Fayre sudah putus asa, sudah dua jam ia mencari kunci mobilnya tetapi tetap saja tidak ketemu. Ia menelpon Nikki tetapi Nikki ternyata sudah pulang meninggalkan kantornya. Ia meminta petugas parkir untuk ikut mencarinya tetapi hasilnya juga belum ditemukan. Fayre mencari berkali-kali dalam tasnya pun juga tidak ada. Faire menekuk kakinya duduk bersandar di mobilnya dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya yang dilipatnya di atas lutut.
Tak lama bersela terdengar suara mobil berhenti di depannya. Sebuah Lamborghini berwarna paduan antara biru dan kuning berhenti di depan Fayre. Fayre segera bangkit dari duduknya. Dari kaca jendela yang terbuka ia melihat Kenrick memakai kacamata bening berkaus hitam ketat di kursi sopir.
"Masuklah!! " ucap Kenrick tanpa memandang Fayre. Fayre hanya diam tak bergerak. Kemudian Kenrick membukakan pintu penumpang di sebelahnya.
"Ayolah, mau sampai kapan kau di tempat parkir?" Paksa Kenrick sambil memandang Fayre.
"Dimana tinggalmu?"Tanya Kenrick singkat.
"Jalan Gliford III no. 28." Jawab Fayre sedikit nervous. Melihat kemarahan Kenrick tadi membuat Fayre takut jika pemuda itu melakukan hal buruk padanya. Kenrick membuka laci mobil dan mengambil sebuah kotak bertuliskan Cadee Resto & Bar,
"Makanlah selagi hangat!! Kau pasti lelah sedari tadi." Ucap Kenrick membuka pembicaraan.
"Tidak, terima kasih. Aku belum lapar." Jawab Fayre memegang kardus makanan itu dan mengembalikan ke laci. Kenrick mengambilnya lagi.
"Itu hanya cemilan kecil, dan kau akan ada pemotretan untuk kain ku besok, aku tidak mau kalau sampai batal karena kau sakit." Ucap Kenrick sambil berpandangan dengan Fayre sejenak.
"Baiklah. " Jawab Fayre singkat dan mulai membuka kardus makanan itu dan melahap isinya. Kenrick mengambil sebotol air mineral kemasan dari sisi pintu sebelahnya, membuka segel air mineral itu dan memberikan pada fayre. Dia bisa bersikap manis juga sebenarnya, batin Fayre mencoba melupakan wajah marah Kenrick.
"Mister kau sendiri tinggal dimana?" Fayre mencoba terbiasa agar suasana tidak canggung.
"Ken!! Panggil saja aku Ken. Di Greesawn, kilometer satu tepatnya Haddon Castle. Nikki bisa mengajakmu ke sana jika kau mau. " Jelas Kenrick sambil fokus pada jalan. Sepengatahuan Fayre, itu adalah jalan dengan deretan rumah super mewah dengan taman-taman luasnya.
"Kau mau satu? "Ucap Fayre menawari kue dalam kardus makanan itu. Entah karena lapar atau karena rasa kue-kue di dalam kardus itu yang sangat lezat membuat Fayre tidak bisa berhenti memakannya.
"Terima kasih, aku sudah sangat sering memakan makanan itu. Buat kau saja." Balas Kenrick sambil tersenyum. Baru pertama kali ini ia lihat pemuda itu tersenyum. Sebenarnya wajah yang sudah tampan itu jauh lebih enak dipandang saat tersenyum.
"Kamu masih kuliah atau sudah lulus? " Tanya Kenrick memulai pembicaraan.
"Sudah lulus tahun lalu. Dari Rycroft University fakultas Ilmu Sosial dan Media." Jelas Fayre dengan bangga.
"Oh Ya? Aku lulus dari sana juga. Empat tahun yang lalu." balas Kenrick antusias.
"Lalu saudara kembarmu?" Ucap Kenrick melanjutkan.
