Chereads / Kerajaan Valerian / Chapter 29 - Tamu Tak Diundang - Bagian 1

Chapter 29 - Tamu Tak Diundang - Bagian 1

Katie menepuk-nepuk bantal dengan tangannya dan mengembalikannya ke tempatnya yang semula setelah dia selesai. Dia mengeluarkan bunga kering dari vas bunga, dia mengganti air dan bunga yang segar yang dia petik sendiri dari taman.

Ketika dia mendorong karangan bunga ke dalam vas bunga, jarinya tertusuk dengan duri dan dia meringis.

"Sudah beberapa kali aku menyarankan kepadamu untuk menghindari bunga mawar," Ujar Dorthy ketika melihat Katie menekan jarinya.

"Mereka terlihat cantik. Lihat," Katie beralasan melihat kombinasi bunga-bunga mawar yang dia petik dan kembali melihat jarinya yang berdarah.

"Mereka bukanlah bunga sembarangan. Durinya lebih tajam daripada pecahan kaca yang akan melukai jarimu lebih dalam jika kau tidak berhati-hati," Katie melihat ke arah bunga mawar biru yang mencolok yang diletakkan di vas bunga, "Tidak seorang pelayan yang berani memetiknya. Aku dengar bahwa Raja Alexander sendiri yang menanamnya dan memberikan pupuk."

"Mereka takut dengan Raja Alexander," Katie bergumam.

"Tentu saja ada satu hal yang harus dipertimbangkan," Dorthy berpikir, "Kau tahu suatu malam ada seorang wanita yang kedapatan merusakan cabang-cabang dan bunga mawar itu."

"Apa yang terjadi sesudah itu?"

"Aku tidak tahu. Tidak ada seorang pun yang tahu apa yang terjadi padanya atau kemana dia pergi setelah malam itu," Jawab Dorthy sambil mengangkat bahunya sambil memungut bunga kering yang mereka ganti barusan.

"Apa yang dia pikirkan, tentu saja aku akan marah jika aku menumbuhkan sesuatu yang aku sayangi dan mereka merusakannya," Katie memungut bunga yang sudah kering dan kelopak-kelopaknya. Dengan tangannya yang lain dia menyentuh bunga mawar dengan ujung jarinya, "Aku rasa bunga-bunga ini pantas untuk berada di luar ruangan dan dicintai. Hanya karena mereka liar dan berbeda daripada yang lain, bukan berarti mereka harus ditempatkan dalam kegelapan."

"Kelihatannya tanganmu belum sembuh," Dorthy melihat ke arah tangan Katie yang sekarang berubah menjadi kehijau-hijauan, "Apakah masih sakit?"

"Sakit di malam pria itu memegang tanganku tetapi sekarang sakitnya sudah berkurang," Katie menjawab sambil berjalan keluar ruangan. Terdengar suara dan Katie melihat bahwa itu adalah kucingnya Raja.

"Raja menyukaimu, bukan begitu? Lihat bahkan kucingnya menyapamu."

"Tidak ada hal seperti itu," Katie melambaikan tangannya dengan senyuman, "Kau membayangkannya. Dia baik padaku oleh karena aku setengah tamu-setengah pelayan di istana ini," Mendengar hal itu Dorthy tertawa.

"Terserah. Kau tahu Kit mengatakan bahwa dia melihat vampir yang menuduhmu berada di penjara bawah tanah tetapi dia tidak begitu yakin. Mempercayai mata Kit seperti berjalan di atas batu bara yang menyala. Penglihatannya begitu buruk sehingga hal itu dianggap sebagai gosip belaka. Ada…."

Apakah pria itu berada di penjara oleh karena dia? Dia bertanya-tanya dalam hati apakah pria itu telah melanggar peraturan karena menyerangnya di depan umum.

Penjara itu digunakan untuk memberikan hukuman kepada setiap orang yang melanggar hukum tanpa pandang bulu. Tidak ada seorang pelayan di istana yang mengetahui soal itu kecuali beberapa orang yang bekerja di tempat itu. Pergi ke tempat itu sangatlah dilarang.

Sebelum makan siang Katie mencari Sylvia yang berada di ruang gambar dan dia pergi untuk menemuinya.

"Silahkan masuk, Katie. Silahkan duduk," Sylvia berkata saat melihat Katie di depan pintu. Dari sudut ruangan, musik lembut dimainkan dari sebuah gramophone.

Katie duduk sambil menyilangkan jemarinya. Sylvia terlihat kurang lebih seperti seorang anak perempuan dari keluarga berkelas saat dia mengaduk sendok dalam sebuah gelas sebelum memberikannya kepada Katie. Rambutnya diikat dan sebuah senyuman yang manis di bibirnya.

"Nyonya Letitia mengundangmu untuk ke rumah musim panasnya," Dia mengambil sebuah kartu di meja the, "Ini."

Katie memandang kartu di tangannya dan melihat besok adalah hari undangannya. "Apakah kau akan berada di sana?"

