Suatu tempat di London - Satu Bulan Sebelumnya
Mata Edward sangat berat untuk digerakkan apalagi untuk ia buka, entah sudah berapa banyak botol minuman yang ia tenggak semalaman, hingga ia tidak sadarkan diri.ย
Sebuah pesta yang hanya terhenti, ketika semua para penikmat pesta sudah jatuh bergelimpangan dan tidak sadarkan diri.
Edward menyentuh dahinya dengan erat, dan ia masih berusaha untuk membuka kedua matanya, "Hmmm..." Edward mulai bergumam, dan akhirnya dengan susah payah ia dapat beranjak dari tidurnya.ย
Tapi Edward terkejut, ketika Ia mendapati dirinya sudah berada di tempat tidur pada sebuah kamar hotel.
Edward menghentakkan kepalanya perlahan dengan telapak tangan kanannya, mencoba mengingat bagaimana ia bisa berada di kamar hotel tersebut. Yang ia ingat adalah ia sedang mengadakan pesta, dan itu adalah sebuah pesta untuk kesekian kalinya yang telah ia buat.
Pesta yang hingar bingar, dengan banyak minuman dan para wanita yang menemaninya malam itu. Edward masih merasakan rasa pusing berputar-putar di kepalanya, dahinya berdenyut-denyut seakan-akan siap untuk meledak.
Edward sadar dirinya sedang tidak berbusana, dan perempuan mana lagi yang telah tidur dengannya saat itu.ย
Semenjak perpisahan dan penolakan Ella pada dirinya. Edward Huxley benar-benar menjadi pria yang frontal dan berganti-ganti pasangan. Predikat playboy dan seorang bajingan sudah semakin melekat pada dirinya.
Edward terkejut melihat pergerakan selimut yang berada di sampingnya, ia baru menyadari ada seseorang yang berada satu tempat tidur dengan dirinya.
Awalnya Edward mengira bahwa itu hanyalah gumpalan selimut yang tertumpuk atau mungkin sebuat bantal yang tertutup dengan selimut.
Edward menyingkap selimut dengan kasar, ia melihat sosok wanita sedang tidur pulas dengan posisi menelungkup. Rambutnya yang pirang dan panjang, menutupi sebagian besar wajahnya. Kondisi wanita tersebut tidak jauh berbeda dengan kondisinya, tidak ada satu helai pakaian yang ia kenakan untuk menutupi tubuhnya.
Edward menyingkap dengan hati-hati, siapa wanita yang telah ia tiduri semalam? Baru melihat separuh sisi wajah dari wanita tersebut, Edward seakan-akan menerima kejutan di pagi hari.
Wajah Abigail sangat ia kenal, dan ia sedang berada satu tempat tidur dengannya dengan kondisi yang tidak mungkin kalau mereka hanya tertidur pulas semalaman.
Abigail sadar Edward menyingkap rambutnya, ia membuka kelopak matanya dan melihat Edward dengan tatapan seakan-akan ia telah berhasil mendapatkan hati Edward Huxley.
"Abigail?! Apa yang sedang kau lakukan? Dan kenapa kau bisa berada disini bersamaku?" Edward yang panik dan takut, langsung turun dari tempat tidurnya. Dengan cepat ia sudah meraih pakaian dan celananya yang tergeletak di lantai.
Abigail hanya tersenyum memandangi Edward yang mengenakan pakaian dengan terburu-buru, "Edward, apa kau sudah lupa dengan apa yang kita lakukan semalam?" Ucap Abigail, yang langsung bangun dan duduk di tempat tidurnya, ia menutupi sebagian besar tubuhnya hanya dengan selimut yang ia pegangi dengan sebelah tangannya.
"APA?! Tidak... tidak mungkin aku dan kau..?"
"Edward, kau tidur dengan banyak wanita. Dan kau tidak pernah mengungkirinya. Tapi kenapa denganku kau justru malah terlihat takut dan menghindari?" Ucap Abigail dengan memperlihatkan senyuman liciknya.
Edward sudah selesai mengenakan kemeja putih dan celana cokelatnya, walaupun beberapa kancing belum ia pasang semuanya. Dan kemejanya yang tidak ia masukkan, justru semakin membuat Abigail merasa tertantang dan tergoda.
Abigail yang hanya tertutup dengan sebuah selimut, berjalan mendekati Edward dan tangannya dengan liar mulai meraba-raba dada Edward yang bidang.
"Kenapa? Kenapa kau takut denganku Edward? Aku pikir semalam kita sudah saling menggila? Apa perlu aku ingatkan kembali pagi ini, apa yang telah kita lakukan semalam." Ucap Abigail sambil berbisik di telinga Edward.
Edward menatap dengan wajah yang kesal dan amarah yang sudah siap meledak-ledak. Edward melangkah mundur, dan memandangi Abigail dengan tatapan yang ingin menghina.
Edward pun meninggalkan Abigail sendiri dalam kamar hotel tersebut, membanting pintu dengan amat keras.
Tapi Abigail hanya tersenyum puas dengan tingkah laku Edward, ia tahu jika dirinya tidak akan bisa mendapatkan hati seorang Edward Huxley, tapi Abigail tahu bagaimana cara membuat pria itu menjadi miliknya.
Abigail pun tertawa terkekeh, dan kembali ia merebahkan dirinya di atas tempat tidur.
Membayangkan kejadian semalam bersama Edward Huxley, pria yang sudah lama membuat ia ingin balas dendam dengan semua hinaan yang pernah ia terima.
"Kita tunggu saja Edward Buxley, dan kau tidak akan bisa terus menghindariku."