Chereads / Anugerah / Chapter 1 - Dua Dewi dari Mist Mountain

Anugerah

🇮🇩shinyii
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 10.8k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Dua Dewi dari Mist Mountain

Part 1

Dua Dewi Mist Mountain

Tahun 482...

Angin sepoi berhembus lembut di dataran luas. Rumput-rumput kuning bergerak tidak beraturan mengikuti irama angin, itu memberikan sensasi tenang dan damai. Dataran itu hampir seluruhnya ditutupi rumput kuning dengan di beberapa bagian tingginya mencapai satu meter. Tempat itu terlihat sangat alami namun tidak terlihat liar sedikit pun. Beberapa jalur dapat terlihat di tengah hamparan rumput tersebut, itu membuktikan kalau dataran itu sudah sering dijamah manusia.

Saat ini suara derap langkah kaki kuda terdengar samar-samar di antara gemerisiknya daun-daun ilalang yang bergesekan. Dari arah timur seekor kuda cokelat berlari kencang membelah sepoi angin. Seorang pria berpakaian putih susu duduk di atasnya. Tangan orang itu memegang tali pelana dan berkali-kali memecutkannya. Dilihat dari segi mana pun, pria tersebut hanya berada di kisaran usia belasan tahun. Dengan tulang muka yang terbentuk sempurna, alis hitam melengkung, dan hidung mengerucut yang bagus, pemuda itu memiliki ketampanan yang memikat. Namun ia mempunyai fitur wajah yang tegas dengan sorot mata yang tajam, dan itu akan membuat siapapun segan untuk memandang sisi wajahnya yang menawan. Pemuda itu melaju kencang dengan kudanya menapaki jalur jalan di padang rumput kuning. Setelah beberapa saat kemudian ia menurunkan kecepatannya untuk kemudian berhenti di sebuah pohon rindang. Dengan satu kali hentakan pria itu turun dari kudanya.

"Arka" Seorang wanita bergaun cyan memanggil pria tersebut dari kejauhan beberapa meter. Wanita itu berjalan cepat menghampiri pemuda bernama Arka itu. Pakaiannya yang berwarna cyan berjumbai-jumbai diterpa angin, rambutnya memiliki pola menarik yang indah. Dari bentuk tubuhnya semua orang pasti dapat menebak kalu dia adalah wanita yang cantik, namun saat ini wanita tersebut memakai sejenis topeng yang menutupi setengah wajahnya, sedangkan untuk bagian wajahnya yang lain dia juga menutupinya dengan kain penutup. Dengan penampilannya yang seperti itu, wanita itu terlihat sangat misterius.

"Aleeka, dimana kakak?" Arka bertanya.

"Dia sedang memetik bunga di tepi sungai"

"Kalian akan pergi ke Cloud Mist Mountain hari ini kan?"

"Ya" Aleeka sedikit mengangguk.

"Arka, Aleeka" Dari arah barat tampak seorang perempuan dengan keranjang bunga di tangannya. Dia berjalan ke arah Arka dan Aleeka. Rambutnya tergerai panjang dengan bunga tulip sebagai hiasannya. Wanita itu memiliki mata besar yang indah, bibirnya yang kemerah-merahan terlihat lembut dan menggoda saat dia tersenyum. Perempuan itu benar-benar seperti seorang dewi yang menawan, kecantikannya ibarat putri-putri yang ada dalam lukisan. Dia adalah Akhmisika.

"Kakak" Arka segera tersenyum cerah saat melihat perempuan itu.

"Kenapa kamu datang kemari?" Akhmisika bertanya dengan senyuman. Suaranya terdengar lembut dan ramah, itu akan membuat siapapun yang mendengarnya merasa nyaman.

"Ayah bilang kalian akan pergi lagi bertapa untuk waktu yang cukup lama. Tanpa menemuiku kalian langsung pergi begitu saja, bagaimana mungkin aku tidak menyusul" Arka mendengus pelan

"Baiklah itu salahku, sebenarnya kami hanya tidak ingin mengganggu pelatihanmu" Kata Akhmisika

"Benar, Arka bukankah kamu sekarang seharusnya ada di barak untuk latihan militer" Tambah Aleeka

"Humph, aku benar-benar letih dengan latihan itu, kalian tau Sovereign Dhikasyan akan datang ke barak untukku hari ini"

"Oh benarkah? Lalu kenapa sekarang kamu malah datang kesini? " Akhmisika mengangkat alisnya yang melengkung indah

"Umm sebenarnya aku sedikit sungkan bertemu orang tua itu. Dia selalu membuatku muak" Arka berkata dengan sedikit sarkasme.

