Setelah berbaring selama beberapa saat, aku mengajak Angela untuk mandi bersama.
Terpaksa Angela harus melepaskan pantyhosenya.
Kami saling membersihkan satu sama lain, tidak lama kemudian aku kembali memasukan penisku yang masih keras dan horny ke dalam vagina Angela.
Dibawah pancuran shower yang hangat aku kembali bercinta dengan Angela.
Ku angkat dan kutahan kaki kirinya dengan tangan kananku dan kusandarkan dia pada dinding kamar mandi.
Ku pompa vaginanya dengan penisku, lembut namun mantap.
Angela menarikan tarian lidahnya pada leherku.
Tanpa disengaja dia menemukan tempat yang sensitif pada leher bagian kiriku.
"Iya.. Di sini.. Terus.."
Angela memfokuskan tariannya pada titik tersebut.
Tak pernah kuduga betapa sensitifnya tempat itu, aliran-aliran listrik kecil seolah-olah berjalan di seluruh tubuhku, menambah sensasi yang luar biasa pada penisku.
Aku terus mendesah dan sedikit mempercepat gerakan penisku, kadang-kadang aku mendorongnya sedalam mungkin dan mempertahankannya dalam posisi seperti itu dan kugoyangkan pinggangku dengan gerakan melingkar.
Angela mendesah nikmat dan menghentikan tarian lidahnya.
Kulanjutkan lagi proses percintaanku dengan dirinya.
Dia merangkul tubuhku dengan sangat erat.
Desahannya semakin cepat dan kuat.
"Kak... Adhi... Aaakkkhhhh....!"
Di bawah pancuran shower yang hangat, Angela pun kembali mengalami orgasme hebat untuk yang kesekian kalinya pada hari itu.
Tubuh indah nan sintalnya bergetar kuat dan hebat.
Otot-otot dinding vaginanya meremas-remas batang penisku dengan sekuat tenaga dan membawaku ke ujung kenikmatan yang tak terbayangkan.
Aku berusaha untuk menahannya selama mungkin, paling tidak sampai orgasme Angela mereda.
Setelah reda, langsung ku keluarkan penisku, dengan tanggap Angela berlutut di depanku dan melahap penisku dengan mulutnya.
Separuh penisku hilang didalam mulutnya.
Lidahnya dengan cekatan menari- nari di penisku.
Benar- benar tidak terlukiskan rasanya.
Kupegang kepala Angela dengan kedua tanganku, dan dengan pelan- pelan ku dorong masuk penisku sampai habis.
Angela hampir tersedak dan dengan cepat menyesuaikan rongga kerongkongannya untuk menyambut penisku.
Kutarik lagi dan kumasukan lagi.
Lidahnya tak pernah berhenti sedikitpun menarikan tarian erotis pada penisku.
Rangsangan ini benar- benar membuat penisku meledak dengan orgasme yang kuat dan menggetarkan.
Karena aku terus menarik dan mendorong penisku akibatnya spermaku ada yang mengalir keluar dari mulutnya.
Spermaku yang mengalir keluar dari sudut bibirnya membuat Angela semakin cantik dan menggairahkan.
Angela terus menjilat dan menelan sperma dari penisku sampai bersih.
"Suka ya?" Kutanya dengan lembut.
Tanpa melepaskan kulumannya, ia tersenyum dan mengangguk.
Bidadariku ternyata sungguh luar biasa, ini benar-benar mimpi menjadi kenyataan.
Seorang gadis cantik memberikan service oral dan bahkan menelan sperma dari penisku dengan ekspresi penuh suka cita.
Tapi sayangnya kami berdua terpaksa menyudahi permainan cinta kami, karena hari sudah larut malam.
Ku antar Angela pulang ke rumahnya dengan mobilku.
Namu sebelum keluar dari pintu mobil, kami masih menyempatkan diri untuk bercumbu dengan penuh nafsu.
Malamnya kutelepon Angela.
