Edited by Author (Artinya - Unedited 🙈)
"Hahaha kita berhasil!" Georgio tertawa.
"Hahaha kau rasakan itu bocah besar!" Abner mengacungkan jari tengahnya ke arah Legion, meski begitu mereka merasakan jiha mereka berkurang hampir setengahnya.
Berbeda dengan para prajurit, Hans justru terdiam,"Jadi serangan tadi tidak cukup, serangan itu mungkin berbahaya bagi musuh yang tingkatnya sama dengan paman Bayu. Tapi ternyata masih belum cukup!"
"Sial!!"
"Belum lagi strategi ini sudah diketahui Legion, aku harus membuat rencana baru!" Hans mengepalkan tangannya. Lengan dan telapak tangannya gemetar, ia menahan sakit, namun tak bersuara, sebisa mungkin menyembunyikan ekspresi sakit di wajahnya.
"Tenang! Berfikir!" Hans menutup mata dan berhitung dengan jarinya, Benaya awalnya bingung, namun memilih untuk melindungi Hans. Ketika ia mengerakan jarinya, jarinya berguncang.
"Lindungi tuan muda!" Ujar Benaya, ia mengira Hans kelelahan karena menjadi pusat perputaran energi. Bayu pun berpikir demikian, darah masih menetes turun di sela-sela jarinya.Â
Bayu melihat pasukannya justru terbengong ia berteriak,"Lindungi Raden!"
Setelah membuka mata Hans memandang medan pertempuran, Hans tidak menyadari bahwa tubuhnya mulai gemetar.Â
Menghela nafas ia mulai memberikan perintah,"Semua pemimpin pasukan bentuk formasi bunga magnolia!"
Para prajurit akan bergerak kemudian berhenti, Danang kemudian bertanya,"Raden, mohon maaf, tapi bunga magnolia bentuknya seperti apa?"
Hans tidak tahu harus tertawa atau menangis melihat tingkah mereka, ia menenangkan diri dan berujar lagi,"Buat delapan baris ke delapan penjuru mata angin! Masing-masing barisan berisi enam orang, pasukan Nusantara dan pasukan pribadiku melebur menjadi satu!"
"Cepat!" Hans berteriak melihat Legion perlahan bangkit, kekuatannya menjadi lebih kuat, pria di dalamnya berteriak makin keras. Unsur kehidupannya semakin berkurang, menjadi bahan bakar bagi ribuan iblis yang menguasainya.Â
"Argghhhhh! Bunuh aku! Aku mohon!" Jeritan dan tangisan terdengar. Pria itu merana, menangis, tubuhnya tak dalam kendalinya. Telrihat kulitnya mengering, terkelupas menyingkap otot dan darah yang menetes deras keluar.
"Paman Bayu, Isilah celah di antara barisan! Georgio, Abner, paman Gordon, Reinald, Benaya, Paman Theo dan Obelix bersaudara kalian juga isi setiap celah!" Tubuh Hans bergetar kuat. Formasi yang semakin besar menambah beban yang ia harus tampung. Ia menahan darah yang hendak ia muntahkan, menelannya secara paksa.Â
"Sial detak jantungku mencapai tiga kali batas normal, lebih dari ini aku bisa mati!" Pikirnya seraya menarik nafas, mencoba menurunkan tempo jantungnya.
Ia menarik tiga tabung bambu dari ikat pinggangnya, ia membeli ikat pinggang itu di perkemahan. Tabung bambu berwarna keemasan itu diameternya hanya sebesar ibu jari, berisi tiga ramuan berbeda.Â
Memotong ujung ketiga tabung bambu itu secara bersamaan lalu ia meminum dan menelan cairan di dalamnya. Ketiga cairan itu berisi penghilang rasa sakit, pelancar peredaran darah dan obat penenang untuk membuat detak jantungnya melambat. Ketiganya tidak menyelesaikan inti masalahnya, hanya menjadi doping agar ia bisa memaksakan dirinya.
"Jangan melawan domain milikku! Biarkan itu membimbing kalian!" Hans mengingatkan ketika domainnya menyentuh para prajuritÂ
"Sial! Terlalu sulit!"
