Chereads / Hembusan Hasrat / Chapter 80 - Kilas Balik: A Moment of Respite

Chapter 80 - Kilas Balik: A Moment of Respite

Begitu Wiradhi melepaskan ciumannya dan membebaskan bibirnya yang sedari tadi menempel dengan kencang menghisap bibir Lydia dan melahap seisi mulutnya , sang gadis yang kedua bola matanya telah tergulir ke atas terangkat oleh kenikmatan luar biasa yang melanda tubuhnya dengan segera langsung jatuh terkulai lemas tak berdaya dalam pelukan Wiradhi dengan mulut yang terbuka lebar mengalirkan air liur mereka berdua yang telah tercampur dengan sempurna.

Tubuh mungil nan indah milik sang gadis yang telah jatuh dalam rangkulan hangat nan lembut sang lelaki tak berhenti bergetar – getar dan berkedut – kedut dengan penuh kenikmatan dalam sensasi luar biasa dari orgasme dahsyat yang baru saja dialami oleh dirinya.

Wiradhi menepuk lembut kepala sang gadis yang telah kehilangan kesadarannya tersebut dan dengan penuh hati – hati bangkit dari sofa dan mengangkat tubuh sang gadis serta menggendongnya seperti seorang putri atau seorang pengantin.

Dibawanya tubuh lunglai sang gadis yang masih panas bergetar dan berkedut – kedut dalam kenikmatan ke kamar tidur sang lelaki.

Ditempatkannya tubuh lemah tak berdaya Lydia di atas kasur dalam posisi yang enak dan nyaman serta dengan telaten diselimutinya tubuh bugil nan indah milik sang gadis agar dia tidak masuk angin akibat tiduran sambil telanjang bulat.

Di elus nya rambut sang gadis dan dikecupnya kening Lydia sebelum dia meninggalkan dirinya sendirian di kamar tidurnya sementara sang lelaki pergi keluar untuk membereskan bekas – bekas permainan mereka berdua di ruang tamu.

Orgasme Lydia yang tadi begitu luar biasa hingga muncratan yang keluar dari tengah – tengah selagkangannya mengalir deras membanjiri sofa, merembes hingga ke tepian dan menetes – netes sampai ke atas karpet dan lantai.

"Waduh..., gila nih cewek, masih kecil – kecil aja muncratnya udah segayung. Gimana kalau pas udah besar nanti? Bisa – bisa ntar setelah gede, nge crotnya tumpeh – tumpeh seember lagi...."

Cukup lama Wiradhi mengelap dan membersihkan ruang tamu dengan pembersih, hingga tak terasa setengah jam telah berlalu.

Setelah semua pekerjaannya beres, Wiradhi pun lalu bergegas pergi untuk menengok Lydia yang ternyata masih terbaring tak sadarkan diri di tempat tidurnya.

Akhirnya sambil menunggu sang gadis siuman, sang lelaki pun memutuskan untuk pergi ke dapur membuat kudapan untuk mengisi perutnya.

Setelah mencuci tangannya, Wiradhi dengan cepat memasak dua porsi mie goreng dengan telur dan melahap satu porsi untuk dirinya sebelum membawakan satu piring yang lainnya untuk Lydia.

Dengan perlahan dibukanya pintu kamar tidurnya dan Wiradhi mendapati sang gadis yang sedang terbaring di tempat tidurnya sedang mengigau, sepertinya Lydia sedang mengalami mimpi buruk.

"Wiradhi... Kamu dimana.... Jangan..., jangan tinggalkan aku.... Aku tidak mau sendirian lagi.... Sepi.... Sepi sekali rasanya disini sendirian...." Lydia mengigau dengan nada lirih sambil mengerutkan keningnya.

Bulir – bulir keringat dingin terlihat jelas telah muncul di keningnya, air mata pun telah berkumpul di setiap sudut matannya.

Wiradhi dengan segera meletakkan piring berisi mie goreng telur yang masih hangat di atas meja belajar di samping tempat tidurnya dan dihampirinya sang gadis yang sedang mengigau sambil berkeringat dingin di atas ranjangnya.

Sang lelaki naik ke atas tempat tidurnya dan mulai menyeka keringat dingin yang mengalir di pelipis Lydia dengan punggung tangannya sebelum mulai membelai rambut dan pipi lembut sang gadis sambil perlahan mengambil posisi rebahan di atas tempat tidurnya dengan nyaman tepat di samping tubuh bugil sang gadis kecil yang tersembunyi di balik selimut.

"Lydia sayang..., aku di sini..., di samping mu, sudah..., tidak apa – apa..., aku sudah bersama dengan dirimu sekarang."

Wiradhi membelai – belai sang gadis sambil membisikkan kata – kata hangat penuh cinta dengan lembut ke telinganya.

