Edited by Mel
"Brak!" Tiba-tiba terdengar suara gelas ale menghantam meja.
Spontan semua melihat ke arah sumber suara itu.
Georgio berdiri kemudian memandang Hans.
"Hei Bocah!"
"Aku tidak perduli apapun yang kau katakan! Pak tua itu (Herold) memberikan kesempatan kedua untuk ku hidup dan yang aku tahu kau yang mampu menunjukkannya!" Ia berteriak kemudian menunduk sambil memegang dadanya.
"Aku tidak tahu, tapi jauh di dalam hatiku terdengar suara keras yang berteriak supaya aku mengikuti mu!" Ujarnya, sembari mengingat mata singa besar di dalam goa sebelumnya. Suara yang sama muncul dalam hatinya, namun ia tidak mau mengatakan kejadian itu.
Seluruh ruangan hening, bahkan pengunjung lain terhenyak mendengar ucapannya.
Hans menghela nafas,"Baiklah, begini saja, bagi kalian yang ingin berjalan sendiri angkat tangan kalian, berjalan ke depan dan aku akan memberikan koin emas pada kalian."
"Sebelumnya harus ku katakan, bila kalian memutuskan mengikuti aku, kalian tidak bisa hidup sesuka hati kalian. Sebab akan ada peraturan yang mengikat kalian. Tentu aku akan membayar kalian, aku juga akan membantu kalian menjadi lebih kuat." Sambungnya memperingatkan dengan nada yang tegas.
Tiga orang mengangkat tangan, kemudian berjalan ke depan. Reinald memandang mereka dingin,"Hei-hei Reinald, ada apa dengan tatapan mu itu? Setiap orang bebas memilih apa yang mereka anggap baik bukan?" Jawab seorang napi yang memimpin kedua temannnya.
Reinald menolak berkomentar, mendengus pelan, ia melempar tubuhnya ke bangku kayu dan menenggak ale yang terisi penuh di gelasnya.
Pria itu bernama Debris, kedua temannya bernama Ricola dan Lorca.
"Hans, terimakasih telah menyelamatkan kami. Tapi kami memilih untuk menjalani jalan hidup kami." Ujar Debris.
Hans mengangguk, kemudian memberikan tiga kantong berisi masing-masing seratus koin emas.
"Terima kasih!" Ucap Debris dan kedua temannya dengan tulus, kemudian berjalan keluar bar.
"Hans, aku akan tetap mengikutimu. Lagi pula bila tanpa bantuan mu kami semua sudah mati, kami juga tidak punya tujuan. Jadi berikanlah kami alasan untuk terus berjuang!" Ujar paman Odel.
Para napi yang lain pun berdiri,"Kami berjanji untuk mengikuti Young Lord!"
Paman Odel menyebutnya dengan sebutan "Young Lord", sebuah bahasa utara yang berarti tuan muda.
Hans tersentak, ia terkejut melihat mereka semua berlutut memberi hormat padanya. Marc dan Baltus tampak tersenyum menyaksikan kejadian itu. Sementara Lanika yang sudah tersadar juga menyaksikan hal itu dengan tatapan dingin.
"Paman Odel?!Apa yang anda lakukan?!" Ujar Hans membantu Paman Odel berdiri.
"Tidak, kami tidak akan berdiri sebelum anda menerima kami sebagai ksatria pelindung anda!" Ujar paman Odel tegas, kemudian melirik Bayu yang berada di belakang Hans.
Seakan menyadari sesuatu telah terjadi tanpa sepengetahuannya, Hans kemudian menatap tajam Bayu,"Apa yang kau lakukan paman Bayu?!"
Mendapat pertanyaan itu, Bayu merasa kikuk dan bingung menjelaskannya.
"Tuan muda! Tuan Hans, ini bukan salah Bayu, kami semua sepakat untuk menjadi tangan dan kaki anda tanpa paksaan." Reinald menambahkan, menyelamatkan Bayu di momen yang tepat.
"Kami mengetahui dari Bayu, bahwa anda adalah keluarga bangsawan di kerajaan Maro. Permasalahannya adalah kerajaan Maro tidak mengizinkan orang-orang tanpa identitas dapat masuk ke dalamnya."
"Kami tidak ingin meninggalkan anda dan menjadi ksatria pelindung anda adalah salah satu cara." Ujar Odel.
"Kami mengikuti anda bukan hanya karena hutang budi, namun karena kami melihat masa depan yang cerah bila kami mengikut anda." Paman Odel menjabarkan.
"Hal ini kami sadari setelah bertanya pada Baltus yang merupakan seorang Magi bintang tingkat tiga namun mau mengikuti anda."
