Wiradhi menarik tangan Sarah dan membawanya ke halaman rumahnya yang luas. Sesampainya disana, dia mengambil dua buah pistol air memberikan salah satu diantaranya kepada Sarah.
"Pertama – tama, mari kita mulai dengan ini dulu."
"Pistol air? Mau main apa dengan itu? Main tembak – tembakan?" Tanya Sarah yang telah melepaskan jaketnya sebelum pergi ke luar ruangan.
Tubuh Sarah yang indah kini hanya berbalutkan kaos olahraga dan celana pendek selutut. Terlihat sporty dan sedikit tomboy namun di saat seperti ini malah terasa seperti cewek nakal yang sengaja ingin memamerkan lengan nya yang mulus dan kakinya yang jenjang kepada sang lelaki.
"Yup. Kita main tembak – tembakan. Aturannya simple, setiap helai pakaian yang terkena tembakan harus segera dilepas dan yang kalah tidak boleh pakai apa – apa sampai Pemenangnya mengijinkan dia untuk berpakaian lagi. Ngerti? Kita mulai sekarang!"
"Eh!? Tunggu, aku belum siap!" Sarah protes karena permainannya tiba – tiba saja sudah dimulai.
[Crotttt] [Crottttt] [Crooottttttt]
Wiradhi tanpa ampun mengecrotnya, eh, maksud penulis, menyemprotinya dengan tembakan bertubi – tubi yang langsung menghujani sekujur tubuh Sarah. Pakaiannya yang basah kuyup terkena semprotan air segera saja menjadi setengah transparan dan menempel ke kulitnya.
Terutama baju olahraganya yang berwarna putih sekarang sudah terlihat tembus sehingga lekak – lekuk tubuh semlohay Sarah beserta warna bra yang dia kenakan terlihat semakin jelas di mata Wiradhi.
"Hehe, Pink? Ternyata bodimu bener – bener bagus juga ya. Seperti yang sudah kuharapkan dari seorang siswi unggulan idola semua lelaki di kelas. Cantik dan seksi sekali. Hue hue hue, sangat merangsang, benar – benar tubuh yang nakal!"
"Menjijikkan!" Sarah menggunakan satu tangannya untuk menutupi kedua buah dadanya sambil mengacungkan pistol ke arah Wiradhi.
"Eitttsss, sebelum kamu mau menembak, lepas dulu semua pakaianmu yang sudah kena tembak. Kan sudah kubilang tadi barusan, kalau setiap helai pakaian yang terkena tembakan harus segera dilepas. Kamu ngerti tidak?"
"Kuh…."
"Ayo, cepat….. Lepas pakaiannya. Kalau terlalu lama, akan kuberikan hukuman lho...."
Akhirnya dengan pasrah, Sarah pun membuka baju dan celananya di hadapan Wiradhi.
Tepat di tengah halaman rumah yang luas itu, tubuh indah Sarah yang kini telah setengah bugil hanya terbungkuskan bra dan celana dalam yang berwarna putih dan merah jambu.
Angin semilir yang berhembus membuat tubuh Sarah yang telah gemetar karena rasa malu menjadi semakin menggigil karena kedinginan. Sebuah detail yang tentu tidak akan terlewatkan oleh mata Wiradhi.
"Oke, sudah cukup main airnya. Kamu kelihatannya kedinginan sekarang? Tubuhmu gemetaran begitu."
"Aku tidak butuh belas kasihan darimu!" Kata Sarah sambil menembakkan pistol airnya ke arah Wiradhi.
"Eit! Gak kena, sekarang giliranku, terima ini." Wiradhi yang menghindar ke samping sambil menembakkan pistolnya membalas satu tembakan Sarah yang berkekuatan penuh dengan tiga tembakan kecil yang mengunci pergerakan Sarah di tengah, kiri, dan kanan.
Sarah yang mencoba menghindar ke kiri akhirnya tetap saja terkena semprotan Wiradhi.
"BH-mu kena tuh, lepaskan sekarang."
"Umuu.….."
Dengan tangan gemetaran dan wajah merah menahan malu, Sarah pun melepaskan branya dan memperlihatkan kedua buah dadanya yang sudah ranum itu meskipun dia baru saja masuk SMA.
"Wah, barang bagus punyamu itu. Bahkan kakak - kakak kelas kita satu pun gak ada yang punya tubuh seindah tubuhmu. Ini pasti yang disebut Golden Proportion ya...."
