Chereads / Keluarga Denzel / Chapter 64 - Penyiksaan Fisik dan Batin

Chapter 64 - Penyiksaan Fisik dan Batin

Aku terkejut saat aku diguyur air. Aku terbatuk sembari berusaha memandang sekitaran walau penglihatanku buram. Aku baru sadar bahwa tanganku terikat dengan tali karena aku tak bisa menggerakan lenganku dengan bebas.

"Hai manis," aku terkejut merasakan sentuhan kasar di daguku. Otomatis, aku membuang muka tak ingin tangan itu menyentuhku lagi. Aku bisa mendengar suara kekehan yang membuatku merinding sekaligus jijik.

Penglihatanku akhirnya jelas dan tampaklah beberapa orang. Lebih banyak pria yang kulihat namun ada seorang wanita. Kedua mataku membelalak hebat saat tahu siapa mereka.

"Dasar jalang! Kenapa kau menculikku? Aku tak pernah punya salah padamu?!" makiku pada Dewi yang menyeringai puas di depanku. Melihatku terikat membuatnya senang.

Apa yang kukatakan itulah sebuah fakta, aku tak pernah mengganggunya bahkan saat dia menghinaku. Walau pertemuan terakhir kami aku mengucapkan kata-kata yang paling rendah tapi aku sungguh tak menyangka dia akan marah besar dan menculikku.

Plakk!

Aku meringis kesakitan merasakan tamparan di pipi kiriku. Ternyata orang yang menamparku adalah ayah Dewi sendiri, Denis! "Dasar wanita jalang! Berani-beraninya kau menghina putriku!" kecamnya padaku.

Dewi tertawa puas melihatku ditampar, "Itulah akibatnya jika kau menghinaku dan mengambil apa yang aku mau!" mengambil apa yang dia mau? Apa itu?

Perasaan aku tidak pernah mengambil sesuatu darinya. Dia membuang napas kasar ketika melihat raut wajahku yang tak mengerti dengan perkataannya. "Axton.." Alisku makin mengkerut.

Axton suamiku, dia bukan milik Dewi ia hanyalah milikku seorang. Belum sempat aku membalas, aku melihat dia membalikkan tubuhnya dan mengambil satu langkah namun berhenti lagi. "Selamat tinggal Wenda, nikmati waktumu di sini!" setelah dia mengucapkan hal itu dia benar-benar pergi meninggalkanku berdua dengan Denis sementara beberapa pria yang lain ikut keluar.

Jantungku berpacu dengan cepat melihat Denis yang menatapku dengan pandangan penuh nafsu. Aku makin berkeringat dingin saat melihat dia menurunkan resleting celananya, "Ayo kita bersenang-senang," ucapnya dengan seringai.

"Tidak!" aku memberontak saat dia berada di atasku, tapi pria berbadan buncit itu menahanku dan mulai menciumi jenjang leherku.

Aku merasa jijik ketika tangannya yang besar mulai menjamah tubuhku dari luar baju pengantin yang kukekanakan. "Hentikan, aku mohon!" pintaku dengan nada memelas. Aku memekik saat dia merobek baju pengantinku, tubuhku semakin gemetar merasakan kasarnya permukaan tangan yang secara langsung menyentuh kulitku.

Dia mengangkat kepalanya dengan seringai. Aku lantas menggelengkan kepala saat merasakan dua kakiku dikangkangi oleh Denis. "Tidak aku mohon jangan melakukannya!"

Plakk!

Pipiku kembali ditampar bukan hanya satu kali tapi beberapa kali sampai aku terkulai lemas. "Diamlah wanita j***ng!" tubuhku gemetaran sementara mataku menatap nanar pada si pemerkosa. Aku dalam hati terus berdoa, agar siapapun datang menyelamatkanku.

Duak!

Beban ditubuhku tiba-tiba saja berubah jadi ringan. Aku masih terlalu syok sehingga yang bisa kulakukan hanya diam dan terus berbaring walau aku bisa mendengar suara umpatan dan suara pukulan yang membabi buta, begitu juga dengan suara erangan Denis.

Dia terdengar sangat menderita. "Wenda," suara lembut itu sama sekali aku tak indahkan. Tapi aku memberi respon cepat saat sebuah tangan menyentuhku.

"Jangan menyentuhku! Lepaskan au!" kataku panik sambil berteriak. Aku takut ... aku takut kejadian itu akan terjadi lagi, memoriku kembali berputar di mana aku hampir disetubuhi oleh Denis.

"Wenda ini aku, Axton." dia mengubah posisiku menjadi posisi duduk dan aku bisa melihat wajah Axton yang menatap nanar padaku. Kedua mata emerald-nya melihat keadaanku yang aku rasa sangat berantakan.

"Axton," aku mendekatinya dan sontak dia memelukku. Dalam pelukannya aku menangis antara lega dan sedih, lega karena dia menyelamatku di waktu yang tepat dan sedih karena mengalami kejadian yang sangat menakutkan.

Axton terus membisikkan permintaan maaf ditelingaku. Dia sepertinya merasa bersalah terhadapku. Dia melepaskan pelukanku dan mengenakan jasnya padaku sebelum akhirnya menggendong tubuhku lalu membawaku ke dalam mobil.

Ekor mataku melihat Denis dengan keadaan babak belur tengah merunduk. Sepasang borgol di tangannya menandakan bahwa dia akan masuk ke penjara.

Bukan itu saja beberapa orang yang bersamanya telah diamankan oleh beberapa polisi. Dia menempatkanku ke dalam mobil lalu masuk juga dan duduk di sampingku. Cody selaku supir menatap nanar padaku, dia menyadari bahwa penampilanku berantakan. Perhatianku yang awalnya tertuju pada lirikan mata Cody kembali pada Axton.

Kedua tangannya mendekapku memberikan kehangatan. Mobil pun pergi menjauh meninggalkan beberapa orang yang masih sibuk dengan pekerjaan mereka.