"Apakah kamu masih ingat bagaimana aku memijatmu terakhir kali? Apakah kamu ingin mencoba pijatanku lagi?"
Tindakan yang cukup berani dari Mo Shan, berjalan mengitari meja bundar yang lebar menuju kursi singgasana Presiden Direktur Huo.
"Sudahkah kamu mempelajari cara memijat yang baru?" tanya Huo Yunting sambil bersandar pada singgasananya, dengan melemparkan senyum yang ramah kepadanya.
"Tentu saja" jawab Mo Shan. Dia menaruh tas tangannya di atas meja dan berjalan ke arah belakang Huo Yunting berlagak seperti gadis yang genit, dia menaruh kedua telapak tangannya di punggung Presiden Direktur dan mulai memijat dengan jari jemarinya, dengan tenaga yang cukup kuat menekan postur kekar Presiden Direktur.
"Oh, siapa yang mengajarimu memijat, pasti kau sudah banyak melayani banyak orang ya?" Tanya Huo penasaran.
Aku sangat yakin kau sudah mengetahui rencana pertunangan itu Mo Shan, lihat saja aku akan membuatmu mengaku, batin Huo.
Kamu jahat sekali, aku bukan tukang pijat untuk semua orang seperti di panti pijat. Di rumah aku hanya tinggal berdua dengan ayah, tentu saja hanya ayahku yang biasanya kupijat! Aku benar-benar mencintaimu dengan tulus Huo, aku tidak akan pernah mencintai siapapun setelah aku bertemu denganmu."
Mo bergerak ke sisi kiri Huo, sekarang dia memijat bagian bahu dan lengan kiri Presiden Direktur.
Saat itulah pintu terbuka lebar.
Ups, waktu yang tepat. Sepertinya takdir berpihak pada kita berdua.
Lu datang.
Mo Shan terlihat sangat antusias memijat Presiden, sementara Huo Yunting tersenyum lebar seolah-olah menikmati pijatannya.
Kenapa kamu SELALU saja beruntung Lu?! sinis Mo dalam hati. Dari penculikan, kamu berhasil melarikan diri, lalu sekarang saat aku sedang menikmati waktu berdua bersama Huo, kamu datang.
Lu Zhaoyang berjalan ke arah meja Presiden Direktur dan menaruh dokumen yang dia bawa dengan sedikit lemparan. Selesai itu, Lu melenggang ke luar ruangan, terdengar suara pintu yang ditutup dengan cara dibanting. Suara bantingan itu terdengar cukup keras, mungkin dapat terdengar di sepanjang lorong dan ruangan lainnya di lantai yang sama.
Huo Yunting melihat reaksi Lu Zhaoyang, kemudian tertawa kecil.
Dia melihat jam yang terpasang di pojok ruangan, sambil meregangkan badannya. Tingkah Lu saat masuk ruangan dan jelas terlihat kesal, serta respon dari Presiden Direktur, sangat mengejutkan Mo Shan, tangannya berhenti memijat, terdiam dan kaku seperti beku karena kedinginan.
Bukankah seharusnya Huo marah karena sikap Lu yang tidak sopan, melemparkan dokumen di atas meja Presiden Direktur tepat di depan matanya.
Apakah Huo benar-benar peduli padanya sehingga dia bisa mentolerir sikap sangat tidak sopan Lu?
Atau Lu begitu tidak berarti sehingga perilaku buruknya tidak cukup penting untuk dihiraukan oleh Huo?
Ta-tapi! Huo bisa memberinya kalung yang sangat mahal di acara pelelangan waktu itu, ditambah lagi dengan tatapannya kepada Lu yang sangat tidak biasa! Asumsiku seharusnya benar, melihat fakta-fakta yang ada..
Hubungan kakak-adik yang terbentuk dari dua keluarga yang berbeda, skandal antara keluarga tersebut yang akhirnya terkuak, apakah Huo benar-benar tidak peduli dengan persepsi publik di luar sana?
Huo Yunting mengistirahatkan lengannya ke atas pegangan kursi singgasananya, menoleh ke arah Mo Shan, sambil mengangkat gagang telepon. " Maaf Mo, aku akan ada pertemuan bisnis dalam 5 menit lagi, kamu lebih baik pulang dan persiapkan dirimu untuk makan malam kita nanti. Aku akan menghubungi Huo Li agar dia memesan tempat makan untuk kita berdua".
"Tentu saja! Aku akan menunggumu."
Dia mengambil tas tangannya.
Sepertinya aku terlalu khawatir tentang Huo Yunting..
Bahkan sekarang Mo Shan sudah cukup tenang, karena sampai dengan jam ini Huo Yunting sama sekali tidak pernah bercerita apapun tentang penculikan istrinya.
"Sampai ketemu nanti malam ya!" Mo pergi.
Huo Yunting mengangguk setuju dan melanjutkan kembali panggilan teleponnya.
"Sayang, masuk ke ruangan ~"
Huo Yunting menutup teleponnya dengan singkat. Lu Zhaoyang hampir saja membanting gagang teleponnya ke lantai ke tanah. Pikirannya merasa terganggu.
Sebenarnya jika boleh memilih, Lu tidak mau masuk keruangan Huo. Tapi bagaimanapun juga dia adalah presiden direktur perusahaan, dan tidak seharusnya Lu sebagai sekretaris menolak perintah bosnya.
Pikirannya resah dan Lu masih merasa kesal, sehingga Lu berjalan dengan sikap emosionalnya mendorong pintu kantor Presiden dengan tekanan yang kuat.
Seolah-olah seperti monster yang kelaparan, saat pintu didorong terbuka oleh Lu, kemudian Huo menarik tangan Lu, mendorong badannya ke arah dinding sebelah pintu masuk, kemudian tangan satunya lagi mencengkram pinggang Lu.
Pintu itu ditutup dengan hati-hati, ketika Lu melihat Huo Yunting tepat di hadapannya dan menekan tangan dan pinggangnya agar tidak bergerak kemana-mana.
Aksi Huo berjalan begitu cepat, membuat Lu bahkan tidak bisa menghindar.
Dia melihat si iblis tersenyum padanya, dengan tatapan bingung ingin memohon penjelasan.
"Apakah kamu marah atau kamu cemburu?"
"..."
TIDAK KEDUANYA!
Huo Yunting dengan sangat jelas mengingat kembali adegan dimana Lu terlihat kesal, membanting dokumen di atas meja dan berjalan ke luar ruangan dengan sangat emosional. Ibu jarinya meraba dagu Lu yang licin karena keringat dingin.
Tidak apa-apa kok kalau kamu cemburu. Bukan hal yang memalukan kalau kamu benar jatuh cinta kepadaku. Lagipula saya ini pria baik-baik dan layak untuk dicintai.
Berhentilah kamu menyombongkan dirimu sendiri!
Pria baik-baik? Cih, lebih tepat untukmu adalah pria cabul!
Tidak pernah aku dengar hal yang baik sekalipun keluar dari mulutmu!