Chereads / Hans, Penyihir Buta Aksara / Chapter 90 - Aksara 49A: Perekrutan Murid Baru Akademi!

Chapter 90 - Aksara 49A: Perekrutan Murid Baru Akademi!

Villa Hans, Hidden Baron Villa (Villa Bangsawan Pengusaha Obat)

Sepuluh hari kemudian.

Matahari terik bermain petak umpet di balik birunya langit dan putihnya awan, dauh-daun berkejaran di tiup angin musim panas, dan harum daun kening. Semua pemandangan itu memayungi Hans dan orang-orangnya yang tengah bekerja di ladang.

"Tuan muda! Tuan muda!" Seorang anak kecil berumur lima tahun berlari sambal memeluk sebuah surat, bocah itu terlihat riang ketika bisa melakukan sesuatu untuk tuan mudanya. Sebab semua yang berada bersama-sama Hans bekerja, tidak seorang pun menganggur, karena begitu pula cara Hans hidup semenjak kecil. Baginya tidak bekerja tidak makan adalah sebuah bentuk Latihan dan didikan.

"Hei, Elan!" Hans meletakkan cangkul di tangannya, mengelap dahinya yang berkeringat dengan tangan kiri. Kemudian mengusap kepala bocah kecil itu dengan tangannya yang lain, dan bocah itu memberikan suratnya dengan kedua tangannya.

Bocah itu masih berdiri dengan kedua tangan di belakang, sambil menunggu Hans memujinya. Hans menggeleng kemudian berujar.

"Terima kasih Elan, kau sudah membantuku!" Ia kemudian merogoh tas kecil di pinggangnya, mengambil sebuah benda terbungkus daun bambu.

"Nah, ambillah!" Hans tersenyum, bocah itu kemudian melompat kegirangan dan membungkuk kemudian berlari ke arah kotak surat yang menjadi tanggung jawabnya.

Hans membuka surat gulungan di tangannya, matanya memandang isi dari surat tersebut.

"Prajurit! Perhatian, kepada setiap calon murid Akademi Conquera, segera melapor dalam waktu 3 hari. Perintah selesai."

Isi surat itu singkat dan penuh aroma militeristik, Hans kemudian memandang sekeliling. Melihat puluhan pekerja tengah menanam gandum dan berbagai tanaman obat yang benihnya ia beli. Ia dan Benaya, serta prajurit yang lain tengah membangun saluran irigasi yang terhubung ke sungai kecil di belakang Manor kecil miliknya.

Ia membagi perkebunan miliknya menjadi beberapa petak lahan, tentu ia mempelajari hal ini. Ia tercengang ketika melihat Tuan Fidelis Atkinson bisa memanen tiap jenis tanaman obat tiap hari, dengan membagi umur tiap tanaman dengan selisih hari yang berbeda, jadi tanaman itu akan panen setiap hari.

Sayangnya, hal itu hanya dapat digunakan untuk tanaman obat-obatan biasa, untuk tanaman magis dengan jiha di dalamnya terlalu sulit untuk di manipulasi dengan kemampuan tenaga pekerja di tempatnya saat ini.

Karena Sebagian besar adalah orang-orang yang ia ambil dari pinggir jalan, dan tidak memiliki pendidikan. Sebagian besar orang dewasa bahkan tidak dapat membaca, hal itu membuat Hans sedikit kewalahan.

"Ben kemari!" Teriak Hans.

"Baik Tuan Muda!" Benaya bergegas melemparkan cangkul besar yang ia genggam, tubuhnya menciut kembali ke mode manusia biasa.

Reinald dan Abner memandang Benaya dan Tuan Mudanya, mereka merasa iri pada Benaya yang masih muda dan bisa ikut bersama Hans untuk memasuki akademi militer, dan mereka hanya bisa keluar ketika Gordon dan Georgio kembali dari misi menjadi tentara bayaran.

"Ben, besok kita akan berangkat ke Akademi, kau harus ingat selama di akademi kau akan berpura-pura menjadi abangku!" Hans menyerahkan gulungan surat dan memeriksa lengan Benaya, tubuh Benaya memiliki mutasi spesial yang membuat tingkat penyembuhannya sangat cepat.

Hans berjalan mengelilingi seluruh hamparan ladang yang ia sedang bangun.

Hans berjalan pelan, bertelanjang kaki mengelilingi sepetak lahan khusus yang ia buat di tengah-tengah lahan bulir gandum di sebelah kanannya, dan benih padi di sebelah kirinya. Tempat itu berwarna emas dan hijau, petak tanah berukuran dua kali dua dpa atau (12,25 meter).

Hans menanam sorgum yang ia temukan di tengah ladang penuh jasad makhluk magis, meski begitu sorgum itu tidak tumbuh sama sekali. Ketika ia memakan sorgum itu ia merasakan aliran deras jiha mengalir ke dalam tubuhnya, makanan itu sangat baik untuk suplemen Latihan dan membantu perkembangan kekuatan fisik.

