Dalam beberapa buku dan artikel yang pernah Kalila baca, semuanya mengatakan tidak ada persahabatan yang benar-benar erat antar laki-laki dan perempuan. Salah satu di antaranya pasti akan menyimpan perasaan lebih. Tetapi justru perasaan itulah yang menghancurkan persahabatan mereka.
Bukan keinginan Kalila untuk terjebak dalam zona pertemanan ini. Kalila tidak pernah ingin menyukai Radit. Tapi perasaan suka itu muncul dengan sendirinya.
Walau Radit pindah ke luar negeri, janji kecilnya tetap membuat Kalila berharap. Beberapa minggu pertama setelah kepindahannya, Radit sering menghubungi Kalila untuk menanyakan kabarnya di Indonesia. Kalila merasa menjadi orang yang sangat penting bagi Radit. Apalagi mengetahui fakta Radit lebih sering menghubunginya dibanding orang lain bahkan orang tuanya sekalipun.
Tapi masa bahagia itu tidak bertahan lama. Setelah beberapa waktu, Radit tiba-tiba tidak bisa dihubungi. Ia juga tidak menghubungi Kalila. Radit menghilang tanpa jejak.
Bertahun-tahun telah berlalu sejak Radit menghilang dari radar. Kalila tetap harus melanjutkan hidup. Dia tidak mau menghabiskan waktu berharganya hanya untuk memikirkan dimana Radit sekarang. Sudah hampir 8 tahun dan Kalila mulai bisa melupakannya.
Tapi saat Kalila berpikir ia telah kehilangan sahabatnya, takdir memperlihatkan yang sebaliknya.
"Namanya Raditya Orlando. Salah satu staff kita gak sengaja berpapasan dengannya saat berlibur ke Australia. Dia langsung dicasting saat itu juga dan mulai bergabung dengan agensi kita minggu depan. Bagaimana menurut kalian?" Andre menjelaskan.
Biasanya Andre, sang atasan, adalah yang paling ahli membuat Kalila mengantuk kebosanan pada rapat bulanan. Tapi topik bahasan kali ini membuat mata Kalila terbuka sempurna.
Kalila berdumal dalam hati. Takdir mempertemukan mereka dengan cara yang tak terduga. Hatinya bergejolak. Perasaannya campur aduk antara marah dan senang. Rasanya lega saat tahu Radit masih hidup dan bernapas, bukannya menghilang di negeri kangguru.
"Dan ada seorang lagi, perempuan asal Medan namanya Samantha Deanova umur 18 tahun. Saya membutuhkan dua manajer baru untuk mereka berdua," kata Andre.
Kalila langsung menoleh ke perempuan di sampingnya. Air wajah Vivian langsung berbinar-binar begitu melihat wajah tampan lelaki pada biodata tersebut. Vivian, seniornya yang sombong dan angkuh, sangat ingin menjadi manajer Radit. Tapi Kalila tidak akan membiarkannya.
Ini mungkin kesempatan terakhirnya untuk bertemu dengan Radit dan memperbaiki hubungan mereka jadi Kalila tidak ingin melewatkannya. Alasan lain adalah Kalila tidak ingin Radit mendapat manajer genit yang cerewet seperti Vivian. Ketiga, Kalila cemburu jika Radit dekat dengan perempuan lain.
"Kalian mau memilih Raditya Orlando atau Samantha Deanova?" tanya Andre.
"Raditya Orlando!"
"Radit," Kalila dan Vivian menjawab bersamaan. Lantas Vivian dan Andre menoleh ke arah Kalila.
"Tumben kamu memilih. Biasanya kamu bilang 'terserah' dan mengambil sisanya," tanya Andre.
Pada tugas sebelumnya, Kalila tidak pernah memilih siapa artis yang ingin ia tangani. Dia selalu mengambil sisanya. Kalila bukan orang yang pemilih. Siapa saja mereka, entah cowok, cewek, muda, atau tua. Jadi Andre dan Vivian cukup kaget. Apalagi Vivian, dia berharap Kalila mengambil sisa seperti biasanya.
Vivian menatap Kalila tajam. Memberi kode agar Kalila mengalah untuknya. Tetapi Kalila tidak peduli. Keinginannya sudah bulat, ia harus menjadi manajer Raditya Orlando.
"Raditya Orlando adalah teman masa kecil saya. Jadi saya rasa kami dapat berbaur dengan baik karena saya sudah kenal dekat dengannya," jelas Kalila.
Mereka makin terkejut. Vivian juga semakin marah karena Kalila tidak menurut padanya.
