Author POV
Kehidupan rumah tangga Klara begitu bahagia dengan suami yang menyayanginya dan juga kedua mertuanya yang juga sangat menyanyinya.
Wanita mana yang tidak bahagia saat dia memiliki suami yang begitu sabar dan sangat menyayanginya serta Mencintai walaupun dirinya belum dapat memberikan keturunan bagi suami tercintanya.
Dengan cekatan Klara menyiapkan semua keperluan suaminya dengan senyum indah di bibir manisnya.
"Pagi sayang" sapa Arya sambil memberikan kecupan ringan di pipi Istrinya sambil memeluk erat pinggang ramping Klara.
Sungguh beruntungnya dirinya memiliki istri cantik dan juga Sholeha.
"Mas hari ini aku ijin kerumah Shita ya mas" kata Klara sambil menyiapkan pakaian kerja suaminya.
"Iya sayang" balas Arya sambil mengecup kening istrinya dengan sayang.
Klara tersenyum lembut sambil mengecup singkat sudut bibir suaminya.
"Ya udah sekarang mas pakai baju dulu nanti tepat kerja" kata Klara sambil berusaha melepaskan pelukan erat suaminya.
"Iya...iya" balas Arya cemberut.
Klara terkekeh geli melihat wajah cemberut suaminya benar-benar tidak cocok dengan umurnya.
"Aku siapin sarapan kamu dulu ya mas" kata Klara sambil berlalu pergi dari kamar mereka.
.
.
.
.
.
.
Pria tampan dengan setelan jas mahal itu tersenyum ramah pada semua karyawan kantor, Arya memencet tombol lift menuju ke ruang kerjanya di lantai 30.
Arya memang buka pria blasteran atau pria barat dia hanya pria berdarah Indonesia asli tapi ketampanannya hampir menyamai para aktor Hollywood.
Dengan tubuh tegap dan kulit coklat khas pria Indonesia, di tambah dengan dua lesung pipi di kedua pipi, hidung mancung dan rahang yang tegas. Benar-benar mampu membius mata para kaum hawa.
Arya juga anak penurut serta bos yang ramah dan baik hati di kalangan karyawannya.
Hari ini dia menjalani aktivitas serti biasa memeriksa tumbukan dokumen yang menjadi sumber uang baginya dan juga ribuan karyawannya.
Nada dering ponsel menghentikan gerakan tangannya yang sedari tadi sibuk menandai tangani dokumen pentingnya.
Keningnya menyrergit bingung saat layar ponselnya dengan jelas tertera nama Zahra, wanita lain yang sudah menjadi pendampingnya selama tiga tahun terakhir.
Ya kalian boleh bilang di adalah laki-laki bajingan atau apapun, tapi kalian tidak tahu apa alasan dia sampai memiliki wanita lain sebagai istrinya walaupun hanya istri sirih.
Arya Menggakat panggilan telepon dari Zahra dengan wajah bingung.
"Assalamualaikum Zahra" sapa Arya lembut.
Ya Arya selalu bersikap sopan dan lembut pada siapa pun terutama dengan wanita, baginya semua wanita adalah makhluk yang harus di hargai dan di hormati selayaknya nabi besar Muhammad yang selalu menghormati dan menghargai ibu serta istrinya.
"Walaikumsalam mas, mas badan Alwi panas dari semalam dan terus saja mengigau memanggil mas" kata suara lembut di seberang sana di campur dengan Isak tangisnya.
"Ya Allah, mas akan segera kesana kamu tenang aja, Sekarang kamu di mana di rumah ibu atau di rumah sakit ?" Tanya Arya khawatir.
Ya ayah mana yang tidak khawatir saat mendengar kabar jika putra semata wayangnya jatuh sakit.
"Aku di rumah sakit mas, di rumah sakit pelita harapan" balas Zahra.
"Ya udah kamu tunggu mas di sana ya" balas Arya cepat.
"Iya mas" balas Zahra patuh.
Arya membereskan semua berkas kantornya dengan cepat, hatinya benar-benar khawatir memikirkan nasib putra semata wayangnya, demi Tuhan dia tidak akan sanggup jika harus kehilangan putranya.
"Sela batalkan semau janji ku hari ini dan juga mithing ku hari ini" kata Arya saat dia sudah berada di depan meja sekretarisnya.
"Tapi pak...."
"Pokoknya hari ini saya tidak mau di ganggu" perintah Arya final sambil berlalu ke lift yang khusus di buat untuk.
Semua karyawannya menatap bingung bos besar mereka yang berlari dengan wajah bingung ke parkiran mobil.
