Ini adalah sebuah cerita di masa lalu.
Bagaimana Wiradhi mendapatkan tubuh dan hati seorang gadis dan melatih dirinya menjadi wanita peliharaan yang setia.
Nama gadis itu adalah Lydia Systina.
Dia anak dari seorang wanita penghibur yang bekerja di salah satu diskotek ternama yang berlokasi di dekat sebuah pantai.
Tentu saja, sebagai seorang anak yang dilahirkan oleh kupu – kupu malam, tidak seorang pun yang tahu siapa ayahnya.
Bahkan Ibunya sendiri pun tidak tahu lelaki yang mana yang telah menghamili dirinya.
Hal ini membuat Lydia tumbuh menjadi seorang gadis yang tidak pernah merasakan cinta dari kedua orang tuanya.
Dia tidak tahu siapa ayahnya, dan bahkan Ibunya sendiri pun hanya memberikan perhatian yang minimal kepada anaknya (selain memberikan makanan dan pakaian, Ibu Lydia selalu sibuk hanya dengan dunianya sendiri, tidak peduli dengan tumbuh kembang anaknya)
Lydia pun tumbuh menjadi seorang gadis yang kesepian, akhirnya selain buku – buku yang menjadi bacaannya, dia tidak punya teman lain untuk mengisi hari – harinya yang hampa.
Hampir semua anak dari lingkungan tetangga dan sekolahnya selalu menjauhi dirinya, jika ada yang mendekatinya, maka pasti guru atau orang tuanya akan menarik si anak tersebut dan memarahi anak tersebut karena mencoba bergaul dengan "si anak haram".
Lydia hanya bisa menghela nafas dengan pasrah setiap kali hal itu terjadi.
Reputasi Ibunya sudah kian tersohor hingga ke seluruh area perumahan dan bahkan sekolahnya.
Tapi masih beruntung baginya karena tidak ada yang membully atau pun mengerjainya.
Namun semua itu berubah ketika seorang anak lelaki baru saja pindah ke sebuah rumah kosong di dekat kompleks perumahan tempat dirinya tinggal.
Lydia yang sedang dalam perjalanan pulang dari sekolahnya setelah puas membaca buku di perpustakaan hingga sore hari bertemu dengan Wiradhi yang sedang berjalan – jalan melihat – lihat lingkungan sekitar tempat dia baru saja pindah rumah.
Sang lelaki mengulurkan tangannya sambil tersenyum dan berkenalan dengan Lydia.
Meski awalnya Lydia merasa sedikit canggung, tak butuh waktu lama bagi mereka berdua untuk merasa saling cocok satu sama lain.
Lydia akhirnya merasakan sebuah kebahagiaan karena untuk pertama kali di dalam hidupnya, kini dia telah mendapatkan seorang teman.
Namun pada saat yang sama, dirinya juga merasa takut dan khawatir kalau – kalau anak lelaki yang baru saja akrab dengan dirinya ini sampai mengetahui siapa dirinya yang sebenarnya.
Namun tak lama pikiran seperti itu terbersit di dalam pikirannya, Lydia segera menepis segala keraguan dan rasa takut yang ada di hatinya.
Kekuatan mental seperti itu adalah sesuatu yang sangat menakjubkan untuk seorang gadis yang baru berumur 13 tahun.
Kesendirian yang panjang tanpa sadar telah menempa dirinya menjadi pribadi yang mandiri dan tidak bergantung pada orang lain, bahkan kepada Ibunya sendiri.
Akhirnya, sambil mereka berdua berjalan bergandengan tangan berkeliling kompleks sambil melihat – lihat, Lydia pun berterus terang dan membeberkan siapa dirinya sebenarnya, siapa Ibunya, bagaimana pendapat orang – orang padanya, dan hal – hal lain sebagainya yang sudah menjadi pengetahuan umum bagi orang – orang yang tinggal di sekitar situ kepada Wiradhi yang mendengarkan semuanya sambil tersenyum dan mengangguk – angguk.
Setelah Lydia selesai bercerita....
Respon Wiradhi sungguh lain dari yang lain.
Bukannya merasa jijik dan menjauh dari seorang anak haram tak berayah seperti dirinya, anak lelaki ini malah menarik tangannya dan mengajak Lydia untuk mampir ke rumahnya sebentar.