Kami setuju untuk pergi ke mall esok hari nya untuk berjalan-jalan.
Kebetulan saat itu sedang weekend pula.
Angela mengenakan terusan dengan model baby doll dengan panjang sampai 10 sentimeter di atas lutut.
Bahannya halus dan lembut.
Pantyhose berwarna putih, ultra sheer, ditambah dengan sepatu tali berwarna putih yang melingkar sampai ke pertengahan betisnya, membangunkan penisku yang sedang tidur.
Rambutnya terurai dengan rapi, wajahnya yang manis menggunakan make up berwarna natural dan tipis, lipstick berwarna merah muda yang paling muda dengan wet look yang membuat bibirnya terlihat semakin seksi.
Ketika masuk ke dalam mobil, dia menyapaku dengan manis dan manja.
"Sabar ya.., Kak Adhi ku sayang..."
Angela mengatakan hal itu seolah-olah ia telah mengetahui apa yang sedang kupikirkan saat ini, yaitu berhubungan sex dengannya saat ini juga.
Dengan tampang kecewa yang kubuat komikal aku mengeluh.
Namun hal itu malah mengundang tawa kecil dari bibir Angela.
"Apa tidak ada yang tahu kalau kita pergi bersama?" tanyaku.
"Tidak ada, aku cuma bilang mau bantu-bantu temanku yang mau married, jadi aku punya alasan untuk pulang sampai malam." jawab Angela sambil tersenyum manis.
"Angela, kamu benar- benar cantik, manis dan seksi sekali."
"Adhi bisa aja ah, kan aku dandan seperti ini cuma untuk Adhi."
"Memangnya kamu tidak pernah dandan seperti ini untuk cowok kamu?"
"Cowok yang mana ya?"
"Kemarin katanya sudah punya?"
"Oh yang itu... Sudah putus tuh..."
"Kapan?"
"Tadi malam." Angela menjawab dengan tenang.
"Boleh tahu kenapa?"
"Kak Adhi lucu deh, pake acara nanya segala."
Aku menduga bahwa akulah yang menjadi alasan dari putusnya hubungan antara Angela dengan pacarnya.
"Gara-gara aku ya?"
Tiba-tiba saja Angela mencium pipi kiriku.
"Cuma Kak Adhi yang bisa membahagiakan hatiku."
Rasanya jantungku hendak meloncat keluar mendengar pernyataan cintanya yang begitu manis itu.
Aduh.... Abis ini aku musti periksa ke dokter nih....
Jangan - jangan aku udah kena diabetes ditambah serangan jantung.
Kuelus- elus paha Angela ku yang mulus yang dengan begitu manis terbungkus oleh ultra sheer pantyhose berwarna putih sambil tersenyum manis.
Setelah beberapa saat, kami tiba di Plaza.
Sambil bergandengan tangan kami memasuki pintu samping Plaza.
Kami masuk ke Metro dan langsung menuju ke bagian pakaian dalam.
Angela melihatku dengan senyum manisnya yang nakal.
Kami mulai dari lantai dasar yang banyak menjual sepatu- sepatu wanita.
Aku menyodorkan beberapa pasang sepatu tali yang sexy dan bagus.
Ternyata Angela juga menyukainya dan aku pun akhirnya membelikan dia 2 pasang sepatu tali yang ber-hak tinggi dan sedang untuk Angela.
Kemudian kami naik ke lantai atas untuk melihat-lihat stocking dan pantyhose yang dipajang pada counternya dan sibuk membahasnya.
Akhirnya kami memutuskan untuk membeli semua merk yang ada dalam beberapa warna.
Namun kali ini Angela yang memaksa untuk membayar.
Setelah itu kami makan siang di sebuah cafe di lantai atas.
Aku sengaja memilih tempat yang terletak disudut ruangan.
Kami duduk di sofa yang menempel pada kedua sisi ruangan.
Kami memesan dua piring spagheti, dan jus untuk makan siang kami.
