"Jadi, bagaimana menurutmu tentang mereka," Rain berbisik di telinga Pruisen yang kelihatan bosan karena hanya duduk saja sejak pesta dimulai.
Pruisen tidak menjawab. Ia menatap datar orang-orang yang sedang berdansa di bawah sana. Tak ada satupun yang menarik perhatiannya. Namun ada 'sesuatu' yang mengganjal dipikirannya sejak acara penobatan.
"Kukira ada lima orang. Dimana perwakilan Kerajaan Canis dan Verbena?"
Rain menggaruk pipinya dan tertawa canggung. Kadang di saat seperti ini ia berharap si jenius Heitz lah yang berada di samping Pruisen, bukan dirinya. Sayang sekali Heitz harus mengatur keberangkatan mereka untuk besok dan tidak bisa menikmati pestanya.
"Canis dan Verbena tidak bisa mengirimkan orang terbaik mereka karena perang di perbatasan," suara gadis itu mendadak serius. "Falcate dan Ryukyu menyerang dua hari yang lalu."
Mendengar berita mengejutkan itu, Pruisen lantas kaget. "Dan kau--Heitz juga tidak memberitahuku tentang itu?!" katanya setengah tak percaya.
"Itukan salahmu karena tidak pernah ke istana! Lagipula ini berita rahasia yang tidak tersebar di publik!"
Pruisen melipat kedua tangannya di depan dada tandanya ia merajuk. Bergumam kecil seperti 'padahal aku pangerannya,'. Meskipun jika dipikir lagi, perkataan Rain ada benarnya.
Sejak ibunya meninggal, ia tidak pernah berpikir untuk kembali ke istana. Banyak alasan untuk menjelaskan tindakannya. Salah satunya adalah garis keturunan ibunya yang terlarang. Ayahnya alias Sang Raja pun tak berniat mengganggu kehidupan damainya.
Tiba-tiba seorang pengawal muncul dibalkon tempat mereka berada. Pengawal itu memberikan hormat pada Rain saat gadis itu mendatanginya dan bertanya.
"Yang mulia, saya melapor dari pelabuhan Hafen," nafas pengawal itu masih tersenggal-senggal. "Monster laut menyerang kapal-kapal di pelabuhan. Saat ini Tuan Heitz dan Nona Maria sedang bertarung melawannya!"
'Apa yang mereka bicarakan?' Pruisen berusaha menengok dari kursinya. Namun pakaian yang dikenakannya membuatnya susah bergerak. 'Bagaimana vater bisa tahan memakai baju seperti ini?! Berat sekali!'
Ia hanya bisa mendengar samar-samar percakapan Rain dengan pengawal itu. Yang bisa dilakukannya sekarang ialah menunggu gadis itu memberitahukan apa yang terjadi padanya.
"Yang mulia--"
"Jangan berbasa-basi denganku. Bicara padaku seperti biasanya."
Ada jeda sejenak sebelum Rain melanjutkan perkataannya. "Heitz dan Maria sedang bertarung dengan monster di Pelabuhan Hafen. Menurut pengawal tadi, ada dua monster tipe air. Salah satunya sudah mereka kalahkan, tapi--"
Suara gemuruh tiba-tiba terdengar. Angin yang berhembus sangat kencang mendobrak jendela-jendela. Meniup lampu lilin yang merupakan sumber pencahayaan ruangan yang kini menjadi gelap. Orang-orang yang berada di dalam sana mulai berbisik ketakutan. Belum lagi hawa yang dingin menambah suasana seram.
SRET!
Ia perlahan-lahan merasakannya! Bulu kuduknya berdiri hanya dengan merasakan aura itu. Pruisen baru sadar kalau kekuatan monster itu sangat besar. Tapi kenapa baru muncul sekarang? Dan aura yang sangat familiar baginya perlahan-lahan memudar.
"M-Maria?!"