Arya memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi hatinya benar-benar tidak tenang sebelum benar-benar melihat keadaan putranya baik-baik saja.
.
.
.
.
.
.
Klara duduk dengan manis di sofa ruang tamu rumah sahabatnya, rencananya hari ini dia ingin menemani sahabat itu untuk cek kandungan. Sungguh beruntung sahabat itu rumah tangga mereka baru saja berjalan dua tahun dan sekarang sudah mendapatkan amanah dari Allah untuk memiliki seorang anak.
"Ayo Klara, keburu sore. Nanti malah dokternya pergi" kata Shita sambil menarik-narik tangan kecil Klara.
"Ya Allah sabar dong Shin kaya kabur aja tuh rumah sakit" kata Klara geli dan hanya di balas gerutuan kesal dari sahabat bawelnya.
Shita masuk kedalam mobil Klara dengan cepat, ya hari ini Klara lah yang menyetir mengingat usia kandungan Shinta yang masih muda dan rawan keguguran.
Klara memacu mobilnya dengan kecepatan rata-rata dan juga terkesan hati-hati takut menyakiti bayi yang ada di dalam kandungan Sahabatnya itu.
"Yuk turun" ayak Shinta tidak sabaran.
Klara hanya menggeleng-gelengkan kepalanya pelan sambil tersenyum geli, walaupun dia suka kesal dengan Sahabatnya itu tapi dia juga sangat menyayangi sahabat itu.
Klara hanya mengikuti Shinta yang dengan tidak sopannya langsung menyolong masuk kedalam ruangan dokter.
Dokter wanita paruh baya itu memeriksa keadaan Shinta dengan teliti dan mencatat semua keluhan yang di lontarkan oleh ibu hamil itu.
"Ini resep obat mual serta penguat kandungan, kalian bisa menembusnya di apotik depan" kata dokter Ratna lembut.
"Iya dokter, dan terima kasih" kata Klara.
Senyum indah tidak pernah lepas dari kedua bibir wanita cantik itu sejak mereka melangkah keluar dari ruangan praktek dokter Ratna.
"Klara aku kebelet pipis nih, kamu enggak papa kan aku tinggal dan tolong tebusin obat aku ya, uangnya ada di dalam tas ku" kata Shinta sambil menyerahkan tas Jinjingnya pada Klara.
"Iya, kamu hati-hati ya jangan sampai kepeleset" kata Klara Sebelum wanita hamil itu melesat pergi.
Klara menebus obat Shinta di apotik rumah sakit, niatnya yang awalnya ingin menyusul Sahabatnya itu ke toilet harus dia urungkan saat kedua matanya tidak sengajah melihat suaminya yang berlari dengan wajah panik ke poli khusus anak.
Karena rasa penasaran yang besar membuat Klara mengikuti suaminya. Kebingungan Klara semakin besar saat melihat suaminya memasuki ruang rawat anak kelas VVIP nomor 23.
Klara semakin melangkah mendekati keruang rawat inap itu, niatnya yang awalnya ingin mengetuk pintu dia urungkan saat telinganya mendengar suara anak laki-laki tampan yang gitu Mirip dengan suaminya memgaggil suaminya dengan panggilan ayah.
Yang lebih membuat hati sakit adalah saat suami yang sangat dia hargai dan dia cintai itu mengecup mesra kening wanita lain.
"Anak ayah kenapa bisa sakit ?" Tanya Arya lembut.
"Dia kangen dengan mu mas" jawab Zahra.
Wanita berkerudung biru muda itu tersenyum lembut pada suaminya
"Maafin mas ya, mas..."
PRAK
Perkataan Arya terpotong karena suara pecahan beling yang berasal dari arah pintu. Arya dan Zahra menatap kompak kearah pintu ruang rawat putra mereka.
Hari Arya dan Zahra badai di tikam oleh pisau tajam saat melihat suaminya any sangat dia cintai dan juga dia hormati mencium mesra kening wanita lain.
"Sayang" kata Arya pelan.
"Jelaskan saja nanti di rumah aku tidak ingin memulai keributan di rumah sakit apalagi di depan anak kecil" kata Klara datar dan dingin membuat kedua mata tajam Arya kini berkaca-kaca.
Klara memutar tubuhnya dan melangkah pergi dari ruang rawat anak suaminya dengan wanita lain, sedangkan Arya hanya menatap kosong tubuh istrinya yang menjauh.
Zahra menangis terisak, hatinya hanya mampu berdoa semoga saja Klara mau mendengarkan penjelasannya dan juga Arya nanti.
...........
TBC