"Hmmm.. Tuan Fidelis bilang tanaman ini beradaptasi dengan lingkungannya dan membutuhkan makanan dalam jumlah besar. Berbeda sumber nutrisi berbeda pula kasiat dan efek setiap memakannya." Hans menghitung jarinya sambal berpikir.

"Haah… Aku tidak ingin memberinya darah meskipun itu darah binatang, sebab itu terlalu mengerikan untuk di bayangkan!" Hans masih mengingat pemandangan daratan penuh darah dan genangan darah yang ia temukan di tengah hutan, belum lagi wanginya nanti akan mengundang makhluk-makhluk liar berdatangan.

"Apakah pupuk biasa saja akan cukup? Untung aku hanya menanam beberapa butir," Ujar Hans, ia kemudian berjalan pergi dengan mood yang mengambang.

Ia kemudian bergegas masuk ke dalam Manor, ia mandi dan membersihkan seluruh bagian jarinya. Setelah semua bersih dan steril, ia keluar tempat permandiannya, memakai mantel mandi.

Para pelayan sudah menyiapkan pakainnya, ia kemudian melepas mantelnya dengan melemparnya ke Kasur, seperti anak-anak pada umumnya.

Ia mengambil pakaian dan mengenakannya sambal tersenyum, meski para pelayan memaksa untuk memakaikannya baju. Katanya hal ini adalah hal yang lumrah di kerajaan Exodia bahkan seluruh daratan Sylvia, semua bangsawan terbiasa diperlakukan seperti ini.

Sedang Hans? Sejak awal dia tidak pernah menganggap dirinya bangsawan, apalagi mengingat suster kepala, ia bergidik. "Dipakaikan pakaian? Suster kepala terlebih dahulu mencekik leherku!"

Ia tersenyum, sedikit beruap matanya, seperti bocah yang rindu ibunya. Semenjak awal ia selalu menganggap suster kepala sebagai ibunya.

**

Hans membuka pintu, masuk ke sebuah ruangan khusus di basemen manor miliknya. Ruangan itu di penuhi instrument pengobatan, bahkan pisau operasi dan meja pengikat. Bila dilihat sepintas, terlihat seperti tempat eksperimen professor gila yang suka membunuh anak-anak.

Tapi tempat itu berbeda, terdapat pencahayaan yang terang, dan semua tempat di lapisi kayu dengan warna terang.

Di sana terdapat beberapa anak-anak yang terlihat kekurangan nutrisi, juga beberapa prajurit yang terluka parah.

"Raemin, bagaimana kabarmu? Apakah sudah merasa lebih baik?" Hans mendekati sebuah Kasur batu dengan matras kain tebal, seorang pemuda berumur dua puluh lima tahun dengan rambut pirang tertidur di sana.

"Raden, aku sudah merasa lebih baik, jahitannya pun sudah mulai mengering!" Raemin menjawab dengan antusias, ia melihat sendiri kemampuan medis dari Hans.

Hans mengangguk, ia kemudian menekan pergelangan tangan kanan Raemin, mengirimkan aliran jiha masuk dan memeriksa benang-benang jiha dan syaraf Raemin.

"Tidak ada aliran darah yang bermasalah, hanya terasa pertumbuhan tubuh bila hanya mengandalkan jiha akan sangat terbatas!" Hans berujar sambil terus memeriksa tubuh Raemin, kemudian mengangguk, berjalan pergi ke Kasur selanjutnya.

"Hei Ciaa! Bagaimana soreemuu!" Hans melompat kecil dan mengusap kepala gadis kecil berumur 4 tahun. Wajahnya tersenyum, seperti seorang abang laki-laki berumur sebelas tahun melihat adiknya.

Cia mengalami kerusakan parsial paru-paru, penyebabnya bukan penyakit, melainkan sebuah kutukan. Hans masih melakukan penelitian, tentang bagaimana menyembuhkan dia.

"Hans.. Ans…!" Cia tertawa dengan renyah, di sebelahnya seorang pelayan selalu menjaga cia setiap waktu, gadis kecil itu mengangkat kedua tangannya berusaha memeluk Hans. Hans mendekat dan memeluk gadis kecil itu.

Hans kemudian dengan sangat lembut menggunakan telunjuknya menyentuh pergelangan tangan Cia. Hans dengan sangat hati-hati melepaskan jiha sedikit, kemudian mengangkat jari telunjuknya. Kemudian menyentuh beberapa bagian di tubuh Cia, memberi gadis itu kehangatan dan membuatnya tergelitik.

Ketika hal itu terjadi, kabut hitam keunguan di dalam paru Cia mulai melawan balik, namun tertekan dan bersembunyi di dalam paru-parunya.

Hans memeriksa semua anak-anak dan kemudian berbalik ke Kasur Cia, "Cia ayo kita melihat langit merah jambu!" Hans menggendong Cia, Raemin berucap terima kasih seraya Hans meninggalkan ruangan.