Lydia yang merasa terheran – heran dengan respon Wiradhi yang berbeda dari orang normal pun menurut saja karena sang gadis kecil itu merasa penasaran.
Sesampainya mereka berdua di muka pintu rumah sang bocah, Wiradhi dengan enteng membuka pintu rumahnya yang tidak terkunci.
Lydia yang baru saja masuk dan akan mengambil tempat duduk di sofa dengan tiba – tiba ditarik oleh Wiradhi hingga tubuh mungil sang gadis pun jatuh ke dalam pelukan si anak lelaki....
"Uhmmm.... Wira...?"
"Kamu cantik sekali, Lydia..."
Lydia yang kaget dan bertanya – bertanya dalam hati semakin kaget mendengar pujian lembut yang dibisikkan sang lelaki di telinganya.
Pertama kalinya Lydia dipuji apalagi oleh seorang lelaki dan dalam posisi berpelukan yang sangat romantis seperti itu, hingga membuat membuat pikiran Lydia yang sering menghabiskan waktu membaca berbagai macam novel roman terasa begitu ringan seolah sedang melayang hingga ke langit ketujuh.
Wiradhi yang melihat rona kebahagiaan di wajah Lydia tersenyum hangat pada sang gadis hingga membuat si gadis kecil merasa hatinya sedang melumer bagaikan coklat yang telah meleleh.
Dengan perlahan Wiradhi melanjutkan rayuannya.
Dari rayuan perlahan meningkat menjadi cumbuan.
Lydia entah sejak kapan menyadarinya, tahu – tahu saja dirinya kini sedang rebahan di atas sofa yang empuk dengan tubuh mungilnya yang masih dalam masa pertumbuhan di umur 13 tahun kini sedang berpelukan dengan seorang anak lelaki yang baru saja dikenalnya sore ini.
Anak itu memiliki umur yang sebaya dengannya dan sedang mencumbui sang gadis dari atas.
Bibir mungil mereka saling bertemu dalam ciuman –ciuman yang hangat dan basah sementara tangan mereka berdua saling meraba – raba dan memberi kenikmatan pada tubuh yang lain.
Wiradhi memeloroti setelan baju one piece yang sedang dikenakan oleh Lydia kebawah hingga ke perut sang gadis dan memamerkan dua buah gundukan kecil di dadanya.
Dua buah gundukan yang terlihat begitu lezat menggoda bagaikan sepasang es krim vanilla yang berjejer dengan topping buah cherry di atasnya.
Wiradhi mempermainkan kedua buah gundukan itu dengan kedua tangannya, kadang diaduknya seperti adonan kue, kadang ditarik dan dipilinnya seperti sedang membuat mie hingga ke ujung pentil nya.
Lydia yang baru pertama kali ini mersakan betapa nikmatnya payudara kecilnya dipermainkan oleh laki – laki, mendesah – desah sambil menggeleng – gelengkan kepalanya.
Sebentar –sebentar sang gadis berkata "enak..., enaak...." dari mulutnya, kadang dia hanya mendesah panjang "aaaaaahhh...." dan di sela- sela nafasnya yang memburu di tengah kenikmatan, sesekali dia menyebut – nyebut nama anak lelaki yang sedang mencumbuinya.
15 menit si bocah mempermainkan dada sang gadis, Wiradhi memberi Lydia sebuah ciuman yang dalam di bibir Lydia yang membuat sang gadis menatap matanya dari bawah dengan mata yang lembab berair tapi penuh dengan kehangatan.
Melihat wajah manis sang gadis Wiradhi tak henti – hentinya menjatuh kan ciuman kepada sang gadis.
Tak hanya bibirnya, bahkan seluruh wajah dan sekujur bagian atas tubuhnya dari dada hingga ke perut telah habis diciumi semuanya oleh Wiradhi.
"aaaahhh.... enak banget.... kepalaku rasanya kosong.... ahhh enak... enak sekali.... ahhh.... panas... badanku rasanya panas sekali...."
Lydia yang kepanasan terbakar hasrat nafsu perlahan menggeliat menggoyangkan tubuh mungil nan indah nya yang masih dalam masa pertumbuhan itu.
Dengan tatapan membara, gadis kecil tersebut melucuti sendiri setiap helai pakaiannya di hadapan anak lelaki yang baru dikenalnya pada sore hari ini....