*Sudut Pandang Amelia Sarah*
("Setelah itu..., Aku....")
("Aku terus melakukan hubungan intim dengan Wiradhi hingga malam tiba....")
Dengan hanya diterangi oleh cahaya termaram rembulan dan lampu – lampu dari luar yang menembus masuk melalui jendela, diriku bersetubuh dengan Wiradhi di seluruh ruangan yang ada di rumahnya....
Berbagai posisi kami mainkan, setiap tempat baik di rumah nya maupun di sekujur tubuhku semuanya kami jelajahi bersama dalam petualangan penuh hasrat nafsu birahi ini.
Dari sofa di ruang tamu, hingga toilet di kamar mandi nya, semuanya menjadi tempat pergumulan kami berdua dalam mengadu kelamin.
Begitu juga sekujur tubuhku....
Dari ujung rambut sampai ujung jari kaki semua nya telah dijamah habis dengan sempurna oleh dirinya.
Sekujur tubuhku telah basah bersimbah semuanya....
Entah itu, air maninya, air liurnya, cairan cinta kami ataupun keringat kami yang telah bercampur baur menjadi satu, rasanya tubuhku ini telah terbungkus sepenuhnya oleh hasil campuran sekresi kami berdua....
Seharusnya aku akan merasa jijik dengan semua ini.
Tapi aku tidak peduli. Malahan hasrat birahiku semakin berkobar bagaikan api yang disiram oleh minyak ketika sekujur tubuhku diguyur oleh kenikmatan - kenikmatan yang tidak pernah kurasakan sebelumnya.
("Ini Hebat...!!!! Hebat Sexali!!!! Ujung Penis Wiradhi menghantam jauh hingga ke dalam rahimku!!!!")
Itu lah satu – satunya hal yang bisa kupikirkan ketika Wiradhi menyenggamaiku di atas sofa rumahnya yang ada di ruang tamu.
Tubuhku dihadapkannya ke arah pintu rumahnya, membuat vagina ku semakin kuat mencengkram penisnya tatkala hatiku diliputi oleh rasa cemas kalau – kalau ada orang yang membuka pintu tersebut dan mendapati pemandangan musim semi yang kami berdua ciptakan.
Ketika penis Wiradhi yang besar dan panas itu menghujam jauh ke dalam liang cintaku, hingga membentur pintu rahimku dan menembakkan seluruh isi muatannya langsung ke dalam rahimku....
Kenikmatan yang kurasakan begitu besar hingga sanggup menghancurkan semua akal sehat ku.
Jika saja dia tidak menarik kedua tangan ku dan mendekap tubuhku yang menempel dengan dirinya dari belakang, serta dengan sigap memagut dan menyambar bibirku hingga lidah dan seisi mulutku terbenam ke dalam ciuman nya yang sangat basah dan dalam.... Mungkin teriakan yang akan keluar dari mulutku pada saat itu akan sanggup membangunkan semua orang yang ada di kompleks perumahan ini dan mereka akan beramai – ramai menggrebek rumah ini.
Membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya membuatku merasa malu setengah mati....
("Ah.... Aku telah jatuh.... Aku telah menjadi gadis binal dan nakal yang tidak akan sanggup lagi hidup tanpa kenikmatan ini....")
Itulah yang kupikirkan saat Wiradhi menyetubuhiku dalam posisi doggy style.
Tanpa ampun dia menyodok seluruh tubuhku dari belakang dengan penuh tenaga tanpa ada apapun yang ditahan balik.
Tubuhku yang sudah lemah tak berdaya tak mampu melawannya dan sedikit demi sedikit tangan dan kakiku yang menahan tubuhku yang tertungging sambil disodok oleh kontolnya itu pun tanpa kusadari bergerak ke depan.
Hingga kepalaku yang sudah kosong diledakkan oleh kenikmatan itu terantuk pintu barulah aku menyadari kalau Wiradhi telah menggiringku kembali ke depan pintu ruang bawah tanahnya dalam posisi merangkak, disodok – sodok tanpa henti dalam posisi doggy style.
("Akkhhh.... Aku sudah seperti anjing liar yang bersetubuh di sepanjang jalan....")
Dengan sebuah klimaks yang panjang, tubuhku pun kembali jatuh lemas tak berdaya sambil memuncratkan madu putih dan nektar cinta dari tengah selangkanganku di depan pintu.
Mataku kembali bergulir ke atas dan lidahku yang menjulur ke luar dari mulutku yang menganga pastinya membuatku terlihat bagaikan anjing yang sedang kehausan di mata Wiradhi.
Dia mengelus – elus kepalaku bagaikan seekor anjing pangkuan, memberiku sensasi hangat dan nyaman yang memenuhi kepalaku yang tadinya telah terasa kosong.