"Wah kebetulan sekali. Karena selama ini kamu selalu mendapat sisa, jadi Radit saya serahkan sama kamu. Nah Vivian, kamu menangani Samantha ya?"
Kalila tersenyum sumringah. Berbanding terbalik dengan Vivian. Dia tidak sanggup menolak perintah Andre dan hanya mengangguk. Ia melirik sinis kearah Kalila tapi dibalas gadis itu dengan senyum kemenangan.
Kalila tidak mempunyai masalah yang benar-benar serius sampai Vivian--bisa dibilang--membencinya. Hanya saja Kalila adalah pegawai yang rajin sejak pertama kali diterima kerja, kinerjanya juga bagus sehingga dalam waktu singkat ia menjadi pegawai kesayangan Andre. Label "pegawai kesayangan" membuat Kalila makin terkenal di kantor agensi. Otomatis Vivian merasa tersaingi karena dia adalah ratunya pencari perhatian.
Masalah yang sepeleh, oleh karena itu tidak terlalu dipikirkan oleh Kalila. Biarlah Vivian memebencinya sesuka hati, Kalila juga tidak akan rugi.
Sesudah keluar dari ruangan Andre, Vivian bertanya sewot "Sejak kapan lo kenal Raditya?"
Kalila menjawab dengan setengah hati, "Dia temen gue dari TK sampe SMA."
"Oh. Enak ya punya temen ganteng. Habis ini jadi artis, pula."
"Hm. Gue duluan ya? Ada urusan penting," ucap Kalila. Senyum lebarnya dipaksakan agar terlihat ramah. Ia bergegas pergi, tidak ingin berlama-lama meladeni Vivian.
Vivian dengan mulut besarnya terdiam saat Kalila makin menjauh. Masih kesal karena Kalila merebut target emasnya.
Mood Kalila berada pada kondisi terbaiknya. Radit yang sempat menghilang dari hidupnya akan kembali lagi. Dia akan berkumpul bersama dengan Radit seperti dulu. Kalila dapat merasakannya. Sebentar lagi. Akhirnya Kalila akan bertemu dengan Radit.
🎬
Di antara orang-orang yang berlalu lalang, laki-laki dengan topi biru sibuk dengan HP nya di depan sebuah patung kayu berbentuk kuda. Koper yang berwarna senada dengan topinya terletak tidak jauh dari tempatnya bediri. Kedua tangannya bergerak maju, mundur sedikit, sedikit kekanan lalu kekiri untuk mencari angle yang pas untuk memfoto patung tersebut.
Patung kuda tersebut berukuran besar dan berada di tengah lobby bandara. Gagah dengan berbagai ukiran yang membuatnya nampak realistis. Sepertinya patung tersebut menarik perhatian Radit.
Cekrek!
Satu foto telah terabadikan dalam ponselnya.
"Halo, Indonesia," gumam Radit sambil memperhatikan sekelilingnya.
Sudah lama sekali ia meninggalkan tanah kelahirannya. Negara dimana Radit tidak perlu khawatir tersengat laba-laba mematikan seperti saat berada di Australia.
Radit telah beberapa kali berfoto setelah tiba di bandara. Saat sedang melihat galerinya, ada pesan baru yang masuk dari pihak agensi.
Andre JS Ent
Kamu sudah sampai dimana?
-
Radit
Saya sudah sampai di bandara pak
-
Andre JS Ent
Oh sudah mendarat?
Nanti kamu dijemput manajer kamu ya
Nomor telpnya 62XXXXXXXX
Memiliki manajer pribadi? Terdengar lebih keren daripada yang Radit bayangkan sebelumnya. Kira-kira apakah manajernya laki-laki atau perempuan? Dalam bayangan Radit, manajernya adalah pria tinggi berbadan kekar sehingga dia juga dapat menjadi bodyguardnya. Betapa kerennya!
Radit menyimpan nomor tersebut dengan memberi nama kontak 'manajer'. Tak lama Andre kembali mengirim pesan.
Andre JS Ent
Manajer kamu cewek, namanya Kalila
Pergerakan tangan Radit terhenti seketika. Dia terus membaca nama sang manajer berulang-ulang kali.
Apa Kalila yang dimaksud adalah Kalila temannya dulu? Atau mungkin Kalila yang lain? Bahaya kalau Kalila adalah manajernya. Radit akan terkena masalah, masalah yang sangat besar.
