Brama Wijaya meletakkan gelas kopinya dengan hati-hati, tatapannya sangat membuat tidak nyaman bagi anak laki-laki yang berdiri didepannya. Anak laki-laki itu tertunduk takut, ia berdiri kaku dan bersiap-siap menerima amarah ayahnya.
"Jadi, apa yang terjadi dengan temanmu? Apa benar kamu memukulnya hingga ia pingsan?" Brama menatap putranya dengan tatapan yang kejam. "Angkat kepalamu!! Dan jangan buat ayahmu mengulang pertanyaan lagi!!" Gertak Brama.
Irfan menegakkan wajahnya, wajahnya sendiri tidak lebih baik. Irfan mendapatkan empat jahitan di pelipis kanannya, bibir bawahnya pun mulai membengkak akibat hantaman dari lawannya. Belum ditambah beberapa bekas cakaran yang terlihat di sekitar tangannya.
"Ya ayah, tapi itu karena.."
"Tingkah lakumu benar-benar membuat malu ayah, apa kamu ingin menjadi seorang anak jalanan??" Brama menyela ucapan anaknya, bergerak cepat mendekati Irfan. Memegang dagu Irfan dengan kuat, dan kembali menatap wajah putranya dengan kesal.