"Baiklah, sudah cukup dengan itu. Sekarang sudah hampir waktunya kami pergi" Akhmisila berkata

"Oh benar. Ayah bilang kalian pergi cukup lama kali ini, seberapa lama itu?"

"Ya. Kami akan pergi cukup lama kali ini, setidaknya sekitar 6 bulan" Akhmisika menjawab

"Kenapa begitu? "

"Entahlah. Kami merasa akan ada sesuatu yang terjadi dalam pertapaan kami kali ini. Setelah sekian lama, kami mendapat firasat kalau pertapaan kami sudah akan mencapai puncaknya. Dalam beberapa bulan lagi, bulan, matahari, dan bumi akan ada pada satu garis lurus dengan titik sempurna tepat di Cloud Mist Mountain. Jika kami berhasil mencapai puncak saat gerhana ini, maka seharusnya aku dan Akhmisika akan memperoleh sesuatu yang menakjubkan" Aleeya berkata dengan semangat.

"Aku tidak faham apapun tentang pertapaan dan sejenisnya itu yang selalu kalian lakukan, tapi selama itu adalah hal yang baik, aku juga akan merasa senang" Ucap Arka

"Baiklah, matahari sudah terbit, kami harus segera pergi. Arka jaga dirimu baik-baik" Akhmisika berkata. Dia dan Aleeka segera bersiap.

"Seharusnya aku yang mengatakan itu pada kalian. Kakak, Aleeka, Berhati-hatilah"

"Tidak perlu khawatir, Cloud Mist Mountain sudah sangat bersahabat dengan kami" Kata Aleeka dengan senyuman. Kedua wanita itu menaiki kuda masing-masing, mereka melesat ke arah selatan dimana pegunungan-pegunungan berderet di sana. Gaun mereka berkibar indah di udara seperti para peri yang berkelana di bumi. Kedua perempuan itu, orang-orang di dataran suan pada zaman itu menyebutnya Dua Dewi Mist Mountain.

Tahun 2018....

Di kota padat Lautan Timur, gedung-gedung tinggi tersebar di mana-mana, bangunan mewah maupun sederhana memadati seluruh penjuru kota. Jalanan hitam yang berkelok-kelok terlihat seperti naga saat dilihat dari atas. Salah satu bangunan termegah dan merupakan yang paling tinggi di kota itu terlihat sangat menonjol dan dapat terlihat dari seluruh bagian kota Lautan Timur. Bentuk bangunan itu seperti batang-batang spiral yang disatukan dengan ketinggian dan ukuran yang berbeda-beda. Bangunan bernama East Towers ini merupakan pusat gedung kesenian di seluruh 5 kota Lautan. Saat ini butiran salju mulai turun dari langit, di taman di depan gedung East Towers seorang gadis berseragam hitam plat grey sedang duduk di kursi panjang taman itu. Tangan putihnya yang ramping mengetuk-ngetuk kursi pelan. Gadis itu memiliki postur tubuh ideal untuk seorang remaja usia SMA. Wajahnya terlihat polos dengan mata jernih yang berkilauan, ia mempunyai bulu mata lentik dan bibir mungil merah muda. Seharusnya, dia akan menjadi wanita yang luar biasa cantik ketika benar-benar dewasa nanti. Di baju bagian atasnya tercantik pin nama biru muda dengan tulisan 'Hanna'. Itu adalah identitasnya sendiri. Gadis bernama Hanna ini tampak sedang sedikit melamun. "Arka" Gumamnya. Tentang Arka ini Hanna memang sedang memikirkannya dalam-dalam. Hari ini kelas Hanna kedatangan siswa baru, seorang lelaki dengan postur tubuh perfektif dan raut wajah yang terlihat dingin tanpa ekspresi. Laki-laki bernama Arka ini entah kenapa Hanna merasa tidak asing dengannya. Hanna merasa bahwa dia pernah melihatnya di masa lalu, tapi itu sangat dulu ketika Hanna masih kecil. Saat itu di hari kenaikan kelas, di tengah keramaian permen lolipop Hanna terjatuh dan pecah. Hampir-hampir Hanna kecil menangis waktu itu. Namun tiba-tiba seorang pemuda muncul di hadapannya dan memberikan sebuah permen lolipop yang baru pada Hanna. Orang itu memiliki sorot mata tajam namun senyumnya terlihat sangat ramah pada Hanna. Pakaiannya yang ber dominan warna hitam dengan pembawaannya yang dingin sebenarnya bisa tersenyum manis dan ramah, lebih jauh orang itu telah baik dan peduli padanya, dan itu membuat Hanna mendapat kesan baik dari orang tersebut. Kejadian dan pertemuan yang sangat singkat memang, tapi sosok itulah yang sekarang datang sebagai Arka. Wajah mereka sangat mirip dalam ingatan Hanna. Namun gadis itu tidak yakin, lebih jauh dia sama sekali tidak percaya kalau Arka dan orang itu adalah orang yang sama, karena itu adalah hal yang sangat mustahil. Tidak masuk akal jika seseorang masih terlihat sama dan muda setelah hampir 10 tahun. 'Mungkin mereka hanya mirip' Hanna menggelengkan kepalanya sendiri seraya tertawa kecil.