"Setelah kami tanya alasan Baltus, kami mendapati identitas anda sebagai Alchemist. Siapa yang tidak menginginkan menjadi pelayan Alchemist?" Ujar Paman Odel sambil tersenyum.
"Apalagi Alchemist yang baik hati seperti anda?!" Ujar Abner sambil tersenyum menambahkan.
"Penjilat!" Ujar Cabbon yang kemudian disambut gelak tawa para napi yang lain.
"Siapa bilang aku orang baik?! Bila kalian merugikan aku, aku akan menjual kalian satu persatu!" Ujar Hans berusaha terlihat tegas namun justru di sambut gelak tawa para napi yang lain.
"Hhuuuhh.." Hans melepas nafas, kemudian menggeleng.
"Suatu kehormatan untuk menerima kalian!" Hans kemudian membungkuk memberi hormat, kali ini para napi yang berdiri berusaha menghentikannya memberi hormat pada mereka.
Benaya tersenyum dalam rangkulan paman Odel, hari itu mereka berpesta seperti tengah menyambut kedatangan saudara-saudara dari jauh.
Nerda dan Nardi tersenyum sambil mengunyah daging di mulut mereka, paha kambing muda masih tersempal di mulut Nerdi.
Isay Pamuhu meminum ale dengan dua gelas di tangan kanan dan kirinya, Alexander berbincang dengan prajurit Nusantara. Georgio berbisik kecil pada Hans, ia kemudian berbisik balik dan pria itu mengangguk tersenyum.
Pesta terus berlanjut hingga larut malam.
**
Perjalanan ke kerajaan membutuhkan waktu empat sampai lima hari, di hari kedua perjalanan mereka sampai pada persimpangan yang mempertemukan jalan ketiga kota berbeda.
Namun tempat itu sepi, padahal persimpangan antar kota seharusnya dipenuhi pedagang dan para petualang, pemburu bahkan penjual budak.
"Aneh, mengapa persimpangan ini begitu sepi?!" Ujar Danang pada Bayu.
Bayu kemudian memanggil pedang samudra, yaitu aksara miliknya.
Ia memandang sekeliling, tangannya terangkat memberi isyarat para prajurit membentuk formasi, melindungi Hans di tengah-tengah.
Hari itu langit berwarna jingga, sebagian berwarna ungu dan mulai terlarut dalam kegelapan. Di sorot cahaya matahari terakhir, bayang hitam berjalan keluar dari balik bayangan pepohonan.
"Tling-tlang-tling"
Suara rantai bergemercik, tangan dan kaki bayangan hitam itu terantai.
"Sial, mengapa bulu kuduk ku berdiri!" Ujar Abner, namun tetap memposisikan Hans di depannya.
"Kak, aku mohon mundur sedikit!" Ujar Benaya, tubuhnya kemudian membesar, ia menarik keluar pedang besar, memposisikannya di hadapannya.
Nerda dan Nardi berjaga di kanan dan kiri Hans, membawa perisai besar, Nerda memakai kapak dan Nardi membawa gada yang amat besar.
Reinald memegang tombak di tangannya, Georgio berdiri di sampingnya menggunakan dua pedang dan juga membawa perisai di punggungnya.
Alexander yang muda itu menjaga Hans di belakangnya, ia terlihat bergetar karena takut.
Makhluk hitam itu berbentuk seperti manusia, tingginya sepuluh hasta (lima meter). Sambil berbisik bahasa-bahasa asing yang membuat ketakutan semakin besar dalam pasukan itu.
Melihat hal itu Bayu tak gentar, selendang air melindungi seluruh tubuhnya bagai pusaran angin, ia melesat menghantam dan menghajar kepala makhluk besar itu.
"Hhhhaaaaaaaarrraaaa!"
Teriakan keras makhluk itu memenuhi hutan, bayangan besar itu kemudian menjadi puluhan ribu iblis yang mengepung mereka.
Pedang Bayu dan kepala besar itu beradu, namun bukan kepala sang Iblis yang terbelah, melainkan Bayu yang terpental dan jatuh. Tak berhenti sampai disitu, ribuan iblis itu kemudian mengerubunginya hingga membentuk gunung, Bayu berteriak keras!
"LARI!!!" Teriaknya.
"Arrroaaaarrrrr!!"
"Aku Legion [1] bala tentara kegelapan!" Teriakan Iblis besar itu menggemparkan seluruh hutan.
Danang bersiap untuk lari, mengamankan Hans.
Namun, tiba-tiba.
"Hoaarrrrrr!" Hans berteriak keras.
Auman singa terdengar bersamaan dengan teriakannya, membuat puluhan ribu iblis itu menghilang.
