Dengan perlahan, Wiradhi membawa wajahnya semakin mendekat dengan wajah manis nan cantik Lydia hingga nafas mereka bisa kembali bertemu.
Dengan gerakan yang perlahan tapi pasti, Wiradhi merangkul tubuh telanjang Lydia yang masih terbaring di atas ranjangnya.
Tubuh bugil nan indah yang terasa begitu panas dan bergetar penuh kenikmatan.
Lydia yang merasakan hangatnya pelukan cinta sang lelaki perlahan membuka kedua pelupuk matanya dan memandangi kedua mata sang lelaki.
Sang gadis kemudian melingkarkan kedua tangan mungilnya ke leher sang lelaki, memantapkan rangkulan mereka berdua sembari kembali menutup matanya dan menyodorkan bibirnya yang terlihat manis mengkilap itu.
Wiradhi pun dengan penuh suka cita, menciumi bibir sang gadis, ciuman mesra yang begitu manis penuh dengan cinta pada awalnya, sebelum dengan perlahan, lidah sang lelaki masuk menyusup ke dalam rongga mulut sang gadis yang begitu hangat, sempit dan basah.
Dengan penuh nafsu, diajaknya lidah sang gadis untuk turut serta dalam tarian nakal lidah sang lelaki, yang perlahan – lahan gerakannya menjadi semakin intens dan panas, seolah ingin mengacak – acak seisi mulut kecil milik sang gadis.
Lydia memeluk Wiradhi semakin erat dan menuruti segala perlakuan yang diberikan oleh sang lelaki kepada dirinya.
Kesadaran sang gadis semakin memudar tatkala setiap hembusan nafas nya dihisap dan disedot oleh sang lelaki.
Dada kecil milik Lydia terasa semakin sesak dan mulut nya yang mungil dilahap habis – habisan oleh Wiradhi, membuat sang gadis kehilangan segala kemampuan berpikirnya dan jiwanya kembali tenggelam dalam benaman hasrat nafsu sang lelaki.
Setelah puas membuat sang gadis menjadi setengah pingsan tak berdaya karena kehabisan nafas, baru lah Wiradhi melepaskan ciuman maut dan pelukan penuh hasratnya dari tubuh Lydia yang kini terbaring lemas di atas ranjangnya dengan nafas yang terputus – putus dan tatapan mata yang nanar memandangi langit – langit kamarnya.
Dipandanginya pemandangan indah hasil karyanya ini sambil perlahan menciumi sekujur tubuh sang gadis.
Mulai dari mulut, lalu turun hingga ke lehernya yang hangat, kemudian turun lagi menciumi kedua buah dada sang gadis yang masih naik turun dengan tidak teratur.
Dengan perlahan, Wiradhi bergerak menciumi tubuh Lydia semakin ke bawah, dihisapnya pusar kecil sang gadis yang terlihat sebagai cekungan indah yang begitu bersih di tengah perutnya yang putih mulus itu.
Ahh.... sensasi lembut dari kulit di perutnya yang putih seperti susu tersebut membuat Wiradhi begitu tergoda untuk mengusap – usapkan pipinya ke perut Lydia yang terasa begitu lembut di pipi.
Seperti seorang bocah yang telah menemukan mainan baru, diusapnya setiap bagian perut sang gadis dengan pipi dan jari – jemarinya.
Sensasi geli bercampur hangat yang dirasakan oleh sang gadis membuatnya tertawa kecil sambil sesekali mendesah terengah – engah karena nafasnya yang masih tidak stabil.
Akhirnya setelah puas berpetualang menjelajahi setiap wilayah di dada dan perut Lydia, kini Wiradhi pun bergerak semakin turun hingga akhirnya dia sampai di selangkangan sang gadis yang masih basah dan becek tersebut.
Dengan perlahan, Wiradhi membuka kedua kaki Lydia yang masih lemas ke samping.
Dengan tanpa perlawanan, Lydia kini telah dibuat mengangkang di atas ranjang oleh Wiradhi, kedua belah pahanya yang putih dan mulus itu masing – masing sudah dipegangi oleh tangan – tangan nakal sang lelaki.
Dengan kedua belah pahanya yang terbuka, Lydia yang kini tanpa pertahanan sedikitpun hanya bisa pasrah saja ketika dirinya merasakan bahwa bibir sang lelaki dengan perlahan telah mengarah semakin dekat menuju ke tengah - tengah selangkangannya....
Lydia yang masih terbaring lemas di atas ranjang dengan susah payah mendongakkan kepalanya ke arah Wiradhi.
Ketika dilihat oleh sang gadis bahwa kini bibir sang lelaki hanya berjarak satu senti saja dengan bibir vaginanya, maka dengan penuh rasa gugup Lydia mulai membuka mulutnya dan mengeluarkan kata – kata yang masih terpatah – patah karena otaknya yang masih tak sanggup untuk berfungsi dengan maksimal.
"Wira.... Kamu... Itu mau di apain sih .. Uhhmmm.. Jangan lah.., jangan... aku takut..." Kata Lydia dengan terbata – bata sambil sedikit bernada manja.
Wiradhi menghentikan pergerakannya dan kini memandangi sang gadis yang sedang merengek dengan manja pada sang lelaki sambil mengkerutkan bibirnya yang mungil dan manis itu.
Sang lelaki hanya menyunggingkan senyum kepada sang gadis dan mulai berkata – kata untuk berusaha menenangkan hati Lydia.
"Aku cuma mau buat kamu merasa lebih nikmat lagi aja nih Lyd, santai aja ya... Kamu cukup menikmati semua yang akan aku berikan padamu... Ok ya, sayang?" kata Wiradhi sambil setengah merayu dan mencoba untuk meyakinkan Lydia.