Musim dingin di kota Lautan Timur membuat orang-orang harus memakai pakaian tebal dan tertutup. Udara dingin berhembus pelan menyusuri setiap sudut kota membuat beberapa titik es di dedaunan. Setitik salju halus mendarat di jubah hitam seorang pria yang sedang berdiri di trotoar jalan. Pemuda itu memiliki penampilan suram. Wajahnya memiliki fitur tegas dengan sorot mata tajam.Saat ini pemuda itu sedang memperhatikan sekelilingnya, sesaat dia perhatikan tempat berdirinya untuk kemudian bergeser beberapa langkah seperti menghindari sesuatu. Sebenarnya dia menghindari kuburan. Sebelumnya, dia berdiri di atas kuburan! Tidak, itu jelas-jelas trotoar dengan lapisan beton, bukan tanah mati. Tapi tidak juga, di bawah lapisan beton itu tertimbun setumpuk mayat yang mungkin sudah menjadi tanah atau mungkin batuan. Ya, 90 tahun pasti cukup untuk mengurai jasa-jasa di itu. 90 tahun yang lalu, saat dunia sedang cukup kacau, di tempat itu selusin lebih orang dibantai dengan sadis dan jasad-jasadnya ditimbun dalam lubang yang sama. Mayat-mayat itu ditumpuk begitu saja seperti bangkai-bangkai binatang. Terkadang, manusia memang bisa jauh lebih kejam dan tidak berperasaan pada keadaan-keadaan tertentu. Di samping kuburan 'beton' tersebut berdiri kokoh pohon willow yang rindang. '85' tahun terpampang jelas di batangnya. Pemuda tersebut tersenyum samar saat melihat itu. Ia hanya berfikir bagaimana cara orang-orang memperkirakan usia pohon willow iti, apa hanya berdasarkan lingkaran tahunnya? Jika ya, orang yang menghitung lingkaran tahun tersebut pasti telah keliru. "Lima tahun lebih muda" Ucapnya

Sebenarnya usia pohon itu adalah sama dengan usia kuburan massal di sampingnya. Pemuda itu masih ingat ketika seorang pria tua menanam setangkai pohon willow di sebelah kuburan cucunya sekaligus kuburan bagi kira-kira selusin orang lainnya. Sebuah pembantaian yang sadis memang. Disirami air mata kakek tua yang kehilangan cucunya pohon itu tumbuh dengan rasa sakit yang ditanam bersama dengannya. Hingga sekarang tempat itu menjadi tempat kesakitan. Entah sudah berapa banyak nyawa melayang di jalan itu, tidak terhitung tragedi kecelakaan yang terjadi di sana beberapa puluh tahun terakhir ini. Titik iti telah menjadi tempat terkutuk bagi sebagian orang.

Pemuda itu yang berdiri di trotoar telah menyaksikan segalanya, evolusi da revolusi kehidupan.

"Hei Arka, apa yang kau manusia aneh lakukan di sini? " Sesosok pria yang nampak keriput berdiri tidak jauh dari pemuda itu. Orang berlalu lalang melewatinya bahkan menabrak tubuhnya, namun tidak ada yang menyadarinya, mereka seperti hanya menembus bayangan. Kakek tua itu bukan manusia!