"Terlalu berbeda, tidak ada keselarasan energi antara pengisi formasi!" Hans memekik dalam hatinya, meski perlahan tubuhnya mulai mati rasa karena penghilang rasa sakit namun matanya mulai buram. Otaknya tetap tidak bisa ia kelabui, ia menjerit memperingatkan Hans.
Hans melihat energi yang tiada beraturan itu keluar masuk tubuhnya, dapat melihat pergerakan energi bukan berarti ia memahami teori dan aplikasi formasi yang sebenarnya.Â
Bila para ahli pembuat formas melihat apa yang Hans lakukan mereka pasti akan menilai hal ini mustahil atau sama saja dengan bunuh diri!
"Aku hanya punya beberapa helaan nafas saja!" Matanya memerah, tubuhnya serasa akan meledak!
"Raden! Ini mustahil!" Bayu merasakan kegalauan luar biasa, ingin dia berteriak namun formasi sudah terlanjur aktif, dan menghentikannya sekarang percuma.
"Raden! Alihkan sebagian besar energinya padaku!!" Bayu memaksa bicara ketika tubuhnya terasa kaku oleh kekuatan luar biasa yang tertampung.Â
Hans menggerakan domain dan mengalirkan energi secara paksa ke arah Bayu, mengurangi beban yang ia terima. Bayu, Senopati termuda itu bergetar kuat, kulitnya memerah, pembuluh darahnya seperti akan meledak dan hal itu memang kenyataannya.
"Setiap baris bergerak ke dua arah, urutan genap ke arah kanan dan ganjil ke arah kiri!" Perintah Hans.
"Phuak!" Ia memuntahkan darah.
"Tuan muda!!" Benaya memekik kecil, Abner, Reinald dan Georgio serta pasukan yang lain hanya terdiam, mencoba fokus pada perintah yang diberikan padanya. Mereka mengepalkan tangannya sangat kuat, hingga kuku menembus telapak tangan.Â
"Benaya! Fokus! Jangan mengacau atau akan ku patahkan lehermu!" Georgio mengingatkan.
Pasukan itu bergerak, beberapa barisan terlihat tidak beraturan pada awalnya. Namun kemudian perlahan mereka mulai menyesuaikan.Â
Ketika formasi itu mulai aktif, cahaya terang melingkupi mereka semua. Pusaran berlawan terbentuk di antara ke enam orang tiap barisnya. Seperti menara besar yang memiliki menara lain di dalamnya, keduanya berputar ke arah berlawanan.
"Serang! Pertahankan formasi dan rotasi kalian ketika maju!" Hans berteriak, mengikat formasi itu dengan domainnya.
Argggghhhhh!
Legion berteriak, tubuhnya kini empat puluh hasta, seakan akan meledak karena terlalu besar. Dua pedang itu menjadi empat pedang besar, menyerang dari atas, mencari pusat formasi pasukan.Â
Hans tidak bergeming, matanya menatap tajam ke arah Legion.Â
Ia kemudian mengambil kuda-kuda, formasi itu kemudian terdiam. Seakan menjadi satu. Semua orang di dalam formasi mengikuti gerakan Hans.Â
Delapan baris prajurit itu kemudian terbagi dua, empat dari antaranya bergerak saling silang, seperti rantai bentuknya meski tidak menyatu. Jiha semakin kental melingkupi mereka, sehingga perlahan bayangan tombak besar seakan menggantikan barisan demi barisan.Â
Empat barisan lain membuat persegi di sekeliling Hans, kemudian berbalik menghadap Hans.Â
"Berhasil! Sekarang tinggal menyerang dan bertahan!" Pikir Hans.
Masing-masing melepaskan jiha mereka sesuai tuntunan domain milik Hans, empat pilar jiha besar membentuk tombak di empat sisi tubuh Hans.Â
"HÃ aaaaaaaaarg! Serang!" Ujar Hans setelah berteriak keras.Â
Hans memutar tubuhnya, dimulai dari kaki kanannya yang bergeser ke kiri, kemudian tangannya meraih keempat tombak sambil berputar, mengayunkan tangannya seperti tengah melempar tombak sesungguhnya.
Sssessss!
Suara angin berdesis ketika tombak itu melesat, menyambut empat pedang hitam yang menghujam turun.Â
Awalnya semuanya terlihat baik-baik saja, namun seketika serangan itu dilancarkan, jiha yang mengelilingi mereka menjadi kacau.
