saut zein

" Kita juga di keroyok kemaren " Saut Alan

" Abhay masih sakit? Dia ga dateng ke sini? " Tanya zein

" Sakit sih pasti " Saut Alan

" Gw nanti coba ke rumahnya aja, dia mah susah di hubungin " Kata bancar

" Kita harus tegas , gw bilang hari senin sepulang sekolah di jalan deket sekolah mereka " Kata zein dengan wajah yang kesal

" Lu barusan nyebutin tempat dan waktu buat apa? " Tanya Alan dengan santainya.

" Kita tauran " Saut zein

" Mantab parah " Saut bancar

" Kita belum tanya abhay kan " Kata Alan

" Ya gimana udah terlanjur, nama sekolah sama nama ankal yang jadi taruhannya ini " Saut bancar dengan nada yang lemas

" Emang abhay kenapa sih? , biasanya juga dia selalu cepet kalo ada masalah kaya gini " Tanya zein

" Dia ada Masalah lain " Saut bancar

" Lebih penting dari ini? " Tanya zein

" Yahh gw gatau sih yang mana yang jadi prioritas nya" Saut bancar

" Tapikan kita butuh pemimpin ini " Kata zein

" Iyaaa santai nanti sore gw ke rumahnya "

Di sisi lain abhay sedang berada di tempat bayu dan teman-teman nya berkumpul, tetapi bukan untuk ikut bergabung melainkan menantang bayu

" Bay lawan gw, kalo gw menang lu jadi bawahan gw " Kata abhay dengan lantang

" Hahaa boleh juga lu... Sini maju " Bayu tersenyum lebar

Lalu mereka mulai saling menghantam satu sama lain dengan begitu sengit, walau hanya berdua tetapi keadaan menjadi cukup ricuh dengan sorakan anak buahnya bayu yang mengitari mereka berdua yang sedang berkelahi.

Di lain tempat Tarisa merasa begitu resah karena abhay tidak kunjung mengabari nya atau datang menjenguk nya

" Ihh... Abhay kemana sih, susah banget di hubungi " Kata Tarisa dengan kesal

" Sabar tar.. Mungkin dia sibuk " Nisa berusaha menenangkan nya

" Niss coba tanya bancar dia ama abhay ga? " Kata Tarisa

" Tadi bancar yang nanyain abhay ke sini ga " Saut nisa

" Hah maksudnya " Tarisa kebingungan

" Maksudnya bancar ga lagi sama abhay, dia aja nyariin abhay " Kata nisa dengan lembut

" Yahh " Tarisa merasa kecewa

Hari sudah menjelang sore Alan dan bancar sedang menuju ke rumah abhay, tetapi sesampainya di sana pintu rumahnya terkunci dan tidak ada jawaban saat di panggil

" Abhay ga di rumah kali " Kata Alan

" Yaa kali aja , coba cek kamarnya yo " Saut bancar

Mereka melihat lewat jendela kamarnya abhay dan ternyata mereka melihat abhay sedang berbaring tanpa memakai baju dan hanya memakai celana levis biasa yang terlihat kotor dan bercak darah di beberapa bagian tubuhnya, lalu bancar membuka jendelanya dan masuk melalui jendela dan di ikuti oleh Alan

" Bhay oi... Lu kenapa " Tanya Alan dengan sedikit menyentuh nya

" Ahh gw... Gapapa " Saut abhay dengan nada yang pelan

" Ga biasanya lu bilang gapapa, oh ya btw kita masuk lewat jendela bhay "

Abhay hanya diam

" Kita kesini mau ngasih tau lu, tadi ada lagi korban yang di keroyok "

" Oh iya.. " Abhay hanya merespon nya dengan datar

Bancar hanya memperhatikan nya

" Trus zein sama mereka udah bikin jadwal , hari senin kita bakal bentrok "

" Yauda semangat dah " Saut abhay dengan datarnya

" Lu ga ikut? " Tanya bancar

" Ga deh, " Saut abhay

" Lah mana bisa gitu bhay masa pemimpin nya ga ikut " Kata Alan

" Nah lu bedua aja dah yang jadi pemimpin, gw kaluar " Saut abhay

" Maksud lu? " Tanya bancar

" Ya lu pimpin dah tuh ankal, gw udahan " Saut abhay

" Yaa kan lu yang buat, lu yang pimpin kalo tanpa lu yang ada bubar " Saut alan dengan nada yang meninggi

" Yauda bubarin aja sekalian, dari pada cuma pada nganter muka buat di bikin bonyok besok" Saut abhay dengan nada yang datar

"Bhay jangan kaya anak kecil lah, ga lucu begini " Saut Alan

" Nah jangan kaya anak kecil dah, berenti ngerengek dan pimpin sana ankal " Saut abhay

Bancar berdiri dan mulai membuka jendela " Okeh makasih, gw balik bhay " Kata bancar lalu kemudian dia keluar dari kamarnya dan di ikuti oleh Alan " Lu ga se keren dulu bhay "

Abhay hanya diam dengan satu tangan menutupi matanya dan tangan lainnya mengepal begitu keras.