("Sungguh luar biasa.... Rasanya Nikmat sexali...! Tapi..., kenapa cuma disentuh bagian luarnya saja...? Ah... Tidak... Kalau terus dipermainkan seperti ini... Bisa – bisa aku jadi gila....!") Sarah menutup matanya sambil merilekskan tubuhnya. Dia menikmati setiap tetes kenikmatan yang menghujani dirinya. Kedua belah pahanya yang putih halus dan mulus melemas sembari membuka selangkangannya yang kini telah basah bagaikan hutan tropis yang baru saja diterpa hujan.
"Wah, wah, wah..., membuka selangkangannya sendiri di depan laki – laki. Kamu cepat sexali menjadi gadis nakal ya, Sarah?" Wiradhi tersenyum nakal sambil menggoda Sarah sembari mendekatkan wajahnya ke selangkangan sang gadis.
"Bu – Bukan... Tubuhku yang dengan seenaknya...." Sarah mencoba mencari alasan sambil menutup mukanya yang memerah karena penuh dengan rasa malu.
"Yah... Mau bagaimana lagi..." Wiradhi menggunakan jari – jemarinya untuk membuka dan menutup bibir vagina Sarah. Dengan sengaja digetarrkannya tangan yang sedang memijat – mijat bagian luar lubang perawan sang gadis sambil sesekali menekan klitorisnya yang telah keluar merekah dari persembunyiannya.
"Aaahhhhh! Tidak...! Jangan disana...! Jangann....! Akkhhhhh.....!!!!!!!!" Sarah berteriak penuh nafsu sambil meronta kembali. Dipeganginya tangan Wiradhi namun sang gadis tak sanggup mengeluarkan sedikitpun tenaganya untuk menghalangi permainan tangan Wiradhi yang semakin cepat dan nakal mempermainkan bibir vagina dan klitorisnya.
"Kalau begitu, sebenarnya kamu mau nya di mana...?" Sambil bertanya demikian, Wiradhi langsung mencengkram vagina Sarah dan meremasnya kuat – kuat. Tubuh Sarah langsung melonjak dan seketika sang gadis pun kembali berteriak penuh nafsu sambil muncrat dari vaginanya, tak kuasa menahan nikmat klimaks yang begitu dahsyat menghujani dirinya.
"Hehehehe. Kamu cepat sekali muncrat nya ya.... Dasar gadis mesum....!"
"Bu – bukannn.... Ini.... Akaakhhhhh..... Aaaakkhhhh....! Hen – hentikan...,, Wiradhi.... Hentikan.... Aku mohon....."
"Mulutmu memohon minta berhenti, tapi lihat sendiri sana! Kamu sendiri sekarang menggoyangkan pinggulmu sambil terus muncrat dari selangkanganmu! Sungguh binal sexali dirimu, Sarah...!"
"Tidak...! Padahal aku tidak mau yang seperti ini...! Tapi entah kenapa, ini rasanya enak banget, Aaakkakkhhhhh....!"
"Kalau kamu gak mau di situ, bagaimana dengan yang di sini...?" Tangan Wiradhi yang masih basah sehabis diguyur oleh vagina Sarah langsung menyambar kedua bukit indah permai yang ada di dada sang gadis. Diremasnya kedua payudara Sarah dengan kasar sambil menarik dan memilin kedua puting sang gadis kuat – kuat.
"Tidaaakkkkkk....! Jangan disitu lagi....! Berhenti.... Kumohon berhenti....!!!!" Sarah kembali berteriak penuh nafsu.
"Pentilkuuuu.....!!!! Jangannnn....! Tidaaaakkkkk....!!!!!"
"Disini gak mau, disana gak mau, terus maumu apa? Disini...?" Wiradhi langsung menampar kedua belah pantat Sarah lalu mencengkeram sisi kiri dan kanannya masing – masing dengan tangannya. Dibukanya lubang pantat Sarah dengan kedua ibu jarinya dan dipermainkannya pinggiran lubang pantat Sarah yang tak berhenti berkedut – kedut sembari memijat dan meremas kedua belah pantat sang Gadis.