Setelah pelayan yang mencatat pesanan kami pergi, aku sibuk memeriksa sekeliling kami.
Suasana masih sepi dan tidak ada yang memperhatikan kami, yang terpenting adalah taplak meja yang panjangnya sampai ke lantai.
Benar-benar cocok untuk melaksanakan rencanaku. Dengan sekejap aku masuk ke bawah meja.
"Adhi.." Angela berusaha menyingkap kain yang menutupiku.
"Ssst.. Jangan keras- keras, nanti ketahuan.." Bisikku.
"Mau ngapain sih?"
"Ada deh.." Jawabku dengan senyum nakal.
Kurapikan kain penutup meja itu sehingga menutupi seluruh bagian pinggang Angela.
Kemudian kubuka kedua kaki Angela yang menutupi selangkangannya.
Lalu aku belai-belai vaginanya yang terbalut oleh pantyhose putih yang seksi.
"Kak Adhi.. Jangan di sini nanti ada yang melihat.." Bisiknya.
Aku mengacuhkan bisikannya, karena aku merasakan bahwa Angela tidak memakai celana dalam dan pantyhose yang dikenakannya adalah yang 'sheer to waist'.
Langsung saja kukulum vaginanya sambil membelai-belai kakinya yang panjang dan lembut.
"Kak Adhi.."
Aku dapat merasakan sensasi nikmat yang menghanyutkan bersamaan dengan perasaan takut begitu pula dengan Angela.
Kujilati seluruh bagian dari selangkangan Angela.
Tidak lama kemudian aku dapat merasakan cairan manis yang khas mengalir dari vaginanya dan bercampur dengan kulumanku yang basah.
Aku menjadi semakin bersemangat dan horny.
Kupercepat kuluman dan tarian erotis lidahku.
Sensasi yang menggelitik dan eksotis membuat tubuh Angela bergetar- getar.
Aku yakin saat ini Angela pasti sedang berusaha keras untuk menahan ekspresi nikmat di wajahnya dan menahan desahan nakal yang memaksa ingin keluar dari mulutnya.
Penis ku pun telah ikut meronta-ronta untuk keluar dari dekapan celana dalamku.
Aku terus melahap Angela dengan penuh nafsu, dan tanganku tidak henti- hentinya membelai dan mengelus-elus kakinya.
"Silahkan Mbak, ini minumnya." Terdengar suara dari seorang pelayan wanita yang mengantarkan minuman ke meja kami.
"Terima kasih..." jawab Angela dengan suara yang sedikit bergetar.
Aku dapat merasakan Angela sedang menyedot jus yang baru saja di antar.
Tangan kanannya menyelinap masuk ke dalam taplak meja dan mengelus- ngelus kepalaku.
Tidak lama kemudian terdengar lagi suara dari pelayan wanita yang sama, membawakan pesanan kami.
Setelah meletakan pesanan kami, pelayan itu pun kemudian meninggalkan Angela.
"Sayang ayo dimakan dulu." Bisikku dari bawah.
Angela dengan kikuk mencoba memakan spagheti yang telah kami pesan.
Dia berusaha untuk tenang dan mencoba menikmati makanannya.
Aku tahu dengan pasti sensasi yang dihasilkan oleh vaginanya (dengan pertolongan lidahku yang nakal) telah mengambil alih kesadarannya.
Tiba-tiba saja terdengar suara langkah kaki yang mendekat, bersamaan dengan itu pula kedua kaki Angela menjepit kepalaku dengan kencang.
Akhirnya aku merasakan otot-otot pinggul dan kakinya berkontraksi dengan keras.
Cairan orgasmenya mengalir semakin banyak, kulahap semua nya sampai habis tak tersisa.
Kurasakan badan Angela terasa sedikit berguncang dan mengeluarkan suara seperti tersedak.
"Apa Mbak tidak apa- apa?"