Hans kemudian berjalan melewati para pasukan.
"Raden, jangan..berbahaya." Ujar Danang, berusaha meraih tangannya.
Namun Benaya mengelak tangannya dan menggeleng, kemudian mengikutinya dari belakang.
Hal itu membuat Danang marah, ketika ingin maju secara paksa Abner, Reinald dan kedua saudara raksasa menghalanginya.
"Raden!!!" Pasukan yang lain pun heran, geram dan khawatir.
"Tenang saja, tuan muda tahu apa yang ia perbuat." Ujar Paman Odel, ia terlihat lebih muda. Kemudian berjalan bersama Alexander yang menjaganya.
Pasukan itu memandang Hans, Theo sang tukang tempa, Gordon, Cabbon, Olad dan Issay sang pemburu membentuk formasi melindungi Marc, Baltus dan Lanika.
Marc mengamati Lanika secara diam-diam, perasaannya mengatakan sesuatu yang buruk mungkin akan terjadi dan berhubungan dengan gadis berambut hitam itu.
Baltus berusaha maju untuk melindungi Hans, namun apa daya Hans memintanya melindungi Lanika.
Kelompok para napi itu terbagi menjadi dua, Gordon memimpin pasukan yang pertama dan Ananias menjadi pemimpin pasukan yang kedua.
Ia merupakan teman Gordon ketika menjadi pasukan kerajaan, ia dihukum mati karena desersi dari perang yang akhirnya menewaskan salah sayu bangsawan.
Anggotanya berjumlah sebelas orang yaitu Luca, Bellamy, Corazon, Klein, Miharu, Clarence, Dominique, Johnson, Tomas, Raemin dan Raemus.
Sedangkan Benaya, Georgio, Abner dan Reinald adalah penjaga Hans.
Terutama Benaya, ia bahkan seperti menjadi pelayan pribadinya, orang-orang Utara biasa menyebut posisinya sebagai Butler.
Meski Benaya memposisikan dirinya seperti itu, Hans tetap menganggapnya sebagai adiknya. Benaya mempunyai posisi yang tidak jauh berbeda dengan Bernard dalam hatinya, yaitu teman yang melebihi saudara.
**
Hans berjalan ke arah dari mana makhluk itu datang, ke daerah gelap yang rimbun pepohonan. Tiba-tiba Lanika keluar dari perlindungan dan berlari ke arah Hans.
Marc terbelalak, ia mengejarnya bersama Baltus, panah aksara terbentuk di tangannya.
"Lanika jangan buat aku membunuhmu!" Ujar Marc penuh hawa membunuh. Marc teringat ketika Hans menceritakan tentang Lanika, bahwa ia memiliki sosok lain di dalam tubuhnya.
Hans sampai di depan seorang pria yang terantai kepada batu raksasa, aura kegelapan dan roh jahat mengelilinginya.
Pria itu kira-kira berumur dua puluh lima tahun, kakinya berlutut, namun tetap berteriak-teriak memaksa maju untuk menyerang Hans.
Namun tiba-tiba sekelebat bayangan hitam muncul dari sisi kanan Hans, sabit besar memotong rantai kanan pria tersebut, membuat iblis dan roh jahat seakan mengamuk dan mendapat kesempatan.
Sosok itu adalah makhluk yang mendiami tubuh Lanika. la memuntahkan darah hitam ketika sabit besarnya menghujam rantai itu. Sebuah kekuatan besar menghantamnya, kekuatan dari balik rantai itu.
Namun karena kekuatan itu berfokus menghalau serangan Lanika, Legion mampu menghancurkan satu rantai di tangan kanannya.
Kini Hans menjadi serius, keadaan ini tidak semudah yang ia kira. Sebelumnya ia merasakan jiha milik Yu'da dari rantai-rantai yang membelenggu pria itu.
Hans menatap Lanika yang tersenyum jahat, terselubung sosok hitam yang menguasai tubuhnya.
Sekelebat sinar terbersit, petir seakan menyambar tangan kanan sosok wanita setengah ular itu, Marc memanah tangannya dengan petir.
"Lanika! Kurang ajar!" Marc menggeretakkan giginya, amarahnya amat sangat mengingat kejadian yang dulu terjadi pula pada David.
Marc memanggil aksaranya, memusatkan setengah kapasitas jiha pada panah yang ia buat,"Biarlah petir ini menyucikan setiap kegelapan!"
Panah itu melesat dan seketika membakar puluhan pohon yang dilewatinya, membuat cahaya menyingkapkan kegelapan, dan ribuan tengkorak manusia di sekitar manusia yang terbelenggu.