"Dia dari universitas yang sama juga tetapi fakultas kami berbeda. Ia mengambil Seni Kreatif dan Desain." Jelas Fayre lalu meneguk air mineralnya.
Tiga puluh menit perjalanan berlalu, mereka sampai di halaman rumah Fayre. Di perjalanan tadi perbincangan mereka mengalir dengan lancar. Fayre berpamitan untuk turun lebih dahulu. Namun ketika hendak membuka pintu pergelangan tangan Fayre dipegang oleh Kenrick dan diselipkan kunci mobil miliknya yang hilang. Fayre memandang heran kepada Kenrick. Lagi-lagi pria ini menemukan barang miliknya yang ia lupa menaruh dimana. Kenrick pasti memikirkan betapa ia ceroboh hingga kejadian yang sama terjadi tidak hanya sekali. Fayre akan mengucapkan terima kasih namun ucapannya tidak dapat keluar. Bibir Kenrick tiba-tiba berada menempel di bibirnya. Mulai memagut bibirnya dan membasahi bibir mungil itu.
"Ciuman pertamaku!!! Sialan!!!!! " Gerutu Fayre pada Kenrick. Fayre segera mendorong wajah pemuda itu dengan kedua tangannya. Secepat mungkin ia keluar dari mobil pemuda yang tidak sopan itu. Sungguh perbuatan laki-laki itu membuatnya terhina. Fayre menatap benci pada Kenrick. Sementara Kenrick menyeringai licik dan kesenangan karena berhasil melancarkan serangannya.
Fayre segera masuk ke rumah meninggalkan laki-laki yang dianggapnya kurang ajar itu. Ia membuka dan segera menutup pintu rumah dengan kasar.
"Dia pasti sudah gila!!!" Gerutu Fayre. Dari dalam Chad melihat tingkah aneh Fayre dan menengok keluar jendela mencari tahu apa yang membuat keponakannya itu kesal hingga seperti itu. Chad melihat sebuah mobil sport kuning yang mulai keluar meninggalkan halaman rumah mereka.
Fayre menaiki tangga menuju ke kamar Flair. Di sana Flair sedang membersihkan wajah dan Rory yang sedang bermalas-malasan berbarinng di sofa kamar itu sambil membaca majalah fashion. Fayre membanting tasnya dan dua box sepatu ke sebuah kursi lalu menjatuhkan tubuhnya ke atas tempat tidur Flair.
"Bagaimana harimu?" Tanya Flair yang memandang dari arah cermin ke arah Fayre.
"Menyebalkan! Mengapa ada makhluk seperti dia dihidupkan di dunia ini! " Jawab Fayre mengungkapkan kekesalannya.
" Apa lagi yang terjadi kali ini dengan Mister Brilian itu? Mengapa kau pulang diantarkan olehnya, bukankah kau membawa mobil sendiri tadi?" Tanya Rory sambil bangkit dari kursi dengan bersemangat dan penasaran. Sorot mata Fayre tajam kepada Rory.
"Owh, kau bertemu lagi dengan bintang keberuntungan mu itu? Keberuntungan apa yang kau dapatkan kali ini? " Lanjut Flair menimpali. Fayre bangkit dan melempar kunci mobilnya kepada Rory dan Rory pun menangkapnya.
"Ambil mobilku di tempat parkir Cadee besok pagi-pagi sekali, dan jangan banyak tanya lagi!!!" Jawab Fayre ketus.
"Hey Faye, ceritakan padaku!!" Lanjut Flair merasa pertanyaannya diabaikan.
"Owh Fernee, jangan tanya lagi, aku sedang lelah!" tegas Fayre menghindar dari pertanyaan Flair dan mengunci diri di kamar mandi. Flair dan Rory saling berpandangan dan terkekeh setelah menggoda saudarinya itu.