"Kau tidak ingin aku pergi?" Tanya Sylvia dan Katie menggelengkan kepalanya.

"Maafkan aku, bukan itu maksudku. Aku tidak akan merasa nyaman pergi ke sana sendirian," Katie melihat ke arah kartu undangan.

"Kami tahu," Sylvia menjawab sambil tersenyum, "Kita akan pergi jam 7 besok pagi dan aku telah mengatakan kepada Martin tentang ketidakhadiranmu besok sehingga kau tidak perlu memberitahukan hal ini padanya."

"Terima kasih," Katie sangat lega mendengarnya.

Dia tidak ingin bertanya kepada Martin di depan pelayan yang lain oleh karena sangat sulit menemukannya sendirian oleh karena dia sering memerintah para pelayan. Selalu saja ada gosip yang menyebar di istana di antara para pelayan dan dia tidak ingin menjadi bagian dari hal itu.

Bagaimanapun juga dia tidak akan tinggal di Valeria selamanya. Suatu hari nanti dia harus pergi dari sana.

"Bisakah aku bertanya sesuatu?" Dan Sylvia mengangguk sehingga dia melanjutkan pertanyaannya, "Di mana Raja Alexander menemukan bibit bunga mawar yang bertumbuh di belakang istana? Aku belum pernah melihat mawar seperti itu seumur hidupku."

Pertanyaan yang tidak diharapkan mengejutkan Sylvia, "Dia menerimanya dari ibunya…jadi itu adalah kau yang mengatur bunga-bunga itu. Telah bertahun-tahun sejak aku melihat bunga-bunga mawar itu di dalam istana. Jika tidak salah para pelayan dilarang menyentuh bunga-bunga itu setelah sebuah kejadian."

"Aku tidak tahu soal itu," ketika Martin menyuruhnya untuk mengatur bunga-bunga, dia sangat senang oleh karena itu adalah pekerjaan yang paling mudah. Cynthia telah menunjukan bunga-bunga yang biasanya dipetik termasuk mawar-mawar liar.

"Atur mereka dengan baik. Raja tidak akan senang jika mereka tidak dirawat dengan baik," Katie mengangguk dan pergi untuk menyelesaikan pekerjaannya.

Keesokan harinya di rumah musim panas keluarga Boland, Katie duduk dengan tenang, bahunya terasa kaku saat yang lain mengobrol. Telah sejam ketika mereka tiba tetapi dia tidak bisa merasa santai.

Alexander dan Elliot yang datang bersama dengan mereka sibuk di sudut taman dan Sylvia telah meninggalkannya saat dia pergi ke kebun apel.

Keluarga Boland adalah keturunan keluarga Elit, dan seperti yang diharapkan, pria dan wanita yang datang ke tempat itu berasal dari kelas yang sama.

Wanita datang dengan gaun mereka yang indah dan di tangan mereka ada kipas dan mengobrol satu dengan yang lain. Banyak dari mereka bersifat malu-malu dengan sikap yang sopan.

Beberapa pria telah berusaha untuk menukar satu atau dua senyuman tetapi dia terlalu kaku atau malu untuk berbicara. Dia tidak terbiasa dengan perhatian seperti itu.

"Hallo," seorang pria datang dan menginterupsi pikirannya yang sedang pusing, "aku rasa kita belum pernah bertemu. Saya Lancelot Milford,' pria itu memperkenalkan dirinya dengan senyuman di wajahnya sambil mengulurkan tangannya.

"Katherine Welcher," Katie mengulurkan tangannya dengan tidak yakin dan pria itu meletakan ciuman di atas tangannya, membuatnya menarik tangannya dan meletakannya di sisi tubuhnya.

Lancelot adalah pria dengan rambut pirang yang disisir menyamping dan lesung pipi yang muncul ketika dia tersenyum.

"Bisakah aku?." Dia berkata sambil meletakan tangannya di samping tempat Katie duduk, dan katie membalasnya dengan anggukan, "Bagaimana bisa aku belum pernah melihatmu sebelumnya? Aku yakin aku tidak akan melewatkanmu."

"Ini pertama kalinya aku menghadiri pesta the," dia menjawab.

"Aku lihat orang tuamu telah menjagamu karena kau begitu muda dan cantik. Apa mereka di sini?" dia bertanya sambil mengambil sebuah kue dan memasukannya ke dalam mulutnya.

"Ah tidak," Katie memandang ke arah Elliot yang sedang bicara dengan seorang anak laki-laki.

Saat dia dan Lancelot mengobrol, dia merasa bahwa pria itu mengganggunya dengan pertanyaan-pertanyaan. Dia menghindari setiap pertanyaan dan tersenyum ketika pria itu memberikan candaan kepadanya, selain daripada itu dia kelihatan seperti pria yang baik.

Sekali dia melihat pria itu memandang ke arah lehernya tetapi dia melupakannya berpikir bahwa itu hanyalah sebuah kesalahan