Hans berjalan menggendong Cia, sementara anak-anak lainnya masih terlalu lemah dan masih terlalu di bawah umur, Hans hanya membawa Cia. Pelayan penjaga Cia juga mengikuti di belakang, terenyuh melihat bagaimana Hans tertawa dan berlagak seperti bocah pada umumnya.

"Hans… Ans…" Cia tertawa kecil dan suaranya yang renyah membuat seluruh pekerja yang baru kembali dari ladang dan prajurit yang berjaga tersenyum, hal ini menjadi kegiatan Hans setiap hari.

Di saat ini pula para prajutir dan pegawai Manor melihat sisi asli Hans yang semenjak mereka bertemu belum pernah lihat.

**

Keesokan harinya.

Hans dan Benaya berdiri di depan gerbang manor, orang sekitar tidak mengetahui bahwa Manor itu adalah milik bangsawan, mereka hanya mengetahui tempat itu adalah rumah dan Manor milik pengusaha kaya dan dijaga tentara bayaran.

Hans mengenakan pakaian setelan kemeja putih berbahan sutra, rompi cokelat muda dan jaz berwarna cokelat tua, Benaya mengenakan jas dan rompi hijau. Yang berbeda adalah wajah keduanya terlihat seperti orang yang berbeda. Hans menggunakan kombinasi totok jarum dan juga obat pengontrol otot untuk melakukan modifikasi pada wajah mereka.

Kereta kuda pengantar telah bersiap, Georgio menjadi pengendara kudanya. Perjalanan memakan waktu beberapa hari, sehingga para pasukan memaksa setidaknya satu orang Kapten harus menemani Hans. Selain itu para bocah yang mengepalai gang anak-anak jalanan juga mulai beraksi dan menjadi mata-mata pencari informasi untuk mengamankan tuan muda mereka.

Georgio menjadi utusan dari sebagian prajurit yang menjadi tentara bayaran, mereka sudah memiliki markas di pusat Kekaisaran. Bayangan Hans di dalam kereta kuda tertutup kabut pagi, kereta itu kemudian menghilang di tengah gelapnya subuh hari itu.

Pusat Kekaisaran Maro

Setiap seluk kerajaan kini tengah ramai, pembukaan perekrutan siswa dan siswa tahun ajaran baru dimulai serentak di semua akademi dan sekolah di seluruh kekaisaran Maro, terjadi di setiap kota di bawah kerajaan-kerajaan persemakmuran di bawah kuasa Kaisar.

"Raden, biar aku mengantarkan anda hingga ke dalam!" Ujar Georgio dari balik jubah menutupi kepalanya, namun jubah tanpa lengah itu menunjukkan otot dan bekas luka yang menatap balik siapa pun yang melihatnya.

Hans menggeleng, "Sampai jumpa Georgio, aku akan mampir ke persembunyian bila ada kesempatan. Kamu bisa mengirimkan tikus dengan memberinya makanan ini, maka tikus itu akan mencari aku, dan aku akan tahu kalian mencari aku."

Ia tersenyum singkat, bahagia bisa bertemu Georgio setelah beberapa lama tidak berjumpa.

"Bang ayo jalan!" Suara Hans berubah, ia memanggil Benaya dengan panggilan bang sebagai identitas samara.

Benaya mengangguk, ia hendak berjalan mengikuti Hans namun tangan besar Georgio, meremas bahu Benaya menghentikan dia.

"Jaga Raden!" Georgio berucah keras dan bengis.

"Tengan Saja!" Benaya tidak mau kalah, tubuhnya membesar hanya dalam waktu kedipan mata dan kembali seperti semula. Kedua orang itu seperti hewan buas yang hendak menerkam satu sama lain.

Benaya memang mendapat rasa iri dari para kapten yang lain, sebab dia satu-satunya prajurit yang menemani Hans ke mana pun dia pergi. Mereka merasa Hans memperlakukan Benaya berbeda, tetap ketika Georgio melihat peningkatan kekuatan Benaya yang meningkat pesat, bahkan menyamainya, Kapten tentara bayaran yang telah membunuh banyak musuh itu merasa kedudukannya terancam.

Kapten yang lain tidak mengetahui sumpah Benaya, yang ia buat dengan dasar roh dan jiha miliknya. Ia selamanya menjadi pedang bagi Hans, hingga Hans tak mampu menghunusnya lagi.

Benaya berbalik dua tangannya meremas pundak Georgio yang jauh lebih tinggi darinya, ia menatap Georgio tajam, "Masalah nyawa tuan muda, aku tidak bisa menjaminnya! Tapi, aku bisa pastikan ia tidak akan mati sebelum aku mati!"

Benaya kemudian berjalan dan bergegas mengejar Hans yang sudah berjalan jauh di tengah keramaian para calon siswa dan siswi. Meninggalkan Georgio yang tersenyum dan mematung, "Menarik bocah!"

Hans dan Benaya, menapaki sebuah skema baru, dengan dunia yang tidak mereka kira di balik kemegahan sebuah kota dan segala kejutan di dalamnya.