"Pesta?" beo Wenda mendengar kabar dari Pitaloka saat mereka berdua tengah makan siang di kantin saat jam istirahat.
"Iya pesta, Tuan Dalton ingin kita semua hadir ke pesta ulang tahunnya." ungkap Pitaloka.
"Bagaimana ya, aku tak punya gaun pesta untuk dikenakan sementara aku tak mempunyai uang." keluh Wenda.
"Sepertinya aku tak bisa datang deh." lanjutnya lagi.
"Yah, Wenda kok kamu begitu sih?" protes Pitaloka.
"Aku sudah bilang, aku tak punya uang!" delik Wenda kesal.
"Ada apa ini?" Suara berat Leo mengejutkan keduanya.
"Kukira kau sudah pergi," celetuk Wenda.
"Supirku belum datang, jadi aku makan siang di sini? Dari tadi kalian sedang membicarakan apa?" tanya Leo lagi.
"Begini, Tuan Dalton mengundang kami semua untuk datang ke pestanya tapi Wenda tak datang karena dia tak punya gaun." Leo memandang Wenda yang mengaduk makanannya lagi.
"Kau ingin datang ke sana?" tanya Leo. Wenda melirik sekilas pada Leo sebelum menjawab pertanyaan Wenda dengan anggukan pelan.
"Kebetulan aku juga diundang, pestanya malam ini, 'kan?" Lagi-lagi Wenda menjawab dengan anggukan.
"Kalau begitu tunggu apa lagi, selesaikan makan siangmu dan kita akan mencari gaun yang cocok untukmu." Pitaloka dan Wenda membulatkan mata mereka mendengar perkataan Leo.
"K-kau bercanda ya?"
"Tidak, aku serius. Kita akan pergi jika supirku datang," Wenda dan Pitaloka saling memandang satu sama lain berbicara hanya dengan mimik muka mereka.
Mereka kembali memandang Leo setelah mendapat kesepakatan bersama. "Baiklah, aku ikut tapi Pitaloka harus ikut dan boleh tidak kau juga membelikannya sebuah gaun?"
Jantung kedua wanita itu berpacu cepat menunggu jawaban Leo. Apa dia akan menolak atau setuju?
"Baiklah, temanmu boleh ikut!" Wenda dan Pitaloka kompak memekik senang tak sadar keduanya menjadi pusat perhatian.
💘💘💘💘
Leo terus menatap jam tangannya. Mereka sudah sangat terlambat tapi Wenda dan temannya belum selesai. Wanita itu memang makhluk yang ribet ya!
Leo pun sudah siap dengan tuksedo yang dia kenakan dengan rambut yang ditata rapi. Seorang pegawai datang menghampirinya, "Tuan, mereka sudah siap."
Leo membalikkan tubuhnya, dia terpana melihat Wenda yang memakai gaun yang dia belikan untuknya. Gaun yang berwarna pink dengan kilauan disekitaran gaun itu. Salah satu pundak Wenda terekspos menambah kesan elegan ditambah dengan polesan make up yang natural membuat Wenda semakin cantik.
"Leo, kau kenapa?" Leo sadar dan memandang Wenda yang berdiri sangat dekat dengannya.
"Apa penampilanku buruk?" tanya Wenda kembali dengan cemas.
"Ti-tidak kok, k-kau sangat cantik! Aku suka!" jawab Leo cepat. Wenda tersenyum sambil mengucapkan terima kasih. Pitaloka datang dan bertanya bagaimana penampilannya?
Wenda mengatakan penampilannya baik begitu juga dengan Leo. Tak butuh waktu yang lama, mereka sampai di rumah megah Tuan Dalton. Banyak orang berkeliaran di rumah Dalton. Kebanyakan beberapa orang yang diundang adalah orang-orang kaya dan kuasa.
"Wenda, aku ke sana ya. Sepertinya cemilan di sini enak-enak." kata Pitaloka tergiur dengan makanan yang disiapkan untuk para tetamu. Wenda mengiyakan permintaan sahabatnya sementara dia dan Leo terus berjalan mengelilingi rumah Dalton.
Mata mereka kemudian memandang orang-orang yang tengah berdansa dengan musik pelan. "Ayo kita ke sana," ucap Wenda. Leo menurut saja dan mendekati orang-orang tersebut yang masih berdansa di cahaya remang-remang.
Wenda terus memperhatikan orang-orang itu sebelum akhirnya terpaku pada satu pasangan yang sedang berciuman. Matanya membelalak sempurna melihat pria itu adalah Axton.
Air mata Wenda langsung turun, dia segera berjalan cepat keluar dari ruangan tersebut. Leo memanggilnya tapi Wenda berpura-pura untuk tak mendengar alhasil Leo mengejarnya.
Setelah berjalan jauh meninggalkan pesta, tangisnya pecah seketika memikirkan apa yang dia lihat dari tadi. Kecewa? sangat. Dia sangat kecewa pada Axton, kalau pria itu tak menyukainya kenapa dia bersikap manis selama ini?
Kenapa dia tak mengatakan kalau dia punya kekasih sehingga Wenda tak terlalu terbawa perasaan! Pada akhirnya Wenda jatuh hati tapi dalam sekejap hatinya itu hancur berantakan karena Axton.
Leo berjalan pelan mendekati Wenda yang masih saja menangis pilu. Ditangannya terdapat sepatu yang dikenakan oleh Wenda terlepas sebelahnya. Leo berlutut dan mengenakan sepatu tersebut pada kaki Wenda.
Dia berdiri dan memeluk Wenda yang masih saja menangis. "Aku ... aku kecewa dengan Axton ... hiks ... aku ... aku tak tahu apa yang harus kulakukan sekarang ... hiks." luah Wenda terisak dalam pelukan Leo.
Leo diam sambil mengelus punggung Wenda berharap bisa menenangkan wanita itu. "Lepaskan dia, Wenda. Putuskan hubunganmu dengannya jika kau tak tak tahan lagi!" saran Leo akhirnya berbicara.
'Dan datanglah padaku.' desis batin Leo.