Chereads / Diary Of Si Bisu / Chapter 2 - SEHARI-HARI KU

Chapter 2 - SEHARI-HARI KU

Semilir angin menerpa wajahku membuat rambutku berterbangan yang memang sengaja tidak ku ikat. Aku menikmati saat-saat seperti ini, tenang seperti biasanya.

Saat ini, aku duduk di boncengan motor kakak ku. Posisiku memeluk perut kakak ku. mungkin jika seseorang melihat kami, mereka akan mengira aku dan kak arfan sepasang kekasih,

Namun jika mereka mengetahui aku bisu, maka mereka akan beralih mengatakan jika kak arfan bodoh karna bersama gadis seperti ku.

Jika aku jalan berdua dengan kakakku ini, aku akan merasa jengah. Kenapa? Karena akan banyak cewek-cewek yang berbisik tapi yang menurutku bukan berbisik karena mereka mengatakan nya dengan keras.

Mereka selalu terkagum dan yang ku lihat mereka ingin menjerit tertahan melihat paras lelaki dihadapanku ini.

Yah memang kakak ku ini sangat tampan, tidak ada cewek yang tidak menyukainya tetapi entah kenapa kakak ku ini masih menyandang status JOMBLO padahal banyak cewek yang mengantri jadi kekasih nya.

Aku tersenyum memikirkan hal-hal seperti itu, Hingga tak terasa motor miliknya sudah berhenti di depan halte bus yang selalu menjadi tempat aku turun untuk berangkat sekolah.

Yah memang, kami berangkat bersama dari rumah tapi itu hanya sampai halte bus ini.

Bukan karena dia tidak ingin mengantarku sampai sekolah tapi aku yang melarang dan mengatakan jika aku lebih baik sampai disini saja dan akan melanjutkan berjalan sendiri sampai kesekolah.

Tapi itu tidak mudah membujuknya. Pertamanya lelaki dihapadan ku ini selalu menolak, tapi aku memasang wajah memelasku membuat dia terpaksa mengikuti perkataan ku.

Aku mengingat saat itu dia terlihat kesal tapi aku yakin dia tidak tega melihat wajah memelasku, hingga dia setuju.

Aku turun dari motor, dan memberikan senyum manisku padanya.

"Dek?" panggilan itu membuat Aku menoleh pada lelaki dihadapanku.

Dia menatap ku khawatir, entah apa yang membuatnya seperti itu aku juga tidak tahu.

Aku mengamati raut wajahnya yang masih gelisah seperti ingin menanyakan sesuatu tapi dia masih diam sambil menatapku lekat.

Aku menuliskan sesuatu di note kecil yang selaluku bawa kemanapun dan langsung kuberikan padanya.

"Kenapa kak? Apa yang ingin kakak katakan?" Itulah yang kutuliskan di note kecil yang sedang dibacanya sekarang.

Lelaki dihadapan ku adalah kakak ku, Arfan Arkana si badboy yang ditakuti seantaro sekolah.

Aku tidak mengerti apa yang membuat mereka takut pada kak arfan, karena yang kutahu lelaki dihadapan ku ini adalah lelaki yang sangat lembut dan penyayang, Yang menurutku tidak bisa berbuat jahat.

Tetapi yang aku dengar tidak sesuai dengan pemikiran ku dengan pemikiran orang lain. Karena menurut mereka, kak Arfan adalah orang yang harus dihindari karena dia bisa melakukan apapun yang dia inginkan walaupun dia melakukan tindakan yang buruk dan tidak sesuai.

"Kamu yakin gak mau orang tahu kalo kamu itu adek, kakak?" Tanya arfan pada akhirnya.

Aku tersenyum mendengar tuturan kata yang diucapkan kak arfan, sebenarnya aku ingin sekali semua orang mengetahui jika aku adalah adik seorang arfan, mungkin tidak akan ada yang mencaci dan mengejekku seperti sekarang saat ini.

Tapi aku juga tidak ingin kak arfan terkena masalah, atau lebih tepatnya membuat masalah pada semua orang yang membully ku. Bukan karena takut kak arfan terluka malah akan sebaliknya mereka yang akan terluka oleh kak arfan.

Kak arfan menepuk pundakku pelan membuat lamunan ku terhenti. Sekarang aku melihat raut wajah nya yang tambah cemas mungkin karena aku belum menjawab pertanyaan nya tadi.

"Kamu gak papa kan shila?" Tanya kak arfan padaku.

Aku menggeleng dan kembali menuliskan beberapa kata yang akan menjawab pertanyaan nya tadi.

