Katherine berdiri di samping Alexander dengan sebuah lingkaran kerumunan yang telah terbentuk di aula utama. Selain mereka, ada dua pria dan tiga wanita dari golongan atas.
"Dua tahun belakangan dewan sangat sibuk tetapi tahun ini lebih sedikit dokumen yang harus dikerjakan," pria bernama John yang mengenakan setelan berwarna abu-abu membuka pembicaraan
"Ada isu bahwa Reuben telah berencana untuk pensiun dari posisinya sebagai kepala dewan. Apakah itu benar?" Travis, salah satu vampir yang tertua bertanya, sambil mengetukkan tongkatnya ke tanah dengan pelan.
"Pria itu menyukai pekerjaannya. Aku ragu dia akan meninggalkan posisinya terbuka untuk siapa saja dalam waktu dekat ini," Alexander tertawa membuat beberapa dari mereka mengangguk setuju.
"Itu benar. Kita belum mendengar apapun tentang hal ini, ini pastilah hanya gosip," John menjawab dengan senyuman.
"John sayang," Istri John yang sedang hamil menarik tangannya dan membisikan sesuatu yang membuatnya mengangguk.
"Kami permisi dulu, tuan dan nyonya," dan mereka berjalan menuju ke pintu keluar.
Gangguan yang terjadi sejam yang lalu tidak berpengaruh kepada siapa saja oleh karena tidak seorangpun yang sadar apa yang terjadi di luar istana. Permasalahan itu menghilang seolah tidak pernah terjadi.
Katherine sedang mengobrol dengan salah satu dari wanita sebelum seorang wanita yang lain datang dari belakang dan mendorong Katherine sehingga dia berdiri di antara Katherine dan Alexander.
"Tuan Alexander. Aku telah mencarimu. Kemana saja kau pergi?" wanita itu bertanya.
Katie tidak bisa melihat wajah dari wanita tersebut oleh karena dia membelakanginya. Wanita itu mengenakan pakaian yang mahal yang tentunya dibawa oleh pedagang asing.
"Saya sedang mengobrol dengan Tuan Tanner dan para nona di sini, kau ingin bergabung dengan kami?" Tuan Valeria bertanya kepada wanita itu membuatnya tersenyum dan membalikan badannya untuk menyapa yang lain.
Caroline adalah namanya. Dia sangat cantik dari ujung kepala sampai kaki. Katie memperhatikannya. Wanita itu adalah salah satu anak perempuan bangsawan, walaupun dia menunjukan sikap sopan terhadap bangsawan yang lain tetapi tidak demikian dengan sikapnya terhadap rakyat biasa.
Ketika Caroline melihat Katie, senyumannya menghilang tetapi dia tetap menyapanya dan melanjutkan percakapannya dengan yang lain. Untuk satu alasan Katie merasa sakit hati ketika wanita itu berdansa dengan Alexander.
Dia melihat mereka dari kejauhan ketika kedua orang itu berdansa. Mereka terlihat cocok. Dia hanyalah seorang wanita yang tidak menarik dengan rambut yang disanggul sementara wanita di tangan Alexander dapat dikatakan adalah yang paling cantik dari semua yang berada di aula itu dan dia pantas mendapatkannya, Pikir Katie.
Dia mungkin adalah salah satu pacarnya, Pikir Katie. Dia telah mendengar gosip tentang Raja Valeria yang meniduri begitu banyak wanita dan sifatnya yang sering berganti-ganti pasangan.
Dari sudut matanya dia melihat seorang pria menatapnya tanpa mengedipkan matanya, membuatnya membuatnya merasa tidak nyaman. Dia merasakan tatapan mata yang dingin dan dengan perasaan yang aneh itu membuatnya takut.
"Saya tidak mengharapkan untuk bertemu denganmu di sini, gadis kecil," Seorang pria menyapanya membuatnya terbuyar dari lamunan.
Ketika dia memutar badannya, dan menemukan seorang pria berbadan tinggi berdiri di sampingnya. Dia membuka dan menutup mulutnya seperti seekor ikan di air. Rambutnya yang coklat sedikit tidak rapi oleh karena angin.
"Raja Nicolas!" Katie terkejut dan menundukan kepalanya, dia memarahi dirinya sendiri oleh karena suaranya seperti seekor tikus kecil.
"Kau mengingatku?" Nicholas bertanya sambil menempatkan dirinya di samping Katie.
"Aku melihatmu di atas kertas. M-Maksudku di koran," Jawab Katie mendapatkan wajah yang menatapnya dengan penuh tanda tanya, "Apa kita saling mengenal?" Katie bertanya, takut bahwa ingatannya berubah menjadi buruk sehingga dia tidak dapat mengingatnya.
"Tentu saja," hanya sejam, Pikir raja Nicholas," Ketika kau masih seorang gadis kecil tetapi itu sudah lama sekali jadi tidak usah berpikir tentang hal itu," Dia melanjutkan saat melihat kening Katie mengerut.
