Chereads / Keluarga Denzel / Chapter 7 - Seratus Juta Rupiah?!

Chapter 7 - Seratus Juta Rupiah?!

"Kau ingin bekerja? Kenapa?" tanya Axton bingung dengan permintaan Wenda.

"Aku memberikanmu rumah yang besar, uang dan juga kemewahan kenapa kau harus bekerja?" lanjutnya lagi sambil menatap lekat pada Wenda.

"Axton, kau tahu bahwa aku adalah anak sulung dari keluargaku. Aku bekerja di Malaysia untuk menghidupi keluargaku yang berada di desa, jika aku tak bekerja aku tak bisa mengirim uang pada mereka. Ayahku sedang sakit, sementara adik-adikku tengah bersekolah banyak juga kebutuhan yang mereka perlukan."

"Oh begitu, katakan nomor rekeningmu." kali ini Wenda mengkerutkan dahi.

"Untuk apa?"

"Cepat katakan saja." walau bingung dengan permintaan Axton Wenda memberikan nomor rekeningnya pada Axton. Beberapa menit pria itu sibuk dengan ponsel sebelum akhirnya dia meletakkan ponsel tersebut di meja.

"Sudah selesai." gumam Axton pelan namun bisa didengar oleh Wenda.

"Selesai apa?" ponsel Wenda tiba-tiba berdering. Dia segera mengambil ponselnya dan menatap layar smartphone tersebut. Matanya melebar membaca sms dari bank tentang rekening Wenda yang mendapat transfer seratus juta rupiah.

"Se-seratus juta rupiah?!" pekik Wenda tak percaya. Dia lalu memandang Axton yang dengan santai meminum kopi yang dibuatkan untuknya.

"Apa kau yang mengisinya?"

"Ya, kau butuh uang 'kan aku sudah mengisinya untukmu jika itu habis katakan padaku ya." Wenda membuang napas kasar mendengar kata-kata Axton.

"Axton, aku memintamu mengijinkan aku untuk bekerja bukan minta uang, nanti aku dikira wanita matre." balas Wenda.

"Tidak kau bukan wanita seperti itu," sahut Axton tak ingin Wenda menyebut dirinya sendiri sebagai wanita matre.

"Kalau begitu ambil kembali, atau perlu aku akan transfer ke rekeningmu." ujar Wenda.

"Tidak, uang itu sudah masuk ke rekeningmu, apa yang kuberikan tak bisa aku ambil kembali dan juga kau adalah istriku, hartaku adalah hartamu juga."

"Bahkan untukku yang hanya menjadi istrimu selama 6 bulan? Kau terlalu baik." Axton tersenyum dan membelai rambut panjang Wenda.

"Kau sudah menjadi istriku, walau hanya selama 6 bulan aku akan memperhatikanmu dengan baik." Wenda tersenyum tapi kemudian senyumnya hilang digantikan dengan tatapan serius.

"Axton aku serius, aku ingin kerja sekarang. Aku ingin punya uang sendiri, hasil dari kerja kerasku. Lagi pula aku bosan kalau di sini terus dan lihat kejadian tadi, belum seminggu aku tinggal di sini aku sudah menghancurkan barangmu apalagi jika aku selalu tinggal di sini." celetuk Wenda panjang lebar.

Axton menghela napas berat. "Baiklah aku akan..."

"Apa kau ingin membantuku mencari pekerjaan?" potong Wenda tahu maksud Axton.

"Kenapa tidak?"

"Sebaiknya jangan."

"Kenapa? Haahh ... dari tadi kau ingin aku mengijinkan untuk bekerja sekarang aku tak bisa membantumu mencari pekerjaan. Kau maunya apa sih?!" omel Axton.

"Bukan begitu, kau itu kan seorang yang kaya raya dan pastinya akan mendapat sebuah pekerjaan untukku dengan mudah. Biarkan aku mencari sendiri pekerjaan ya."

Aneh, kalau beberapa orang akan senang dibantu untuk mendapat sebuah pekerjaan. Tapi Wenda ingin berusaha sendiri, ada-ada saja dengan permintaan Wenda tapi tak ada salahnya jika dicoba.

"Baiklah, aku hargai keputusanmu jika itu yang kau mau tapi jika kau kesulitan jangan sungkan katakan padaku."

"Iya, terima kasih." sahut Wenda senang dengan persetujuan Axton yang mengijinkan dia bekerja.

"Coba aku lihat wajahmu, dari tadi Tisa bilang wajahmu yang terkena hantam duluan." kata Axton sambil menangkup kedua pipi Wenda dengan salah satu tangannya.

Dia memalingkan wajah Wenda ke kanan dan ke kiri melihat apa wajah Wenda terluka atau tidak. Wenda melepaskan kepalanya dari Axton dan mengatakan bahwa dia baik-baik saja walau dia agak kesakitan dari tadi.

"Serius kau tak mau aku bawa ke dokter?"

"Ya, aku baik-baik saja, jangan berlebihan begitu." balas Wenda. Di sisi lain lebih tepatnya dibalik pintu, beberapa pelayan mengintip mereka sambil tersenyum sendiri.