Adalah kebiasaan Erika untuk pergi ke perpustakaan setelah kelas selesai. Ia berjalan cepat menuju perpustakaan, melewati taman kecil yang memisahkan gedung depan dengan gedung belakang.
Ia mendengar percakapan 2 orang dan langsung bersembunyi di balik pilar sebelum diduga cewek kepo.
"Temanku, Riri, menyukaimu," ucap seseorang gadis.
"Maaf," ucap Ren. "Tapi, aku suka sama orang lain."
Aku mendengar Ren melangkah pergi, sebelum dihentikan.
"Tapi, cobalah berpacaran dengannya beberapa bulan," ucap gadis itu.
"Aku tidak mau berpacaran dengan orang selain orang yang kusuka," jelas Ren. "Maaf."
Gadis itu berlari masuk ke gedung.
Aku sadar kalau Ren berjalan menuju ke arahku. Aku menyelinap dan langsunh berjalan cepat ke perpustakaan.
Di perpustakaan, aku membaca buku biologi dengan tenang. Sebelum seseorang duduk di hadapanku.
"Aku tau," ucap orang itu, Ren.
"Apa?" Aku mendongak.
"Kamu mendengar percakapanku dengan gadis itu," jelas Ren. "Ya, kan?"
"Percakapan apa?" tanyaku pura-pura nggak tau. "Sama siapa?"
"Gak usah pura-pura enggak tau," bisik Ren.
Aku mengerucutkan bibir, "Ya."
Ren tertawa kecil dan mengacak-acak rambutku. Aku memberengut ke arahnya dan buru-buru merapikan rambutku.
Ren memandangku sambil bertopang dagu.
"Hei!" panggilku.
"Ya?" respon Ren. "Ada apa?"
"Apa kamu mau pacaran denganku?" Sedetik kemudian, aku membekap mulutku dengan wajah merona.
Ok. Fix. Apa yang kukatakan tadi? Aduh! Aku keceplosan!
"Apa itu artinya kamu menyadari kalau aku itu tampan?" cengir Ren.
Aku memalingkan wajahku yang sudah seperti kepiting rebus.
"Baiklah," ucap Ren.
"Huh?!" Aku mendongak. "Tapi, katamu-"
Satu hal yang bisa kurasakan saat ini, Ren membuatku terdiam dengan cara menciumku.
Argh! First kiss-ku!
Aku melongo, memandangnya bingung. Ren hanya mengelus rambutku dan tersenyum manis.
"Akhirnya..." ucap Ren.
"Apa?!" sewotku.
"Aku bisa mendengar perkataan itu dari mulut orang yang kusuka..." kekehnya.
"Apa?! Ta-tapi..." Aku gelalapan.
Ren merebut buku yang kubaca dan menaruhnya di rak. Ia menarikku keluar perpustakaan dengan lembut.
"Akhirnya, aku tidak lagi dikejar-kejar oleh cewek-cewek," kekeh Ren.
"Ya, tapi aku yang AKAN dikejar-kejar," ucapku kesal.
"Kalau begitu, aku akan menjagamu sebagai pacar yang baik," ucap Ren.
Aku memukul kepalanya. Ia meringis dan memandangku bingung.
"Itu hukuman karena membuatku tersipu," ucapku.
Ren hanya tertawa dan merangkulku.
Kami melihat ketua OSIS, Mizuki, berjalan cepat menuju ke arah kami. Kamo harus berkelit agar tidak terjadi tabrakkan.
Mizuki lenyap di tikungan.
"Apa yang terjadi?" tanyaku. "Enggak biasanya Kak Mizuki terburu-buru seperti itu."
"Entahlah," Ren hanya mengangkat bahu.
Kami melanjutkan perjalanan menuju kelas karena tas Ren tertinggal.
Kami melewati kelas 12-1, kelas itu kosong. Hanya ada 2 orang, laki-laki dan perempuan. Yang kukenal, laki-laki itu adalah Kak Shuhei, tunangan Kak Mizuki sekaligus Wakil Ketua OSIS. Mereka sedang mengobrol dan tertawa-tawa, akrab sekali.
"Sepertinya aku tau kenapa Kak Mizuki terburu-buru seperti tadi," bisikku kepada Ren.
"Ya," Ren mengangguk.
Kami berjalan ke kelas.
Ren mengambil tas dan bergegas menuju asrama bersamaku. Aku terpaksa naik sepeda milik Ren, membuat banyak sekali siswi yang melemparkan pandangan mengancam kepadaku.
Aku mengeratkan pelukanku di pinggan Ren, takut jatuh dan tidak mau memandang para siswi.
"Mereka memandangku," bisikku.
Aku hanya bisa merasakan kecupan singkat di puncak kepala.
Entah kenapa...
Aku merasa nyaman.