"Wow..., Empuk..., kayak marshmallow...! Pantatmu gak kalah sama payudaramu ya, Sarah."
"Tidaaakkkkk...., Ini memalukan sekali...! Ahakhhh... Akkhhhhh.... Aaaaakkkkhhhhh....!!!!!"
"Teriak tidak – tidak, tapi pinggulnya gak pernah berhenti bergerak.... Protesmu itu sangat tidak meyakinkan sekali."
Wiradhi terus mempermainkan seluruh titik – titik sensitif di tubuh Sarah dengan pijatan, remasan dan getaran tangannya tanpa henti. Tubuh Sarah yang sudah begitu sensitif pun tanpa daya terus menggeliat tanpa henti dihantam oleh gelombang – gelombang kenikmatan yang perlahan menghancurkan hati dan pikirannya remuk ke dalam lautan hasrat birahi. Tanpa disadarinya, mulutnya mulai mengeluarkan erangan nikmat yang kontras dengan protes – protes yang keluar dari bibir sang gadis sesaat sebelumnya.
"Aaaakkkhhhh.... Ahhhhh.... Getaranyaaa..... Aaakkaaahhhhh..... Vagina, Pentil, dan Pantatku dimainin lelaki.... Enaaakkk.... Ini rasanya Enaakkkk....! Luarr biasa sexali....! Padahal ini sangat memalukan.... Tapi.... Tapi aku tidak bisa berhenti menahan nikmatnyaaaa!!!!! Haaahhh.... Haaahhhh.... Aku saking nikmatnya sampai tidak sanggup menahannya lagiiii....! Muncrattttt, aku mau muncrattt lagiiii....!!!! Aaaakkkhhhh haakkkk..... Aaaaaakkkkkhhhhh.....!"
"He he he, sudah benar – benar tidak tahan? Ayo, muncrat sekali lagi di hadapanku! Hue hue huehue hue!"
"Keluar..., Keluar.... Keluaaaarrrrr....!!!!! Aakaaakaaahhhhhhhhhhhh.....!!!!! Aaaaaaaaakkkkkhhhhhhh....!!!!"
Sarah kembali muncrat dengan hebatnya.... entah ini sudah klimaks yang keberapa, dia sudah tidak sanggup mengingat apa – apa lagi. Setelah lima menit muncrat bagai pancuran antik, menyemburkan cairan hangat berbau khas seorang wanita ke segala arah, Sarah jatuh terkulai lemas di atas matras....
Nafasnya terputus – putus. Sekujur tubuhnya panas berkedut – kedut bermandikan keringat. Matanya perlahan terpejam, dan kesadarannya mulai memudar ditelan kenikmatan.... Melihat hal ini, Wiradhi bangkit berdiri dan memandangi sang gadis yang masih terbaring di atas matras sambil berkata,
"Baiklah, Pemanasannya sudah selesai sekarang.... Bagaimana rasanya ngecrot terus menerus, Sarah..., enak banget kan? Sekarang waktunya kita mulai permainan yang sesungguhnya.....!" Wiradhi tersenyum bagaikan Iblis sambil membuka pakaiannya helai demi helai di hadapan sang gadis.
Sarah hanya bisa pasrah menatap sang lelaki sambil terkulai lemas kehabisan tenaga di atas matras. Namun matanya yang indah itu perlahan mulai terbuka lebar saat dia melihat benda macam apa yang ada di selangkangan Wiradhi.... Bibirnya bergumam lirih....
"Tidak mungkin..., ada benda sebesar itu...? Bagaimana bisa benda itu bisa muat ke dalam tubuhku...?" Memikirkannya saja sudah membuat Sarah mengalami orgasme ringan, vagina sang gadis kembali becek membanjiri selangkangannya bagaikan keran yang bocor....