Presiden Direktur Huo Yunting membuat tindakan yang sangat menggemparkan di pelelangan itu. Semua jurnalis yang ada di sana bersiap dengan alat perekam dan kamera mereka. Huo Yunting menarik tubuh Lu untuk ikut masuk kedalam suasana yang hiruk pikuk dengan penuh wartawan.
Huo Yunting! Anda sengaja melakukannya, bukan!
Apakah dia memang melakukan hal ini untuk dirinya atau dia sedang merencanakan sesuatu?
Dia terlihat sebagai pria yang penyayang di mata publik, memperlakukan wanita di sampingnya layaknya seorang putri dengan sangat baik, namun hanya satu orang saja dari semua orang yang berada di aula itu, yang benar-benar tahu bahwa Huo Yunting hanya berakting.
"Terima kasih Tuan," Lu tersenyum singkat.
Baiklah, kita sudah terlanjur pada titik ini, "pertunjukkan" harus tetap berjalan sesuai keinginan Huo..
Ketika tepuk tangan mereda, mereka duduk kembali, menunggu barang terakhir yang akan dilelang.
Sungguh menyakitkan bagi Lu untuk tetap gelisah sepanjang waktu, terutama ketika suaminya benar-benar "membantu" bersikap ramah dan bersahabat saat terlihat bersenang-senang mengobrol dengan Mu Xuan. Lu hampir saja memiliki keinginan untuk menarik kalung liontin dari lehernya hanya untuk menampar mukanya!
"Oh Huo, saudaraku, terima kasih atas niat baikmu," kata Mu Xuan sambil menyerahkan segelas anggur kepadanya, "Tiba-tiba aku mendapat uang senilai 30 juta masuk ke rekening bank milikku entah dari mana, semua berkat Anda. Sebagai saudara, tidak ada lagi kata-kata yang perlu kuucapkan sebagai tanda terima kasih ku, Tos! "
Huo Yunting kemudian meminum seluruh anggur dalam gelasnya sampai habis, disertai pandangan gembira pada Lu.
"Ah itu bukan apa-apa," kata Huo sambil menyeruput anggur berikutnya, "Traktir saja aku minuman lain kali."
"Tentu saja tidak masalah!"
——
Acara pelelangan secara resmi berakhir setelah adanya pengumuman dari tuan rumah, namun tidak ada yang berani meninggalkan aula sebelum Huo Yunting, si pemenang lelang yang membeli kalung seharga 30 juta, berinisiatif untuk memulai kepulangannya.
Huo bangkit dari kursinya, sekumpulan besar wartawan telah mengerumuni gerbang pintu keluar, menunggu untuk mewawancarai dan memotret orang yang menjadi bintang pada acara lelang tersebut.
Huo kedua, Huo Li, mendorong pintu gerbang supaya terbuka layaknya bos, cahaya kamera gemerlap seperti bintang yang berkelap-kelip di langit. Huo Yunting melangkah ke depan, dengan tangan masih melingkar di pinggang Lu. Tidak akan diragukan lagi, berita ini akan menjadi topik yang menggemparkan di esok hari.
"Halo, Presiden Huo! Saya dengar Anda telah menginvestasikan uang sebesar 30 juta pada sebuah kalung, apakah benar kalung itu yang saat ini terpasang pada leher wanita disebelah Anda?" Tanya seorang jurnalis.
"Saya memang ingin membeli kalung itu untuk dia. Tidakkah menurut kalian kalung liontin itu terlihat pantas untuknya?" Huo Yunting tersenyum bangga ketika dia bertanya balik kepada wartawan. Dia merasa bahwa harga yang dia bayar untuk mendapatkan kalung itu benar-benar layak untuk yang dikenakan oleh wanitanya, Lu.
"Ya,Tuan, menurut saya sangat pantas!"
"Itu membuatnya menjadi lebih anggun!" kalimat pujian menghujani pasangan itu seperti peluru, semakin keras dan ramai, senyum canggung Lu mulai berkedut.
"Hei, Presiden Huo, ada hubungan apa di antara Anda dan wanita cantik ini jika saya boleh bertanya?" Akhirnya pertanyaan itu terlontar juga oleh wartawan.
Yah, memang sangat terlihat jelas bahwa mereka berdua tidak terlihat seperti orang yang menjalin hubungan pertemanan.
Pertanyaan itu mengejutkan Lu ketika dia bergidik, dengan semakin banyaknya cahaya dari kamera yang menangkap gambar mereka berdua dengan sangat cepat dan intens.
Huo Yunting menolehkan pandangannya ke arah Lu, pernyataan itu perlahan-lahan keluar dari mulutnya, "Kami ..."
Apa?! Kita apa..?
Lu merasakan telapak tangannya mulai berkeringat.
Keheningan beberapa saat, sebelum akhirnya presiden direktur membalikkan kembali pandangannya kepada para wartawan dan mengangkat kepalanya lagi, dengan memperlihatkan senyumnya yang khas, kali ini menatap kamera, "Kami sangat dekat."
Dekat? Sangat dekat? Seberapa dekat?
Jawaban itu hanya membuat Lu menjadi semakin gugup.
Ketika sampai pada permainan kata-kata, tidak ada yang melakukannya lebih baik daripada Huo Yunting.
"Sangat dekat? Bagaimana?"
"Apakah dia pacarmu?"
"Atau mungkin ... tunanganmu?"
Para jurnalis mulai melontarkan pemikiran mereka sendiri yang terdengar semakin konyol ketika mereka semakin mulai banyak berbicara.
Huo memegangi telapak tangan wanita itu menariknya keluar dari kerumunan wartawan dan memberikan senyum terakhirnya sebagai tanda untuk pergi.
Mereka kembali masuk ke mobil Rolls-Royce-hitamnya, Lu akhirnya bisa menarik napas menyandarkan kepalanya ke jendela, matanya memandang keluar.
Tatapan Huo Yunting terus melihat wanita disampingnya yang sepertinya terlalu lelah untuk mulai berkelahi saat ini.
"Apanya yang salah?" Huo berkata, sambil mencibir sambil memiringkan kepala ke arahnya, "Apakah aku mengatakan sesuatu yang salah di gerbang? Apakah kita tidak terlihat cukup dekat? Lagipula aku sudah sedikit melanggar batas, dengan apa yang baru saja aku ucapkan tadi."
"Hmph," Lu mendengus.
Lu sudah tahu apa yang Dia mainkan malam ini.
Huo hanya ingin membuat masalah denganku, seperti biasa!
Aku perlu melaporkan kepada polisi jika suatu hari Huo Yunting berhenti melecehkan mental saya.
"Hmm, harusnya aku bicara saja lebih banyak tentang kita tadi. Dengan begitu akan mudah bagimu untuk mengingatnya."
Dia duduk kembali dan bersandar di sandaran kursinya, dengan mata tertutup.
Duduk disampingnya, Lu menyilangkan jari-jarinya, menggertakan jari-jarinya, menarik napas dalam-dalam, berusaha menahan kekesalannya, meskipun tidak yakin sampai kapan dia bisa menahan emosinya.