Flair sudah selesai membersihkan wajahnya. Lalu melemparkan diri ke tempat tidur meraih ponselnya. Ia mengamati tidak ada satu pun pesan Hadley yang masuk sampai hari ini sejak keberangkatan Hadley keluar negeri.
"Sudah dua hari Rory dia belum mengabari aku. " Keluh Flair pada Asistennya itu. Flair menitikkan air mata dan diusapnya sendiri.
"Tenanglah, jangan memikirkan yang bukan-bukan. Mungkin dia sedang sibuk, atau dia kelelahan." Sahut Rory sambil mendekat ke kasur Flair dan membelai rambut cokelat panjang itu.
"Tak pernah ia seperti ini Rory, ada sesuatu yang disimpannya dariku." Lanjut Flair mengungkapkan rasa hatinya yang perih.
"Satu-satunya alasan ia menyembunyikannya pasti karena tidak ingin membuatmu terluka." Balas Rory menenangkan Flair.
Sementara itu, jauh di tempat Hadley berada, ia berdiri di balkon lantai dua ditemani rokonya yang menyala. Tangannya memegang ponsel dan menuliskan kalimat
"aku baik-baik saja dan masih sangat merindukanmu" ia kirim kepada Flair.
"maaf belum bisa menghubungimu, jadwalku sangat padat dan melelahkan. Besok pagi-pagi sekali aku akan terbang dengan penerbangan pertama untuk pulang kepadamu.." tulisnya dalam chat dan dikirmkannya lagi kepada Flair.
Kemudian dilihatnya tanda kedua chatnya itu berubah telah dibaca oleh Flair. Hadley tersenyum bahagia, gadisnya ini pasti sangat menanti kabarnya terbukti dari dia langsung online ketika pesan itu masuk ke ponsel Flair tadi. Hadley menghisap rokok di sela jarinya. Sambil membuka halaman Galeri foto di ponselnnya itu. Ia melihat foto-foto Flair hasil jepretan fotografer saat beberapa sesi pengambilan gambar. Hanya itu pengobatan rindunya saat ini.
Lalu Ponsel itu berdering, sebuah pesan masuk ke handphone pemuda berbadan padat berisi itu. Sebuah balasan chat dari Flair. Hadley membukanya dan melihat foto unik dari wajah Flair dengan dua jari berbentuk V yang dibuat kartun dan dihias beberapa doodle lucu dengan tulisan
"can't wait to meet tomorrow" . Balas Flair dalam chatnya.
Hadley menghisap lagi rokoknya dan membuangnya. Menginjak nya sampai padam dan meninggalkan balkon menuju ke kamarnya untuk mandi.
Ting! Tong!! Bel Villa tempat Hadley menginap berbunyi. Ia segera membuka pintu dan dilihatnya petugas pengantar makanan yang dipesan melalui online sudah datang. Ia menerima dua kotak paper bag berisi makanannya dan memberikan tips kepada petugas pengantar makanan itu. Kemudian menutup pintu, dan menaruhnya di atas meja makan.
Namun bel berbunyi lagi. Ting! Tong!
Ia tak jadi membuka makanannya, namun menuju ke pintu depan. Ah! Lupa dengan apa lagi petugas ini, aku kan sudah membayar secara online. Benaknya penasaran. Ketika dibukanya Terlihat punggung seorang wanita berambut pendek dengan koper kecil di sebelahnya. Mendengar pintu sudah dibuka, wanita itu membalikkan badan ke arah pintu. Melihat Hadley berdiri di sana.
"Hay Hadley!" Sapa Altha.
"Mengapa kau di sini?" Tanya Hadley dengan perasaan tidak nyaman.
"Ijinkan aku masuk lebih dulu! "Pinta Altha. Hadley mundur dari daun pintu yang dipegangnya dan mempersilahkan Altha untuk masuk.
.
.
.
*) Jangan lupa Follow IG : MyAzra_Tyas
untuk tahu judul Novel saya yang lain