Sarah yang sudah merah mukanya tanpa berkata apa – apa langsung menembakkan pistolnya ke arah Wiradhi. Namun Wiradhi yang sedari tadi terus memandangi setiap inci bagian tubuh Sarah secara detil tentu saja telah memperhatikan setiap gerak – gerik tubuh Sarah.
Bahkan sebelum jari Sarah menekan trigger pistolnya, pistol Wiradhi telah menyemburkan isinya ke selangkangan Sarah. Tepat mengenai pelindung terakhir tubuhnya yang sudah topless.
"Nah, dengan ini permainan sudah selesai. Kamu kalah, Sarah." Sambil berjalan mendekati Sarah, Wiradhi menahan pundak Sarah dengan tangan kanannya sembari menarik paksa celana dalam Sarah yang telah basah kuyup dengan tangan kirinya hingga robek dan membuangnya ke tanah.
Sarah hanya bisa terpaku diam. Pistol air yang ada di genggaman tangannya telah lepas dan jatuh ke tanah berbarengan dengan celana dalamnya yang telah sobek.
Tubuh Sarah kini telah telanjang bulat, dipamerkan sepenuhnya di depan mata Wiradhi. Tatapan matanya yang buas membuat Sarah tak berani bergerak sedikitpun, bahkan untuk menutupi area pribadinya.
Dia takut. Cara kasar Wiradhi saat merobek celana dalamnya dengan mudah seperti tanpa usaha itu membuatnya menyadari bahwa sebagai lelaki, Wiradhi secara fisik jauh lebih kuat daripada dirinya. Jika dia mengasari dirinya, entah apa yang akan terjadi padanya….
Maka dia pun pasrah saja ketika Wiradhi membelai pipinya yang lembut ataupun mengelus - elus rambutnya yang panjang terkepang ke depan sambil menggantung di dada kirinya. Setiap sentuhan dari sang lelaki mengirimkan getaran yang menggema sampai menggetarkan tulang punggungnya.
Tubuh bugil Sarah semakin menegang dan wajahnya semakin memerah sementara nafasnya mulai terputus – putus.
"Oyaaa…? Kamu takut?" Wiradhi bertanya sambil menatap kedua mata Sarah dalam – dalam.
Tangan kanan Wiradhi yang tadinya membelai pipi Sarah kini telah memegangi dagu sang gadis dan mengangkat wajahnya perlahan hingga wajah mereka berdua saling berhadapan dan tatapan mata mereka saling bertemu.
Sarah yang terdiam membisu tak tahu harus berkata apa sebelum dia menyadari bahwa nafas mereka pun kini telah tersambung satu sama lain. Sekonyong – konyong Wiradhi memagut bibir sang gadis sambil terus menatap matanya dalam – dalam dengan tatapan penuh nafsu binatang.
Sarah langsung terkejut dan secara reflex membuka mulutnya. Tak ayal lidah Wiradhi yang nakal langsung masuk ke dalam dan menari – nari di dalam rongga mulut Sarah dengan binal bagaikan binatang liar yang memberontak setelah dipaksa masuk ke dalam kandang.
Sarah pun hanya bisa pasrah ketika rongga mulutnya yang hangat, basah dan lembab diperkosa dan digagahi oleh lidah Wiradhi yang kemudian menuntun lidahnya sendiri ke dalam tempo permainan sang lelaki dan membuat air liur mereka berdua mulai bercampur dan menetes – netes keluar hingga membasahi buah dada Sarah yang membuatnya terlihat semakin menggoda. Tidak juga sang Gadis menyadari kalau tubuh bugilnya kini sudah berada sepenuhnya dalam pelukan Wiradhi.
"Ahemmm…. Uhmmmm…. Aaahhhh….. Uhukhh... MMmmhmmmm…."
Desahan – desahan yang terdengar nakal dan penuh nafsu terus keluar dari bibir Sarah.
Tapi jangan salah paham lho, para pembaca, Sarah bukannya lagi sange. Sang gadis saat ini benar – benar sedang tak kuasa menerima ciuman panas dari Wiradhi yang begitu buas hingga membuatnya tidak sanggup bernafas.
Apalagi tubuh telanjangnya yang kini berada dalam pelukan Wiradhi seperti terkunci dalam cengkraman buas binatang purbakala yang membuatnya tidak bisa meronta apalagi melepaskan dirinya....