Wiradhi lalu membuka pintu tersebut dan dengan penuh kelembutan membopong tubuhku yang telah lemas tak berdaya setelah bersetubuh sambil mengelilingi seisi rumahnya.
("Ah.... Kehangatan dan sentuhan kasih sayang yang lembut ini.... Aku ingin berada terus dalam pelukan seperti ini selamanya....")
Aku pun kembali memasuki ruangan yang telah menjadi saksi bisu terenggutnya keperawananku, sambil memikirkan nikmatnya peraduan cinta dan nafsu di antara kami berdua....
*Akhir dari sudut pandang Amelia Sarah*
"Oya, oya, bagaimana perasaanmu? Gimana? Penisku yang besar ini terasa enak dan nikmat kaan?"
Wiradhi bertanya kepada Sarah sambil menyodokkan organ vital kebanggaannya itu kembali masuk menembus lubang cinta yang berada di tengah – tengah selangkangan sang wanita.
Tubuh Sarah yang masih terbaring tanpa daya di atas matras tempatnya kehilangan kegadisannya tersebut secara refleks langsung mencengkeram dan memijat – mijat penis Wiradhi dengan setiap otot yang ada di dalam liang vaginanya dengan penuh suka cita.
"Akkkhhhh.... Aaahhhh.... Wira.... Wiradhi...."
Sarah meracau sambil menyebut – nyebut nama lelaki yang telah memperkosa nya tersebut.
Tatapan matanya nanar dan berkabut, dikaburkan oleh asap yang membubung dari api nafsu yang berkobar membakar seluruh tubuh dan segenap jiwanya.
("Aku tidak tahu kalau berhubungan intim sambil dipeluk dan diperkosa oleh seorang pria itu ternyata rasanya senikmat dan sehebat ini!!!! Akkkhhhh.... Aaahhhh.... Aku tak kuasa menahan perasaan bahagia yang meluap – luap dari dalam hatiku!!! Akkkhhhh!!! Aaahhhh.... Akkkhhhh.!!! Tidaaakk.... Aku bisa gila.... Kalau begini terus aku akan sepenuhnya menggila...!!!!!")
Sarah memeluk erat tubuh Wiradhi yang telah merangkul dirinya di atas pangkuan sang lelaki.
Dengan posisi lotus saling berhadapan, mereka berdua saling bergerak mengadu kelamin dan selangkangan mereka dengan penuh suka cita.
Sarah dengan penuh semangat memacu pinggulnya yang indah bagaikan lekukan jam pasir untuk bergerak naik dan turun sambil meremas kemaluan sang lelaki yang berada dalam jepitan liang cintanya sembari merangkul leher sang lelaki.
Wiradhi pun tak mau kalah, di pompanya batang kejantanannya tersebut dengan pinggulnya bagaikan gerakan piston yang dengan mantap mengacak – acak seisi liang kenikmatan sang wanita sambil menebarkan sensasi kenikmatan nan cetarrrr dan membahana yang menggema mengisi sekujur tubuh Sarah yang begitu aduhai indahnya dan mewarnai paras wajah cantik jelita sang wanita dengan ekspresi cinta yang merona penuh nafsu.
Nafas panas mereka yang memburu saling berbenturan seolah ingin membakar satu sama lain.
Mereka berdua kembali muncrat bersama – sama, vagina Sarah yang sudah digempur dari siang sampai malam dengan luar biasa masih sanggup menyedot dan menghisap penis sang lelaki dan memberikan kenikmatan yang sangat hebat.
Tubuh Sarah yang mengejang penuh kenikmatan di atas pangkuan Wiradhi kemudian jatuh terjerembab ke depan, membuat tubuh sang lelaki yang sedang merangkul dan memangku dirinya jatuh di atas matras yang empuk dengan sang wanita yang tubuh lembutnya kini menindihi sang lelaki dari atas memandangi mata sang lelaki dengan tatapan cinta penuh nafsu.
Dengan tanpa basa – basi lagi dan atas inisiatifnya sendiri, Sarah menyambar bibir sang lelaki dengan bibirnya sendiri dan memberikan ciuman panas penuh nafsu sambil menggoyang – goyangkan pinggulnya dengan gerakan "mengundang" yang terlihat sangat mesum
Pantat Sarah yang putih mulus bagaikan sepasang kue beras hangat itu terangkat ke atas bergoyang – goyang dengan batang kejantanan sang lelaki yang masih mantap menancap di tengah selangkangannya dipijat – pijat oleh otot – otot vaginanya yang telah begitu terlatih dalam permainan nafsu mereka berdua yang telah berlangsung selama seharian dari siang sampai malam.