Setelah 10 menit lebih mereka saling meminum (atau dalam kasus Wiradhi, menyedot) air liur mereka yang telah tercampur sempurna menjadi satu, akhirnya Wiradhi melepaskan Sarah dari cengkraman pelukannya.
Sang gadis langsung jatuh lemas bersimpuh di hadapan sang lelaki dengan nafas yang terengah – engah. Belum pernah sekali pun dalam hidup Sarah, bahkan dalam impian nya yang paling liar saat bermasturbasi memikirkan sang gadis kekasih hatinya, bahwa dia akan melakukan ciuman yang sepanas dan segila itu.
Nafas nafsu Wiradhi kini seolah telah ikut menyusup menjalar ke sekujur tubuhnya yang kini telah panas terbakar api hasrat. Tanpa diketahui atau bahkan disadarinya, Sarah telah mengalami orgasme saat menerima ciuman penuh nafsu kebinatangan dari Wiradhi.
Vagina perawannya yang masih dalam kondisi pristine telah basah bermandikan cairan cintanya. Sementara kakinya yang lemas tak sanggup lagi menopang tubuh nya kini berkedut – kedut pertanda kenikmatan. Panas Tubuh mereka berdua saat berpelukan kini telah membuat air yang sebelumnya membasahi tubuh Sarah mengering dan menguap ke udara.
Wiradhi menikmati pemandangan hasil karya yang terpampang di depan matanya.
Seorang gadis perawan duduk bersimpuh telanjang bulat sambil berkedut – kedut penuh kenikmatan di hadapannya.
Dia biarkan sang gadis menarik nafas sebentar sebelum diangkatnya tubuh sang gadis dalam Princess/Bridal Carry dan menggendong tubuhnya yang masih lemah dibuai kenikmatan ke ruang keluarga dimana terdapat sofa besar yang digunakannya untuk menaruh tubuh panas sang gadis.
Sarah menerima gendongan Wiradhi tanpa perlawanan, otaknya masih kosong sehabis diguyur oleh kenikmatan duniawi.
Ketika kesadarannya telah kembali di dunia nyata, didapatinya dirinya kini telah berada di ruang keluarga yang luas, terduduk dengan posisi setengah terbaring, sepenuhnya bersandar pada sofa yang empuk dengan selangkangannya yang indah mengangkang memamerkan setiap lekukan yang ada di sana.
"Tidak, jangan lihat kesana!" Dengan teriakan yang terdengar seperti suara yang lirih, Sarah mencoba menutupi selangkangannya yang sedang dipelototi oleh Wiradhi.
Namun tubuhnya seperti tidak mau merespon. Kakinya tidak bisa menutup, tangannya tidak bisa bergerak. Tidak berapa lama, Wiradhi berhenti melihat selangkangannya dan kini kembali menatap matanya.
Dengan senyumannya khasnya yang nakal, Wiradhi mengangkat kedua tangannya sambil mengerak – gerakkan jari jemarinya seperti cacing bergulat dan mulai bergerak menuju sepasang buah dada milik Sarah yang sudah matang bagaikan buah persik.
"Tidak! Hentikan, apa yang kamu mau lakukan!? Kyahah....!" Teriakan protes dari bibir Sarah seketika berubah menjadi rintihan penuh kenikmatan saat kedua putingnya disentil dengan nakal oleh jari jemari Wiradhi.
"Ooooh, suara yang bagus. Kamu punya bakat alami sepertinya ya, Sarah."
(Pyon) (pyon) (pyon)
Wiradhi kini memainkan kedua payudara Sarah dengan berbagai gerakan yang nakal.
Payudara Sarah pun hanya bisa pasrah dipermainkan oleh tangan Wiradhi. Kadang dipijat – pijat dengan lembut, sebentar dengan gerakan memutar searah lalu kemudian berlawanan arah jarum jam, lalu di remas – remas dan kemudian kedua putingnya ditunjuk – tunjuk dan di tekan – tekan oleh jari telunjuk Wiradhi kemudian disentil kembali dengan nakal yang membuat tubuh Sarah yang telah menjadi semakin sensitif tersentak tiba – tiba dan selangkangannya yang basah kini kembali membanjir memuncratkan cairan mesumnya....
"Ah...!"
"He he.... Bagus sekali."
"Nggak... Jangan...."
"Kalau dipermainkan seperti ini, jadi kelihatannya seperti sedang iseng ya...."
"Kyahaaahhh.... akkhhhh...!"
Teriakan, desahan dan rintihan Sarah membuat Wiradhi semakin bersemangat untuk mempermainkan payudara sang gadis hingga dia muncrat kembali untuk yang ketiga kalinya.
"Hm hm.... Sekarang, aku akan periksa seluruh tubuhmu seperti ini." Kedua tangan Wiradhi mulai bergerak – gerak menjamah setiap bagian dari tubuh indah milik Sarah.
Elusan, pijatan, rabaan, dan remasan tangannya di setiap bagian tubuh sang gadis mengirimkan sensasi nikmat yang begitu tak tertahankan bagi sang perawan yang belum pernah disentuh oleh pria lain seperti itu sebelumnya.
Tanpa disadari oleh Sarah, Wiradhi kini sedang memijati payudara dan perutnya dari belakang sementara sang gadis masih terduduk lemas bersandar di sofa, tak berdaya menerima segala permainan tangan Wiradhi yang menjelajahi setiap inci lekukan dan lipatan dari tubuhnya yang polos tanpa tertutup sehelai benang pun.
Dia pun tidak menyadari kalau wajahnya yang memerah sudah mulai menunjukkan ekspresi birahi nan mesum yang semakin menggoda ditambahkan oleh nafasnya yang panas memburu dan terengah – engah.
"Bagaimana rasanya, sayang.... nikmat kan...?" Dengan lembut Wiradhi berbisik di telinga Sarah.
Nada bicara nya yang terdengar begitu menghipnotis seolah mencoba untuk menyelam jauh ke dalam lubuk hati sang gadis.
"Iya...." Sarah yang sudah tak berdaya tak bisa berpikir dengan jernih dan tanpa sadar mulutnya mengatakan perasaan yang sebenarnya.
(Dipermainkan oleh tangan lelaki..., cara pegangnya nakal sekali.... tapi ini rasanya enak banget....)
Itulah satu - satunya hal yang masih bisa dipikirkan oleh sang gadis saat ini....