"Aku gak papa kak, dan bukannya aku gak mau semua orang tahu kakak adalah kakakku, tapi aku tidak ingin kakak terkena masalah karenaku" itulah yang kutuliskan pada kak arfan.

Kulihat kak arfan menghela napas pelan, ku tahu dia khawatir tapi menurutku ini lebih baik karena aku pasti yakin akan ada masalah yang terjadi jika semua orang mengetahui jika aku adalah adeknya kak arfan.

Kembali aku menuliskan sesuatu pada Kak arfan yang membuat dia tersenyum hangat dan mengacak-acak rambutku pelan.

"Jangan khawatir kakak ku sayang"

Kak arfan mengangguk, dia kembali menatap ku lekat seperti memastikan ku, yang kubuat sebisa mungkin aku terlihat bahagia karena tidak ingin dia menghawatirkan ku.

"Yaudah kamu jalan deluan, nanti kakak dibelakang kamu." Ucap kak arfan akhirnya.

Aku mengangguk mengerti dan mulai melangkahkan kaki pendek ku menuju sekolah yang tak jauh dari halte bus ini.

Aku berjalan dengan pelan, sesekali aku menoleh kebelakang melihat kakak ku yang masih menatapku lekat.

Aku menggeleng melihat kak arfan dan kuputuskan berjalan kembali tak menghiraukan kak arfan yang masih diam disana dan memperhatikan ku dari jauh.

Aku terus berjalan sampai dikoridor sekolah, aku melihat wajah familiar seseorang yang sangat senang membully ku membuat aku berhenti sebentar.

Entah kenapa, aku sangat kenal dengan wajahnya. Mungkin karena Setiap hari dia tidak pernah absen membully ku yang memiliki kekurangan ini.

Aku menghela nafas pelan, aku yakin dia akan berbuat sesuatu padaku yang dengan bodohnya aku yang tidak akan membalas perbuatannya dan hanya memilih diam.

Kepalaku spontan menunduk saat ku lihat dia memandang ke arahku. katakan aku pengecut, Yang hanya diam saat semua orang membully ku.

Aku mulai berjalan dengan kepala yang terus menunduk, tanganku sudah bergetar yang terus kukepalkan kuat dia samping tubuhku.

Jarak kami sudah mulai menipis hingga beberapa langkah lagi aku akan melewatinya.

Dughh

Aku terkejut dan sontak jatuh karena kaki ku yang tersandung oleh kakinya.

"Upss jatuh, Maaf ya SENGAJA" Ucap nya meledek.

Tubuhku tergeletak dilantai, aku bisa melihat mereka sedang tertawa lepas melihat keadaan ku yang masih terduduk di lantai.

Memang selalu seperti ini, aku akan selalu ditertawakan. Karena bagi mereka aku hanya bahan tertawaan.

Aku mendongakkan kepalaku saat melihat uluran tangan tertuju padaku yang membuat aku terkejut kembali dan emm... sedikit merasa senang.

Karena menurutku dia menyesal dengan perbuatannya.

Lelaki dihadapan ku sedang tersenyum miring, sedangkan kulihat teman teman nya membelalakan mata tidak percaya.

Saat tangan ku ingin menerima uluran tangan itu tetapi lelaki dihadapanku ini menarik tangannya dengan cepat membuat tanganku terhenti mengenggam angin.

"Lo kira gue bakal bantu lo, gitu?" Tanya nya dengan kekehan sinis nya.

Lelaki dihapadan ku adalah Leo damar, kakak kelas yang paling sering membully ku.

Ku remas tangan ku semakin kuat, melihat semua orang sedang menertawakan aku saat ini. Harusnya aku mengerti jika dia tidak akan pernah membantuku karena itu tidak mungkin terjadi.

Leo tersenyum miring menatapku. "Ternyata lo bukan hanya BISU tapi juga BUTA sampai terjatuh kek gini." Ucap nya dengan suara keras.

Kurasakan mataku memanas mendengar perkataan nya, tapi ku tahan dengan sekuat mungkin.

"Ternyata buta juga"

"Kasihan yah"

"Haha. Buta"

"Buta dan bisu"

"Si bisu yang menderita"

Semua orang sedang berbisik sekarang, ada yang menatapku kasihan dan juga Merendahkan.

Mereka semua tertawa terbahak-bahak melihatku membuatku semakin menunduk.

Tak ingin terus berada disini, aku beranjak dan berlari meninggalkan mereka yang masih tertawa sepeninggalan ku.

Hatiku sakit, tetapi aku akan mencoba sabar karena mereka benar, aku ini si BISU yang menderita.