Cahaya seperti kembang api melesat, diikuti gemuruh ketika empat tombak itu membentuk pusaran angin ketika saling berotasi.
Duuaarrrrr!
Tang.. tang.. bletang!Â
Pedang energi kematian dan tombak jiha cahaya beradu, tombak itu melumat habis keempat pedang hitam itu, menembus mereka dan terus melesat ke langit. Â
Jiha yang terkumpul itu membentuk medan energi besar akibat tertahan oleh formasi. Hal itu membuai begitu ledakan terjadi energinya tidak berhenti. Kekacauan energi itu makin parah dan mementalkan mereka yang berada di bawah
Hans dan para prajurit terkena ledakan dan terpental seperti layangan putus, Hans berputar di udara, tangannya seakan tak bertulang.Â
Luka menganga nampak di bagian tubuh para prajurit, mereka yang terpental mencoba bangkit terlihat putus asa dan penuh luka.Â
Tubuh Hans hampir saja menabrak pohon, beruntung Nerdi terlebih dahulu menangkapnya.Â
Hans menolak ketika Nerdi mencoba menggendongnya, memaksa turun dan memuntahkan darah.Â
Formasi itu kini hancur, empat barisan yang lain kehilangan sokongan energi dari pusat formasi dan kehilangan kekuatannya.
"Berpencar! Phuak! Lari!! " Ujar Hans, kemudian memuntahkan darah. Ia berusaha bangkit namun terjatuh ke tanah.Â
Sial mengapa menjadi seperti ini!
Ia mencoba bangkit, namun tubuhnya menolak.Â
Georgio menarik paksa Benaya yang tersungkur, kemudian berlari ke arah Hans. Darah mengalir deras dari kepalanya, sementara Benaya di belakangnya menemukan Hans yang hampir kehilangan kesadaran, mengamuk seakan menggila berlari mendahului Georgio. Abner dan Reinald bersusah payah bangkit, membuang batu besar yang menimpa Reinald dan dirinya.
Benaya memiliki lubang besar di bahunya, namun luka itu dengan cepat memperbaiki dirinya sendiri.
Ledakan energi itu membuat lubang besar terbentuk di tanah, meluluh lantahkan pepohonan hingga akar-akarnya. Membawa pula tengkorak manusia di sekitar mereka--tulang-belulang manusia yang mati karena roh jahat menyerang mereka.Â
Legion kemudian melepaskan ribuan roh jahat ke arah Hans. Nerdi dengan gagah berani menggendong Hans, mengangkat gada besarnya melindunginya.Â
Hans masih dapat melihat samar-samar orang-orangnya berdatangan melindunginya.Â
"Tidak! Mengapa terjadi lagi! Mengapa terulang lagi!" Hans meronta.
"Jangan..! Cepat pergi... dan tinggalkan aku! Pergi!" Hans berujar, berusaha berteriak sekerasnya. Memerintahkan pasukannya meninggalkan dia. Namun suaranya mulai meredup, matanya hampir tertutup dan melihat sosok paman Odel berdiri memunggunginya.
"Apakah ini akhirnya? Apakah aku akan mati?"
"Tapi janjiku pada Tuan Yu'da belum aku penuhi! Pasukan? Bernard.. Ben.. Suster kepala.."
"Begitu banyak janji…"
Seketika itu hilang kesadaran.
Benaya berjaga di samping Nerdi yang tengah menggendong Hans, satu persatu orang-orangnya berdatangan.Â
Sedangkan Bayu dan pasukan serta mantan napi yang berada paling dekat dengan Legion bertempur sengit, dua orang kehilangan lengannya. Mereka adalah prajurit Nusantara, meski kehilangan lengan mereka tetap bertsrung dengan berani.Â
"Senopati, pergilah bawa Raden Mas pergi! Kami akan menahannya!" Ujar salah satu dari dua orang itu.
Keduanya kemudian maju menyerang Legion yang terus mengecil akibat ribuan iblis terbang ke arah Hans, tekanan pada Bayu dan prajuritnya berkurang.Â
Bayu terdiam, kemudian memandang Hans yang terkulai lemas dalam lindungan Nerdi. Ia terjebak dalam keputusan sulit, haruskah ia menyerang Legion yang tengah melemah, atau menolong Hans.
