Jajaran beringin rindang dengan sulur sulur rambut yang menjuntai, biru atap langit dan kerucut kubah Masjid adalah sudut kampus yang paling menentramkan. Masjid tak lagi didominasi makhluk berjilbab dan berjenggot. Tapi kini anak anak pecinta alam, pencinta seni, para peneliti menjadikan rumah Tuhan sebagai labuhan ketenangan. Amarah yang sering naik ke ubun ubun akibat pertikaian antar teman dan kesalah pahaman, lumer di lantai Masjid saat dahi menyentuhnya. Dan babak baru kehidupan seorang gadis dimulai disini. Di Masjid inilah, pada pekan orientasi, dia bertemu seseorang yang mengubah dirinya bahkan mencapai seratus delapan puluh derajat terbalik. Namun dia tetaplah Hilya yang cerdas dan riang, walaupun gaun strech-nya berubah lebih longgar, jins ketat yang selama ini memperlihatkan betul lekuk gitar tubuhnya, ditukar dengan rok jins yang membuatnya bebas bergerak dan melompat kesana kemari. Dia yang suka bernyanyi nyanyi di segala cuaca dan suasana, suara cucakrawanya yang memiliki desibel sama dengan raungan truk, makin matang dan tegas meski tetap lembut. Pendek kata, Hilya sedikit banyak telah berubah seperti harapan Mamanya. Ibu mana yang rela anak putrinya mirip kutu loncat atau T-Rex yang ganas? Pastilah Snowhite atau Sleeping Beauty adalah gambaran putri seutuhnya.
Zain
Nama makhluk yang sudah mengubah Hilya seperti sekarang. Meski mereka berdua mengakui tak saleh saleh amat, rendezvous di Masjid bukanlah tempat bertopeng kemaksiatan. Namun justru mereka memilih perpustakaan demi meminimalisasi keinginan berbuat di luar batas.
Hari ini adalah pertemuan terakhir dari perjanjian yang disepakati terakhir kali, setelah tahun tahun yang penuh warna. Mereka cukup mengenal sejak lama, kala Hilya masuk duduk di bangku kelas satu SMA. Masing masing menyimpan rahasia hingga pertemuan kembali di kampus rindang mengeratkan maksud hati.
"Kamu jadi berangkat?"
Hilya tertawa lepas melihat raut keruhnya
"Jadilaaah. Kenapa?"
Zain menarik nafas "sayang aja...."
"Sayang apa? sayang aku?"
"Bukan" muka Zain memerah "sayang duitnya"
"Aku nggak minta kok," Hilya membela diri
"Mas Azzam yang ngajakin"
Hilya menyebut nama abang semata wayangnya yang juga sudah dianggap Zain sebagai kakaknya sendiri