Ketika seorang pelayan berhenti dan menawarkan gelas anggur yang berada di atas baki yang di bawanya, Raja Nicholas bertanya apakah Katie ingin segelas dan dia mengangguk, berpikir bahwa sangatlah tidak sopan untuk menolak. Terlebih cuaca menjadi lebih dingin dengan turunnya salju. Seteguk akan menghangatkannya. Dan dia senang bahwa bajunya dibuat berlapis-lapis untuk melindunginya dari cuaca dingin.
Dengan minum dari gelas kristal, dia meneguk minuman dan merasakan tekstur seperti air mengalir turun di tenggorokannya. Rasanya sangat enak, dan belum pernah dia rasakan. Dia meminum lebih banyak dan satu atau dua cairan jatuh dari bibirnya.
Dia menatap tangannya dan menyadari bahwa dia kehilangan sapu tangannya. Ketika dia menggerakan tangannya untuk menyapu bibirnya, Raja Nicholas menawarkan sapu tangannya.
"Ini," Nicholas menaikan tangannya dan dengan lembut dan membersihkan bibir Katie dengan sapu tangannya, membuat gadis itu tersipu.
"Ah, terima kasih, ijinkan saya membersihkannya dan mengembalikannya kepada anda, raja Nicholas," Ucap Katie membuat Nicholas tertawa.
"Tidak usah khawatir dengan hal itu. Itu hanyalah anggur dan tidak akan meninggalkan noda," jawabnya sambil menatap Katie tetapi beberapa orang mengalihkan pandangan kepada mereka, dan Katie pun menyadarinya.
Raja Alexander dan Raja Nicholas, kedua-duanya adalah pria tampan jika dibandingkan satu dengan yang lainnya. Nicholas berperawakan tinggi dengan otot di badannya tetapi tidak terlihat berbadan besar. Bentuk wajahnya kotak dengan lesung pipi ketika dia tersenyum. Dia memancarkan keanggunan dan keelokan membuatnya terlihat lebih elite daripada yang seharusnya.
Seperti yang dituliskan di koran sebelumnya, Nicholas adalah pangeran Putih dari kerajaan, yang sangat lembut sifatnya sementara Alexander adalah Pangeran kegelapan yang mendapat sebutan sebagai seorang malaikat. Dan walaupun mereka sama, tetapi mereka mengatur urusan mereka dengan berbeda.
"Dengan siapa kau datang ke tempat ini?" Nicholas bertanya dan Katie menjelaskan bahwa dia datang dengan temannya Annabelle untuk menghadiri acara perayaan musim dingin.
Katie menemukan dirinya mengobrol dengan Nicholas sebagai sahabat dibandingkan dengan vampir terkemuka yang lainnya. Mereka sedang mengobrol tentang kota tempat dia tinggal sebelum seseorang memotong pembicaraan mereka.
"Senang kau bisa datang dalam acara perayaan, Nicholas," Alexander datang ke arah mereka dengan Caroline di sampingnya.
"Saya senang saya bisa datang," Jawab Nicholas, "Nona Caroline, kau menjadi lebih cantik," dia memuji.
"Terima kasih, Nicholas," sangatlah mudah melihat Caroline merasa tersanjung dengan wajahnya berubah menjadi kemerahan.
Siapa yang bisa menyalahkan Nona Caroline, ketika seseorang mendapatkan pujian dari seorang pria seperti Nicholas, itu adalah sebuah pujian yang tertinggi. Jika Katie di tempatnya dia pasti akan bereaksi yang sama, bukan karena dia tidak pernah menerima pujian yang sama dari orang lain selain keluarganya. Keluarganya mengatakan dia cantik sementara dirinya sendiri mengatakan kepada dirinya sendiri bahwa dia kelihatan seperti kentang yang tidak akan menarik bagi pria lain.
"Aku dengar kau mengadakan perjalan ke ujung timur beberapa bulan yang lalu dan baru saja kembali," Ucap Caroline kepada Raja Nicholas dan dia mulai memberikan informasi secara mendetail tentang apa yang telah dilihatnya, Kedengarannya menarik untuk mengetahui tentang gaya hidup manusia yang jauh dari tanah kerajaan. Percakapan berlanjut ke rencana musim panas Caroline.
Terkadang, Katie mencuri tatap pada Alexander saat dia berdiri di samping pasangannya, dia memastikan bahwa pandangannya tidak akan diketahui oleh orang lain.
Ketiga kali dia melakukannya, Raja Valeria menangkap pandangannya dan bertanya kepadanya,
"Maukah kau berdansa, nona Katherine?" dan tanpa menunggu jawaban dia menarik tangannya dan membawanya ke lantai dansa.
"Raja Alexander! Tunggu sebentar," dia menjadi panik.