Di sore hari yang cerah, di dalam sebuah rumah besar yang terletak di ujung terdalam sebuah kompleks perumahan....
Sepasang bocah dan gadis yang masih belia sedang berpelukan telanjang bulat di atas sofa yang empuk.
"Kamu aneh banget, Wiradhi.... Kenapa kamu tidak jijik dengan seorang anak haram seperti ku? Padahal semua orang yang lain selalu menjauh tiap kali aku datang." ucap Lydia sambil memutar tubuhnya hingga posisi sang gadis kini berbalik dan giliran dia yang kini berada di atas tubuh Wiradhi.
Wiradhi menuruti saja jalannya arus kejadian ini dan dibiarkannya Lydia bergerak sesuka hatinya hingga tubuhnya kini tertindih bawah dengan ditunggangi oleh tubuh mungil nan lembut milik sang gadis di atas perut sang lelaki.
Wiradhi menatap Lydia dan meraih pipinya yang lembut.
Dibelainya sang gadis dengan halus sambil memberinya tatapan penuh kehangatan cinta.
"Kenapa juga aku harus jijik dengan seorang gadis cantik sepertimu, Lydia sayang...? Kalau kamu mau, tinggal lah di sini bersama denganku. Aku akan merawat dan melindungimu. Kamu tak perlu memikirkan apa pun lagi. Kamu cukup menjadi gadis yang baik dan menerima semua cinta yang akan aku curahkan kepada dirimu"
Senyum hangat Wiradhi dan rayuan maut nan gombalnya bagaikan serangkaian kombinasi jurus pamungkas yang mau tak mau membuat hati sang gadis yang selalu kesepian seumur hidupnya itu langsung lumer meleleh dengan penuh kemanisan bagaikan coklat yang sedang dipanaskan.
Sekonyong – konyong gadis kecil tersebut pun langsung memeluk tubuh sang lelaki yang sedang ditunggangi oleh dirinya tersebut.
Wiradhi juga telah melepaskan seluruh pakaiannya bersamaan dengan sang gadis melucuti sendiri pakaian yang menempel di tubuh nya.
Dengan bertelanjang bulat, kedua insan di bawah umur tersebut saling mengadu kasih di atas sofa yang empuk.
"Aku sayang sama kamu Lydia, aku sayang banget...." kata Wiradhi sambil tak henti - hentinya memeluk dan menciumi sang gadis yang sedang memeluk dan menindihi tubuhnya dengan penuh kelembutan dan kehangatan.
Sensasi lembut nan hangat yang kontras dengan sesuatu yang telah menjadi besar dan keras di bagian bawah tubuh sang lelaki.
Dekapan Lydia yang begitu manja dan lembut membuat Wiradhi begitu bersemangat untuk membalas pelukannya dengan penuh gairah.
Tangan sang lelaki pun mulai bergerak memegangi dagu sang gadis dan Lydia pun memantapkan posisi wajahnya menghadap ke arah Wiradhi.
Wiradhi memberikan sebuah kecupan yang begitu dalam dan basah ke bibir mungil sang gadis.
"Muuuccchhh.." ciuman hangat sang lelaki yang mendarat di bibir lembut sang gadis membuat kedua insan di bawah umur ini semakin liar dimabuk asmara.
Lydia yang hatinya telah melumer bertingkah semakin manja dalam pelukan penuh kehangatn Wiradhi dan membalas ciuman sang lelaki dengan penuh kelembutan.
Kedua tangan sang gadis yang begitu mungil dan halus perlahan mulai melingkar di leher sang lelaki dan Lydia dengan nafasnya yang telah memanas penuh desahan hasrat birahi kini semakin merapatkan ke bibirnya yang lembut untuk dikulum dengan penuh nafsu oleh sang lelaki yang sedang ditindihinya.
Tubuh Lydia dan Wiradhi yang saling berangkulan telanjang bugil semakin erat menempel satu sama lain, mereka berdua mulai saling membalas ciuman dengan ciuman, kuluman dengan kuluman, hingga nafas kedua insan di bawah umur tersebut semakin memanas dan mulai saling bercampur satu sama lain menjadi satu simfoni penuh nafsu.