Belum sempat berpikir bagaimana Kalilanya bisa kebetulan menjadi manajernya, sebuah telepon masuk. Tulisan 'manajer' terpampang besar pada layar ponselnya. Tanpa ragu Radit langsung menekan tombol hijau. Ia ingin segera memastikan.
"Halo?" Radit memulai percakapan.
"Halo. Raditya Orlando, ya?"
Radit berusaha mengingat-ingat seperti apa suara Kalila dulu.
"I--Iya bener."
"Aku Kalila. Feodelia Kalila, masih ingat aku? Kamu dimana sekarang?"
Bingo. Ternyata dia benar-benar Kalila.
Sebenarnya Radit senang bisa bertemu dengan Kalila lagi. Bertemu dengannya adalah salah satu keinginan Radit setelah tiba di Indonesia. Tapi masalahnya, Radit juga tidak melupakan fakta ia telah menghilang dan tidak menghubungi Kalila selama bertahun-tahun. Jika bertemu dengan Kalila nanti, sudah pasti Radit akan dimarahi habis-habisan.
Matilah kau Radit, Radit merutuki dirinya sendiri.
"Aku di terminal tig--"
"OH UDAH KETEMU!"
Mengar suara jeritan tersebut, Radit langsung menoleh ke belakang. Kalila berdiri beberapa meter darinya. Penampilannya berubah drastis sejak SMA tetapi Radit masih bisa mengenalinya.
Sementara Radit, dia tidak berubah banyak. Hanya bertambah tinggi, yang sangat banyak, hingga menjulang diantara orang-orang yang berlalu lalang. Tak heran Kalila bisa menemukannya dengan cepat.
Mereka saling bertatapan, kemudian Radit melambaikan tangan kikuk. Sudah lama mereka tidak bertemu, rasanya jadi sedikit canggung.
Kalilapun bergegas mendekati Radit.
"Hai," sapa Kalila duluan.
"Halo juga."
"Udah lama gak ketemu."
"Ya, sudah lama sekali. Penampilanmu banyak berubah," kata Radit.
Kalila yang dikenalnya dulu masih mengenakan seragam sekolah dengan rambut digerai. Dulu dia sangat tidak suka rambutnya dikuncir. Tapi sekarang kebalikannya, dia menguncir rambutnya ekor kuda, memakai celana panjang dengan kemeja yang rapi. Telihat jauh lebih dewasa.
"Logat bicaramu juga banyak berubah. Apa kamu kebanyakan bergaul dengan bule?" kata Kalila.
Radit tertawa canggung. Dia masih memikirkan cara untuk menghilangkan kecanggungan yang menyiksa ini.
"Bagaimana kabarmu?" tanya Radit.
"Baik, seperti yang kamu lihat. Aku bekerja sebagai manajermu. Ayo ke parkiran sekarang, Andre udah nungguin kamu."
Kalila berniat membawakan koper biru milik Radit. Tapi Radit langsung menahannya.
"Eh gak usah! Aku bisa bawa sendiri," kata Radit.
"Aku bawain aja. Udah tugas aku juga," kata Kalila.
"Biar aku bawa sendiri, Kalila."
Kalila mundur dari perdebatan. Senang rasanya bisa mendengar Radit memanggil namanya lagi. Apalagi dengan aksen Australianya yang baru, suara Radit jadi lebih enak didengar dan mudah diingat.
"Ok. Ayo ke parkiran, tapi sebelumnya..."
Mata Kalila berubah menatap Radit dengan tajam. Sedetik kemudian sebuah tinjuan lumayan keras mendarat pada pinggang Radit. Membuat empunya meringis kesakitan.
Jangan meremehkan pukulan Kalila. Walaupun dia cewek, dia punya tenaga yang lumayan kuat. Rekan kerja cowok di kantor saja kalah adu panco dengannya.
"AW! Kal! Pukulanmu itu keras, tahu!" protes Radit sambil mengusap bagian pinggangnya yang dipukul.
"Itu balasan karena gak menghubungiku selama 8 tahun," kata Kalila sinis lalu mencubit lengan Radit yang tertutupi jaket. Tanpa rasa bersalah, Kalila berjalan duluan meninggalkan Radit yang kini juga mengusap lengannya.
Radit menggelengkan kepalanya. Bahkan setelah 8 tahun, ternyata sifat galak Kalila belum berubah. Tapi untunglah. Akibat aksi pukul dan mencubit tersebut, kecanggungan di antara mereka seketika menghilang.
📽️🎞️🎞️🎞️
A Maze Called Friendzone
Labirin Bernama Friendzone
🎬Scene 1 Part 1🎬