Andi baru saja selesai dari bertemu dengan dokter yang merawat Imelda, pikirannya masih bingung dengan semua perkataan dan penjelasan dokter tersebut. Bagaimana bisa Imelda sudah cukup lama menderika penyakit kanker darah, yang perlahan terus menggerogoti tubuhnya.
Bahkan dokter tersebut mengatakan bahwa kemungkinan Imelda untuk bertahan layaknya selembar kertas, begitu tipis. Andi sungguh bodoh, dia belum begitu mengenal Imelda dengan baik. Perkenalannya hanyalah sebuah kebetulan di sebuah coffe shop milik Imelda.
Wanita yang pintar, ramah dan mandiri, hanya itu yang dia tau. Selama menjalin hubungan dengannya, tidaklah pernah Imelda menunjukkan rasa sakit yang selama ini ia pendam cukup lama. Tapi pertanyaannya adalah kenapa? Andi kembali melihat kertas yang berisikan hasil lab milik Imelda, langkahnya terhenti ketika mendengar suara dan melijay Putri dari kejauhan.
"Oh.. itu Putri, dia sedang menerima telepon?" Pikir Andi.
"Halo kak," Jawab Putri pelan.