Wiradhi menyuapi Lydia yang telah menerima segala apa yang diberikan oleh sang lelaki dengan penuh suka cita.
Setelah selesai menyuapi sang gadis, sang lelaki kemudian memberinya senyuman manis sambil membelai rambutnya sebelum kemudian dia mulai berdiri menuju pintu kamarnya yang masih terbuka.
Wiradhi menutup pintu kamarnya dengan perlahan dan kembali duduk di atas kasur.
Sang lelaki kembali mengelus rambut pirang keemasan sang gadis dengan tangan kanannya sambil menepuk lembut pahanya seolah ingin mengundang sang gadis untuk tidur di atasnya.
Lydia yang sedang tersenyum manis sambil menikmati setiap belaian Wiradhi tampaknya mengerti dengan isyarat yang diberikan oleh sang lelaki.
Dengan perlahan tapi pasti, sang gadis semakin mendekatkan tubuhnya yang masih bugil di balik selimut hangat sang sang lelaki dan mulai berbaring sambil menumpangkan kepalanya di atas pangkuan paha Wiradhi.
Lydia dengan perlahan memejamkan matanya sambil menikmati belaian lembut Wiradhi sementara tangan kanannya yang mungil itu meraih dan memegangi tangan kanan sang lelaki yang dari tadi sedang mengelus – elus kepala dan rambut pirangnya.
Lydia balas ikut mengelus-elus tangan kanan Wiradhi yang berada di kepalanya.
Wiradhi hanya diam dan tersenyum, sambil terus membelai rambut pirang keemasan Lydia yang terasa begitu lembut dan nikmat untuk disentuh, sesekali dia cubit hidung sang gadis karena merasa gemas melihat kemanisan paras wajahnya yang cantik dan masih terlihat begitu polos tersebut.
Dengan paras wajah Lydia yang begitu cantik dipadu dengan bentuk hidungnya yang mancung itu semakin menambah manis wajah sang gadis yang mungil tersebut secara proporsional.
Lydia hanya tersenyum sambil tertawa kecil saja ketika ujung hidungnya dicubit lembut oleh sang lelaki.
Sensasi hangat bercampur geli yang dirasakan oleh sang gadis tak hanya menggelitik tubuhnya namun juga jiwanya.
Belaian tangan sang lelaki tidak hanya berhenti sampai di situ saja.
Sementara tangan kanan Wiradhi asyik membelai rambut Lydia, tangan kirinya pun juga tidak mau hanya tinggal diam.
Dengan perlahan-lahan, tangan kiri Wiradhi yang nakal mulai diarahkan ke bagian dada sang gadis dan dengan lincah menyusup masuk ke dalam selimut yang menjadi satu – satunya pembungkus tubuh mungil nan indah milik sang gadis yang masih bertelanjang bugil tanpa ditutupi oleh sehelai benang pun di balik selimut tersebut.
Lydia yang dengan sadar melihat hal tersebut dan tahu akan maksud dari pergerakan tangan sang lelaki di balik selimut yang membungkus tubuh bugilnya hanya diam saja dan malah membiarkan ulah nakal sang lelaki itu.
Akhirnya tangan Wiradhi pun sampai di tujuannya dan menyentuh belahan dada ukuran mini milik Lydia yang pas dapat ditutup dengan sempurna oleh telapak tangannya.
Wiradhi perlahan memijat dan meremas dengan lembut kedua gundukan kecil yang terasa begitu kenyal dan elastis di dalam genggaman telapak tangan kirinya sambil menatap mata Lydia yang juga sedang melihat ke wajah sang lelaki.
"Mau yang lebih lagi gak, sayang? Aku mau bikin kamu merasa lebih enak lagi yah...." tanya Wiradhi sambil tersenyum.
Lydia hanya menganggukan kepalanya perlahan dan membalas pertanyaan sang lelaki dengan sebuah senyuman manis di wajahnya, pertanda bahwa sang gadis setuju – setuju saja dengan apapun yang akan dilakukan oleh sang lelaki.
Wiradhi pun pelan – pelan menarik kedua tangannya dari kepala dan dada Lydia sembari dengan perlahan mulai menyingkap selimut yang sedari tadi telah menutupi tubuh bugil milik Lydia.
Setelah selimut yang membungkus tubuh telanjangnya tersingkap, memamerkan segala keindahan yang tersembunyi di baiknya, Wiradhi pun kembali mendekati Lydia dan mulai mengelus bagian dadanya, sambil kembali menaruh kepala Lydia dengan lembut di atas pangkuan sang lelaki.
Tak lama berselang, nafas sang gadis kembali memanas diburu oleh nafsu tatkala dirinya menikmati setiap belaian lembut di kepalanya dan pijatan serta remasan – remasan halus di payudaranya.
Pentil merah muda milik sang gadis mulai mengeras di kedua puncak bukit di dadany yang berwarna putih seperti susu, bagaikan sepasang buah cherry di atas es krim vanilla.
Pemandangan indah ini tak ayal membuat rudal balistik milik Wiradhi ikut menegang dan mengeras dengan panas sambil berkedut – kedut berontak di dalam celananya.
Misil Iskandar yang telah menegang dan mulai terisi dengan muatan panas itu tak pelak lagi mengenai kepala sang gadis yang berada di atas pangkuan paha sang lelaki ketika si adik kecil dengan nakal memberontak berusaha keluar dari celana sang lelaki.
Nafsu Wiradhi dan Lydia perlahan tumbuh semakin besar hingga kedua insan di bawah umur itu tak sanggup lagi membendung hasrat nafsu yang membara berkobar – kobar di dalam hati mereka berdua....