"Ayo bangun , sayang..., Aku sudah di sini bersamamu..."

Belaian sayang dan kata – kata lembut sang lelaki terbukti ampuh menenangkan sang gadis.

Lydia yang matanya masih terpejam perlahan tersenyum dengan lembut dan mulai memiringkan tubuh dan kepalanya ke arah Wiradhi.

Wiradhi pun dengan penuh pengertian masuk ke dalam selimut yang sedang menutupi tubuh telanjang sang gadis dan dirinya memeluk tubuh Lydia sambil terus membelai – belai rambut dan pipinya dengan penuh kasih sayang.

Lydia yang tadi baru saja mengalami mimpi buruk kini merasakan kehangatan cinta Wiradhi dan menikmati nya bahkan dari alam mimpi.

Perlahan senyum tipis mulai merekah di wajah nya yang manis itu, membuat sang lelaki kembali merasa begitu tergoda untuk menciuminya.

Akhirnya bagaikan sang pangeran yang mencium si putri tidur, Wiradhi mengecup lembut bibir mungil Lydia dengan penuh rasa cinta dan kasih sayang.

Entah refleks atau bagaimana, Lydia pun mulai membalas ciuman Wiradhi dan perlahan mengundang lidah sang lelaki untuk memasuki mulutnya yang hangat dan basah itu dengan menciumi dan menjilati bibir Wiradhi dengan gerakan yang begitu sensual tak sesuai dengan umur sang gadis yang masih kecil itu.

Tidak salah lagi bahwa Ibunya yang seorang wanita penghibur ternama itu pasti telah sedikit banyak memberikan pengaruh nya kepada gadis kecil yang seharusnya masih polos ini, entah secara sadar atau tidak.

Dengan perlahan Lydia mulai membuka kedua matanya dan dengan ekspresi penuh cinta menatap Wiradhi yang sedang merangkul tubuh bugilnya di atas kasur dengan penuh kehangatan.

Lydia dengan sepenuh hati menikmati setiap ciuman di bibirnya dan belaian tangan sang lelaki di rambut dan pipinya.

"Akhirnya kamu bangun juga sayang...."

Wiradhi mengecup lembut kening Lydia sambil menyapa sang gadis yang baru saja siuman setelah hampir satu jam tak sadarkan diri.

"Sayang..., kamu dari tadi memanggilku begitu terus sejak mencumbuiku...." kata Lydia dengan wajah merah merona.

"Loh, Kenapa...? Kamu gak suka kah kupanggil Sayang?"

Wiradhi dengan lembut bertanya pada Lydia.

"Bukannya gak suka.... Aku hanya tidak terbiasa saja dipanggil begitu.... Rasanya geli geli gimana gitu...." jawab Lydia sambil membenamkan wajahnya ke dada sang lelaki.

"Kalau begitu aku akan terus memanggilmua sayang sampai kamu terbiasa."

Wiradhi terus membelai rambut pirang Lydia dengan lembut sambil merayunya dengan penuh kegombalan.

"Selama kamu tetap di sisiku, aku akan terus memanjakan dirimu dan menyayangimu sepenuh hati." kata Wiradhi sambil meraih dagu Lydia dan mengecup lembut bibir mungil sang gadis.

Lydia dengan manja menerima semua perlakuan yang diberikan oleh Wiradhi.

Tak pernah sebelumnya ada orang yang memperlakukan dirinya seperti ini,begitu lembut dan penuh dengan perhatian.

Hati Lydia yang sudah membeku karena kesepian yang panjang yang telah dirasakan oleh sang gadis seumur hidupnya saat ini sudah meleleh dengan kehangatan kasih dan siraman cinta yang diberikan oleh seorang anak lelaki yang baru dikenalnya sore itu.

Rasa bahagia yang begitu besar telah meluap – luap di dalam hati sang gadis yang masih polos.

Perasaan cinta dengan segera pun telah bersemi dan bahkan mulai bermekaran memenuhi seluruh sanubari hati Lydia yang saat ini bagaikan kebun bunga di musim semi yang penuh kehangatan.

"Ayo, makan dulu ya, sayang. Kamu pasti masih capek. Sini aku suapin."

Wiradhi dengan perlahan melepaskan pelukannya dari sang gadis yang masih merasa sedikit enggan untuk berpisah dengan sang lelaki yang telah menanamkan benih – benih cinta di hatinya walau hanya untuk sesaat.

Wiradhi membantu Lydia untuk duduk di atas tempat tidurnya, lalu dia mengambil sepiring mie goreng dengan lauk telur yang baru saja dimasaknya kemudian menyuapi Lydia dengan telaten.

...

(Author's Note : Ya, gua tahu, ngasi makan mie goreng ke orang yang baru habis siuman dari pingsannya itu bukan ide yang terlalu bagus.... Tapi , hey, at least that works in my experience :p)