"Senopati, kami juga akan menahannya!" Ujar delapan orang di belakang Bayu, menyadarkan Bayu dari lamunannya.Â
"Tidak! Kita harus mengalahkan makhluk ini, itulah satu-satunya cara menyelamatkan Raden Mas!" Bayu melesat maju dan mengayunkan pedangnya, pertempuran kembali terjadi.
"Lalu bagaimana dengan Raden? Mas Bay bagaimana?" Danang bertanya, kebingungan antara keinginan melindungi Hans dan membantu sang kakak.Â
Bayu tanpa membalikan tubuhnya berteriak,"Kau lindungi Raden Mas, apapun harganya! Ini satu-satunya kesempatan kita!"
Danang mengangguk kemudian berbalik bersama beberapa prajurit dan bergegas ke arah Hans.Â
Abner, Reinald, Georgio, Issay, Gordon, Nerda dan Alexander sudah terlebih dahulu sampai dan mengelilingi Hans.Â
Dari jauh paman Odel melihat ke arah Bayu, kemudian mengangguk.Â
"Nerda! Abner! Kalian berjaga di dua poros berbeda, satu di selatan yang lain di utara!"
"Bayu telah memutuskan untuk bertarung, jadi kita harus melindungi Raden! Aku merasakan bahwa makhluk itu melemah ketika melepaskan roh jahat dari tubuhnya!"
"Ini kesempatan kita, tentu kekuatannya akan sangat luar biasa, kalian harus bekerja sama!" Ujar Paman Odel, menjadi pengganti Hans untuk sementara.Â
Pertempuran melawan roh jahat membuat para pasukan terpengaruh emosi jahat dari para arwah. Pikiran mereka saat ini dipenuhi amarah dan tidak dapat berpikir jernih, hanya paman Odel yang memiliki otak kedua yang mampu berpikir rasional.Â
Oleh sebab itulah ia mengangguk ketika Bayu mengambil keputusan yang benar, ia sendiri tak memiliki kekuatan bertarung yang besar. Namun kepala yang jernih dan strategi, politisi ini tentu lebih baik dibanding dua puluh tujuh orang yang dikuasai emosi.
Ribuan roh jahat itu seperti hama belalang yang mengerubungi mereka, roh-roh itu meloncat ke arah mereka. Permasalahannya adalah, ketika mereka terlepas dari pria yang menjadi tubuh mereka, roh jahat itu tak ubahnya gas atau pun udara.
Serangan fisik tidak berpengaruh.
"Arghhhh! Sial!!!!!" Mereka berusaha mempengaruhi pikiranku! Sial mereka berusaha menyerap roh dan energi kehidupanku!!" Abner mengumpat, ia terus mengayunkan tangannya berusaha menebas makhluk-makhluk itu.
"Sial ini tidak mungkin!!" Georgio berteriak.
"Ben! Benaya! Bagaimana kau melakukannya sebelumnya!" Tanya paman Odel.
"Bayangkan energi yang ada di uma atau pusat energimu itu seperti air! Kemudian bayangkan ia bergerak ke tangan dan pedangmu!" Benaya berucap sambil mengalirkan energi ke tangan dan pedang besarnya. Ia berusaha mengingat kembali bagaimana ia melakukannya sebelumnya.
Ia melompat ke atas, menyambut para roh itu dengan pedangnya yang bercahaya. Ia mengayunkan pedangnya beberapa kali di udara menghancurkan beberapa dari mereka, kemudian bersalto kembali ke posisi semula.
"Keren!" Ujar Alexander, semua mata memandang berusaha menirukan apa yang Benaya lakukan.
Author's Note
Mohon maaf telat update saya sedang sakit dan kurang enak badan .
Semangat yaaa, ayo bantu share cerita ini ke teman-teman atau ke sosial media kalian.
Bisa juga follow IG saya, biara saya femes hahaha
Wejangan
Hidup dengan tujuan, bukan karena perkataan orang tapi karena alasan kuat yang lahir dari ketulusan. Bila belum tahu apa alasannya, tanyakan pada Dia yang mencipta, karena semua terjadi dengan maksud mulia.
Kamu pasti bisa, tuhan tidak tidur, buktinya dia memberi kamu kesempatan untuk mencoba lagi hari ini!.