Wiradhi perlahan menggerakkan kedua tangannya dan mulai mengarahkan tangan nakalnya tersebut menuju sepasang buah dada milik sang gadis yang masih kecil namun sudah terlihat begitu menggoda pas mantap sesuai dengan ukuran tubuhnya yang mungil sintal tersebut.
Tidak perlu diragukan lagi, walaupun sekarang saat ini kedua buah dadanya masih kecil karena umurnya yang baru sekitar dua belas sampai tiga belas tahunan, saat gadis kecil ini sudah besar nanti..., tidak perlu menunggu lama – lama, lima tahun saja sudah cukup, di saat sang gadis menginjak umur delapan belas tahun, dapat dipastikan juga bahwa pada saat itu kedua buah payudara milik sang gadis yang sudah ranum akan berada pada ukuran di atas rata – rata.
Sambil memikirkan masa depan yang cerah dari kedua buah gundukan kecil nan manis yang akan menjadi sepasang gunungan besar yang berjejer dengan penuh kemegahan dalam lima tahun mendatang, Wiradhi dengan perlahan menyentuh dan mempermainkan kedua buah susu mungil milik sang gadis dengan gerakan – gerakan yang begitu suggestive.
Lydia mengeluarkan desahan dan erangan panas yang terdengar bagaikan alunan musik yang penuh akan nada bernafsu yang membuat hasrat birahi sang lelaki berkobar semakin hebat.
Tatkala Wiradhi yang sedang memijiti dada Lydia dengan penuh kelembutan dengan perlahan menaikkan intensitas permainannya dan mulai menguleni kedua buah payudara mini milik sang gadis bagaikan sedang mengolah adonan kue, maka semakin panas dan keras lah desahan dan erangan nakal penuh nafsu yang keluar dari bibir sang gadis.
Nafas penuh nafsu sang gadis yang kian memanas bahkan bisa dilihat dengan mata telanjang sebagai hembusan uap hangat yang keluar dari mulut kecil nan manis miliknya saat bibir mungil dan lembut Lyida terbuka selebar – lebarnya menghembuskan segala kenikmatan yang telah menjalari sekujur tubuhnya dari dada hingga naik ke ubun – ubun.
Tak lama berselang Lydia pun mengalami orgasme pertamanya ketika Wiradhi dengan tiba – tiba memilin payudara mungil sang gadis dan mencubit kedua punting kecilnya secara bersamaan dengan kedua tangan yang sedari tadi mempermainkan dada sang gadis.
Lydia muncrat dengan begitu hebat, memuncratkan cairan kental nan hangat yang berwarna jernih berkilau diterpa cahaya mentari sore yang masuk menerangi ruang tamu rumah sang lelaki dari celah – celah jendela.
Orgasme pertama sang gadis dirasakannya begitu dahsyat hingga muncratan nya membuat basah baik selangkangan sang gadis maupun perut serta selangkangan sang lelaki yang berada di bawahnya.
Bibir mungilnya yang terbuka lebar hampir saja membuat mulut sang gadis mengeluarkan teriakan nakal penuh nafsu yang dengan segera dibungkam oleh sang lelaki dengan sebuah ciuman yang begitu rapat dan dalam seolah ingin menghisap setiap hembusan nafas sang gadis.
Wajah Lydia yang telah merona merah terbakar hasrat nafsu semakin memerah bagaikan benderang terakhir dari nyala lilin yang akan segera padam.
Wajah manis Lydia yang sudah tidak bisa bernafas akibat ciuman penuh nafsu Wiradhi ditambah dengan gejolak kenikmatan luar biasa dari area sensitive tubuhnya menjadi merah padam dan tatapan matanya mulai kehilangan fokus memburam berlinang air mata yang keluar secara refleks karena rasa sesak bercampur kenikmatan dahsyat yang menghamparkan tubuh dan jiwanya dalam puncak kebahagiaan duniawi.....
Wiradhi yang sedari tadi selalu memperhatikan setiap ekspresi di wajah manis sang gadis dan setiap gesture tubuhnya yang sintal dengan segera menyadari kondisi tubuh sang gadis dan langsung melepaskan ciumannya....