"Oh... Tidak... Cuma sedikit tersedak..." Jawabnya dengan gugup.
Tidak kusangka Angela masih dapat berbicara untuk menutupi keadaan dirinya yang sedang mengalami orgasme.
Setelah beberapa saat, Angela pun mulai mengendorkan jepitan kakinya, sementara otot-otot pinggulnya pun juga mulai rileks.
Aku mengintip dari belakang kain untuk melihat keadaan dan langsung aku keluar dari kolong meja dan duduk di sebelahnya.
"Batuk ya?" tanyaku dengan nakal.
"Kak Adhi! Hampir saja tadi ketahuan!" Serunya sambil mencubit kecil pahaku.
"Tapi seru kan?" jawabku sambil tertawa kecil.
"Iya... Tapi sekarang waktunya pembalasan!"
Dengan cepat Angela memeriksa keadaan dan langsung turun ke bawah meja.
Dengan cekatan Angela membuka resleting celanaku dan membebaskan penisku dari kurungan celana dalamku.
Langsung saja penisku berdiri dengan tegak.
Tanpa mengulur waktu lagi Angela dengan penuh semangat mulai menjilati ujung kepala penisku, menikmati cairan pra orgasme yang telah membasahi kepala penisku.
Lidahnya yang lembut dan hangat menari-nari indah, diselingi dengan kuluman mulut yang dalam dan jepitan bibirnya yang lembut.
Gerakan Angela yang sangat agresif seakan-akan ingin membuatku meledak saat itu juga.
Aku tentu saja tenggelam dalam kenikmatan eksotis dan erotis yang diberikan oleh Angela.
Seperti halnya Angela, aku tidak dapat berkonsentrasi menikmati makananku.
Untung saja porsinya sedikit.
Seluruh badanku dipenuhi oleh listrik-listrik kecil yang semuanya menyerbu pusat saraf sensorikku.
Tinggal suapan terakhir, dan bersamaan dengan saat itu juga, servis oral yang diberikan oleh Angela pun membawaku ke puncak kenikmatan duniawi, yaitu orgasme.
Badanku ikut bergetar dan rasanya begitu dahsyat ingin memaksaku untuk menimbulkan suara.
Namun aku berhasil menahan desahan nikmatku dalam-dalam.
Seorang pelayan wanita datang untuk menawarkan tambahan minuman atau makanan.
"Tidak... Sudah cukup..." dengan seluruh kesadaran yang tersisa aku pun menjawabnya.
Gelombang demi gelombang orgasme melanda penisku.
Dengan setia Angela menampung semua itu di dalam mulutnya dan kemudian menelan madu murni yang keluar dari penisku.
Setelah reda, dia masih saja menjilati dan menghisap penisku sampai kering.
Hingga akhirnya semua madu yang melekat di penisku telah dihabiskan oleh dirinya, maka baru lah penisku yang masih setengah berdiri itu dilepaskannya dari jepitan bibirmya yang lembut dan dikeluarkannya dari mulutnya yang hangat untuk disimpan kembali ke dalam celanaku.
Aku memberinya isyarat untuk keluar.
Dengan Senyum nakal yang manis, Angela berkata:
"Benar nih, nggak mau tambah lagi?"
Kami pun tertawa bersama- sama sambil berpelukan.
Setelah menghabiskan minuman kami, aku memanggil pelayan dan meminta tagihan.
Setelah membayar, kami berdiri, menenteng belanjaan kami, pada saat itu juga manajer cafe datang menghampiri kami bersama dengan pelayan yang tadi melayani kami.
"Terima kasih atas kedatangannya. Apakah rasa makanannya cocok?"
Dengan spontan kujawab, "Dessertnya enak sekali."
"Appetizernya juga enak." sambung Angela.
Dengan senyum nakal kami berdua pun meninggalkan sang manajer dan pelayannya yang sedang kebingungan karena jelas-jelas kami tidak memesan makanan pembuka maupun pencuci mulut.